43 - Gila?

203 58 18
                                    

.

.

Itu jelas bukan Rizal. Tatapan Rizal biasanya hangat.

Yang ini terlihat ... buas. Buas dan ... jahat.

.

.

***

Elena keluar dari mobilnya dan berdiri menatap rumah satu lantai bergaya modern minimalis dengan warna dominan putih. Halaman mungil memberi nuansa cantik dengan adanya pohon jepun berbunga putih-kuning. Pertanda memang ada wanita yang mengurus rumah dan taman ini. Sebab dengan kesibukannya, Rizal tidak punya waktu untuk merawat rumah dan taman depan rumahnya.

Elena celingukan mencari tombol bel dan menemukannya di kiri pagar. Ia menekannya dua kali dan menunggu.

Seseorang mengintip dari jendela kaca di teras. Ibunya Rizal, tebak Elena.

"Assalamu'alaikum," sapa Elena.

Terdengar suara pintu depan dibuka kuncinya, sebelum salam itu bersambut.

"Wa'alaikum salam!"

Seorang wanita yang rambutnya putih sebagian, muncul mengenakan dress panjang rumahan berwarna cokelat bermotif bunga-bunga daisy mungil.

"Permisi, Tante. Mau cari Rizal. Saya teman kantornya," kata Elena sopan.

"O-Oh? Kamu teman kantornya? Masuklah. Masuk," ajak Nilam diiringi isyarat kibasan tangan, setelah dia membukakan gembok pagar.

Elena membungkuk saat memasuki pintu depan rumah Rizal.

"T-Tapi, sebelumnya --," kata Nilam yang tiba-tiba mengagetkan Elena sebab tangan Elena digenggamnya erat.

"Duduk dulu sebentar, Nak Elena. Ada yang mau Tante jelaskan, sebelum kamu melihat kondisi Rizal," lanjut Nilam dengan mimik serius di wajahnya.

Kondisi Rizal? batin Elena berekspresi heran. Elena manut dan duduk dengan ibunya Rizal di sofa ruang tamu.

"Kamu ke sini karena disuruh bosnya Rizal, 'kan? Karena Rizal tidak masuk kantor hari ini?" tebak Nilam.

"Mm ... iya memang saya diminta bos, tapi sebenarnya, saya memang khawatir pada Rizal. Soalnya --," Elena berhenti bicara. Dia ragu ingin menjelaskan perihal kejadian mistis yang dilihat oleh Astri sang admin kantor. Tidak apa-apakah jika dia menjelaskan itu pada ibunya Rizal?

"Soalnya, tidak biasanya Rizal tidak mengabari kalau dia absen hari ini. Hapenya ditelepon tidak aktif, makanya, bos meminta saya untuk -- "

"Hh ... ya Allah. Maaf. Hapenya Rizal sepertinya sudah mati karena baterainya habis. Tapi ... Tante sudah bingung, tidak bisa berpikir. Tidak tahu juga di mana Rizal menyimpan charger hapenya. Maaf, Nak Elena. Soalnya, Rizal semalam --"

Elena melongo saat melihat ibunya Rizal tiba-tiba menangis terisak.

"L-Lho?? Kenapa, Tante?" ujar Elena sembari mendekati wanita paruh baya di depannya.

Nilam menjelaskan yang terjadi semalam. Sepanjang penjelasan itu, Elena bisa merasakan suasana mencekam yang dirasa ibunda Rizal semalam.

"Setelah makan malam, saya suruh Rizal mandi. Dia memang terbiasa mandi malam sebelum salat Isya dan tidur. Tapi entah kenapa, semalam kelihatannya dia malas mandi. Makanya sampai saya suruh. Lalu saya duduk menonton televisi. Saya bisa mendengar suara pancuran air dari kamar mandi di kamar Rizal.

Tapi tak lama kemudian, saya mendengar Rizal berteriak, bertanya apakah mati lampu atau tidak. Padahal di ruang tengah lampu menyala. Maka saya hendak masuk ke kamarnya, tapi ternyata pintunya dikunci. Padahal Rizal tidak pernah mengunci kamarnya.

ANXI EXTENDED 2Where stories live. Discover now