Menunggumu

598 63 61
                                    

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Iris mata Sing memandangi rintik-rintik hujan di luar jendela. Kulit tubuhnya yang tipis merinding, merasakan dinginnya udara pagi ini, meskipun ia saat ini mengenakan sweater hoodie lengan panjang berwarna hitam. Sesekali ia bergidik, karena udara dingin itu terus menerus menerpa tubuhnya. Ditambah lagi AC yang menyala dengan temperatur rendah di ruangan kamarnya.

Ia ingin mematikan AC-nya, namun ia takut nanti Leo protes.

"Hhh...pagi-pagi sudah hujan. Bagaimana ini?" Batin Sing. Padahal pagi ini rencananya ia dan Leo akan kembali pergi ke kota Pyeongyang untuk mencari Zayyan. Tapi sepertinya cuaca pagi ini sangat tidak bersahabat untuk mengijinkan mereka bepergian.

Sing memandangi koper miliknya dan milik Leo yang sudah berjejer rapi di sudut ruangan, yang telah terisi pakaian dan barang-barang mereka sejak semalam.

"Oaaaaheeemmm...!!" Leo menggeliat. Maknae Xodiac itu akhirnya terbangun dari tidurnya.

Mata indah Leo mengedar ke sekeliling, dan sosok Sing yang sedang duduk di samping jendela kini terlihat jelas pada pandangan matanya.

"Sing...," panggilnya.

"Eum?" Sing menyahut tanpa menengok ke belakang. Dirinya sudah menyadari jika Leo kini sudah bangun.

"Ngapain?"

"Ngelihatin gerimis," jawab Sing apa adanya.

"Ck! Gerimis ya?"

"Eum."

"Padahal kan kita mau pergi."

"Iya," jawab Sing singkat.

Leo menyingkap selimutnya dan beranjak dari tempat tidurnya. Ia berdiri di samping Sing dan ikut memandang ke luar jendela dengan rambut acak-acakan dan muka bantalnya khas bangun tidur.

"Sing, jadi kan kita pergi?"

"Jadi. Meski hujan, nggak masalah. Lagian cuma gerimis, dan mudah-mudahan nggak sampai deras."

"Iya, kuharap juga begitu," timpal Leo.

"Ya udah yuk, kita siap-siap!" Sing hendak berdiri dari tempat duduknya. Namun tiba-tiba...

"Aaakhhh!!" Pekik Sing, sebelah tangannya reflek langsung ke belakang, menyentuh punggung sebelah kirinya.

"Kenapa Sing??" Leo terkejut.

"Nggak apa-apa, kok!" Jawab Sing. Meski terlihat seperti sedang menahan sakit, Sing tetap berjalan menuju ke kamar mandi.

Leo memperhatikan Sing dengan khawatir. "Apa punggungnya terasa sakit?" Batinnya.

Di dalam kamar mandi, Sing segera membuka sweaternya, dan memeriksa punggungnya melalui cermin.

Ia menyentuh bekas jahitan lukanya. Dan bagian itulah yang terasa sakit.

"Tidak! Ini tidak mungkin!" Sing panik.

Sudah beberapa hari belakangan ini bagian itu memang terasa sakit semenjak Lex mendorongnya ke dinding dengan sangat keras, namun Sing mengabaikan rasa sakit itu. Karena pikirnya hal itu tidak akan mempengaruhi lukanya yang telah sembuh.

"Lukaku sudah sembuh tiga tahun yang lalu. Tapi kenapa belakangan ini sering terasa sakit. Namun rasa sakitnya kadang muncul, kadang hilang. Ah, mungkin ini karena aku kecapekan kali ya? Atau...mungkin karena aku terlalu banyak melakukan olah raga angkat beban di tempat fitnes," pikir Sing.

***

Davin memencet bel pintu di salah satu kamar hotel di kota Seoul.

Tak lama kemudian seseorang membukakan pintu untuknya.

Friendship (Xodiac) End√Where stories live. Discover now