18 - Mulia

217 56 10
                                    

.

.

Tiap yang bernyawa, pasti akan mati. 

Hanya saja, tidak semua yang bernyawa, diberikan kematian yang mulia.

.

.

***

"Aku bosaaan, Kak!!" jerit Ishaq dengan tampang cemberut.

"Sabar, Ishaq. Om Yunan belum minta kita untuk masuk. Katanya ramai wartawan," kata Ismail. Adiknya memang cepat bosan. Apalagi kalau sedang belajar. Baru buka buku lima menit sudah bosan.

"Tapi wartawannya udah gak keliatan kok, Kak!" kilah Ishaq.

Mereka melihat ke sekeliling. Sepi. Hanya ada beberapa mobil milik stasiun televisi.

"Iya, ya. Pada ke mana ya?" tanya Ismail celingukan.

"Tadi saya lihat, ada staf polisi yang mengajak mereka ke arah sana, Tuan Muda," jawab pak supir sambil menunjuk arah ke sisi kiri bangunan kantor polisi.

"Oh," gumam Ismail. "Tapi Ishaq, sebaiknya kita jangan masuk dulu ke dalam, sebelum Om Yunan minta kita masuk," tegas Ismail.

Ishaq melenguh kesal.

"Tuan Muda Ishaq mau nonton TV saja? Siapa tahu ada film kartun," rayu pak supir yang duduk di kursi kemudi. Sedari tadi, semenjak tiba di kantor polisi, mereka berdiam diri di dalam mobil. AC dinyalakan, kaca mobil dibuka sedikit. 

Manyun di bibir Ishaq berkurang. "Boleh, deh," ucapnya pasrah.

Televisi menyala. Ismail menekan-nekan tombol, mencarikan acara yang sekiranya bisa mengobati kebosanan adiknya.

"Eh?" Ismail terkejut saat melihat acara headline news di layar televisi.

"Kartun, Kak! Bukan berita!" Ishaq protes.

"Tunggu, Ishaq! Itu ada Ibu dan Om Yunan!" Ismail mencegah tangan Ishaq yang hendak mengambil alih memilih saluran televisi.

"Ini live, Tuan Muda!" kata sang supir yang juga menonton dari layar televisi di depan.

"Ooh," Ismail paham sekarang. Jadi para wartawan itu tadi digiring ke ruang pertemuan untuk konferensi pers. Itu sebabnya Om Yunan belum meminta mereka masuk ke dalam, karena semua sedang sibuk dengan konferensi pers yang disiarkan langsung.

"Setelah tujuh bulan buron, tersangka yang bernama Sobri, akhirnya tertangkap, setelah sebelumnya tersangka menyusup ke kediaman Ustadzah Raesha Akhtar, dengan niat untuk membalas dendam. Namun kemudian rencana itu digagalkan oleh Syeikh Yunan Lham yang kebetulan ada di sana untuk menjemput Ustadzah Raesha dan kedua putranya, melayat ke rumah kedua Mbah mereka yang baru wafat.

Ustadzah Raesha dan Syeikh Yunan Lham mengalami luka ringan karena berusaha membela diri dari serangan yang dilakukan Sobri. Sementara Sobri saat ini masih berada di rumah sakit, setelah peluru yang bersarang di bahunya, dikeluarkan.

Perihal peluru itu berasal dari pistol siapa, kami masih mendalami kasus ini, dan sedang mengumpulkan bukti-bukti.

Terkait status kasus ini, kuasa hukum dari Ustadzah Raesha dan keluarga, akan memberikan pernyataannya. Kepada saudari Elena, kami persilakan."

Kamera kini menyoroti seorang wanita muda cantik yang menghidupkan mikrofon di hadapannya.

"Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh."

Salam Elena dijawab oleh orang-orang di ruangan auditorium.

"Salam sejahtera untuk kita semua. Saya Elena Dianita Zahra, kuasa hukum yang telah ditunjuk oleh keluarga Ustadzah Raesha. Hari ini kami telah resmi mengajukan gugatan hukum kepada tersangka, yakni Sobri, atas dua kasus pidana berat. Kasus pertama adalah kasus pembunuhan dengan menggunakan racun, terhadap Ustaz Ilyasa Ahn, dan yang kedua adalah kasus penyusupan ke rumah tanpa izin, sekaligus kasus penganiayaan ringan dan pelecehan seksual yang menimpa klien kami.

ANXI EXTENDED 2Where stories live. Discover now