Keadaan Zayyan

797 79 54
                                    

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Woossshhh...woossshhh...wooshhh...

Udara di luar semakin terasa dingin, suhu di Korea Selatan kini mencapai 11° celcius. Begitu sangat dingin hingga menusuk ke kulit.

Jaket tebal, selimut tebal, kaos kaki dan bahkan penghangat ruangan yang dinyalakan pun tak dapat menghalau rasa dingin di tubuh mungilnya.

Ia mencoba bangkit berdiri, namun tiba-tiba kepalanya terasa pusing.

"Ini pasti karena aku tak makan sejak kemarin malam," pikirnya.

Sambil berpegangan pada benda apa saja yang bisa ia raih, ia pun mendekati cermin di ruangan kamar yang sempit itu.

Ia menatap wajahnya di cermin. Matanya sayu dan sembab, rona wajahnya memudar. Rambutnya acak-acakan dan pipinya pun semakin tirus.

"Aku semakin terlihat kurus, tidak enak di lihat," gumamnya.

Drrttt...drrtt...drttt...

Ponsel miliknya yang berada di atas meja nakas, samping tempat tidur berbunyi.

Dengan susah payah menahan bobot tubuhnya yang terasa lemas, ia pun mencoba kembali ke ranjang tempat tidur, bermaksud untuk mengambil ponselnya.

Namun...

"Bruukk...!!"

"Aaahhkkk!!" Teriaknya saat bokongnya mendarat dengan sangat tidak bersahabat di lantai. Rupanya ia terjatuh.

Merintih, menahan sakit, sambil bertumpu pada lantai.

"Sshhh...Sing...tolong bantu aku berdiri," pintanya.

Tapi tentu saja orang yang dimintai tolong tak segera menurutinya dan juga tak menjawabnya, karena orang yang dimaksud tak berada di sana.

Ia tersadar, bahwa ucapannya hanyalah omong kosong belaka, sebuah angannya yang kemudian menguap diterbangkan angin.

Tapi kemudian ia menyangkali kenyataan itu, kembali menolak fakta yang ada.

"Tidak! Mungkin Sing tidak mendengar panggilanku, karena dia sedang mandi. Ouyin-aaahhh...tolong bantu Hyung berdiri!" Pintanya lagi, bahkan ia sedikit berteriak.

Namun tetap tak ada yang datang menolongnya.

Drrtt...drrtt...drrttt...

Ponselnya kembali berbunyi, terus menerus, seolah si penelepon sangat ingin berbicara dengannya, sehingga tak menyerah menghubunginya.

Namun ada hikmahnya juga, suara dering telepon itu membuatnya kembali tersadar akan fakta yang di alaminya sekarang.

Tubuhnya benar-benar lemas, sampai tak mampu berdiri.

"Aku kesepian, mereka sudah tidak ada lagi di sampingku. Aku sendirian, benar-benar merasa sendirian," sendunya.

Ia terpaksa mengesot di lantai untuk mencapai meja nakas.

Sesampainya di bawah samping meja nakas, ia meraih ponselnya.

"Yeoboseyo, Noona-yaa," ucapnya.

"Apa kau baik-baik saja, suaramu terdengar lemah?" Nada suara si penelepon terdengar khawatir.

"Iya, Noona. Aku baik-baik saja," bohongnya.

"Aku sekarang sudah tiba di sekolahmu. Wali kelasmu menghubungiku untuk membicarakan perihal dirimu. Apa kau melakukan kesalahan?"

Terdiam sejenak, bingung harus menjawab apa.

Friendship (Xodiac) End√Where stories live. Discover now