XLIII. Sierra

1.8K 148 1
                                    

Gelap.

Itulah keadaan disekitar Sierra. Dia tidak bisa melihat apa - apa. Tangannya menghapai - gapai berusaha mencari pegangan atau tumpuan. Tidak ada sejauh ini.

Bagaimana jika ada monster tiba - tiba datang menyerang dari belakang?

Dia melakukan sesuatu yang dianggapnya sangat bodoh, tapi mau bagaimana? Masa dia akan diam dalam ruang kosong, gelap, dingin, dan lembap?

"Percy? Jake?" ucap Sierra pelan.

Tidak ada jawaban.

"Percy? Dimana kau? Jake?" ucap Sierra sedikit lebih keras.

Tiba - tiba ada suara gedebuk seperti karung beras jatuh disebelahnya. Sierra tidak punya pedang atau apa pun juga untuk menyerang. Matilah dia. Tapi dia maju untuk mengecek. Dia maju ke arah benda yang jatuh tersebut dan menyentuhnya dengan kaki. Lembek, seperti kulit, sepertinya besar. Saat Sierra mau menyentuh dengan tangannya, lampu sorot dari atas menyala sangat terang sampai dalam sesaat dia buta.

Sierra mengerjap - ngerjapkan matanya. Saat matanya sudah fokus kembali, dia menengok ke bawah dan melihat sesuatu yang sangat tidak masuk akal sampai - sampai Sierra mundur 5 langkah. Ternyata yang jatuh tadi bukan karung beras, melainkan Percy Jackson. Kondisi Percy amat buruk. Mukanya pucat, seputih salju, dan ada sayatan menjijikan di pinggangnya, mengeluarkan nanah kuning dan hijau, darah menetes keluar dari luka tersebut. Sierra mendekati Percy dan menyentuh nadinya. Tidak berdenyut. Aduh. Bagaimana ini? Sierra melepaskan jaketnya dan sekarang hanya mengenakan kaus cokelat Perkemahan Legiun. Jaketnya ditekan ke luka Percy.

"Ayo Percy bangunlah!" ucap Sierra

Coba saja ada Jake. Dia kan penyembuh yang hebat, bahkan terhebat di perkemahan. Sierra mencoba melihat ke atas, akan tetapi, sinarnya terlalu membutakan, Sierra tidak bisa melihat apa pun dibalik sinar tersebut. Sierra bukan seorang penyembuh. Dia hanya anak Aphrodite yang biasa saja, tidak cantik - cantik banget, tidak punya charmspeak seperti Piper McLean dari Perkemahan Blasteran, tidak punya keberanian seperti Silena Beauregard, mantan konselor Aphrodite di Perkemahan Blasteran. Sierra bingung, mengapa Percy malah memilih Sierra untuk menjalankan misi bersama Percy. Tidak ada yang special dari dirinya, dia juga pasti tidak akan banyak membantu. Dia mungkin lumayan jago menggunakan pedang dalam pertarungan jarak dekat, tapi sekarang pedang pun tidak ada.

Jaket Sierra berlumuran darah Percy. Tidak disangka - sangka, tiba - tiba, tubuh Percy bersinar biru. Lukanya mulai menutup sehingga meninggalkan bekas garia merah. Percy mengerang. Sierra tidak pernah merasa selega ini. Percy bangkit perlahan - lahan.

"Dimana? Apa-" ucap Percy terbata - bata.

"Aku tidak tahu kita dimana... Aku juga tidak tahu apa yang terjadi padamu. Seseorang melemparkanmu ke bawah dari atas situ." Sierra menunjuk lubang diatasnya yang masih disinari cahaya.

"Aku jatuh? Dari situ?!" tanya Percy shock.

"Wah! Ada siapa disini?" ucap suara diatas.

Percy memberi isyarat untuk tetap diam. Mereka melihat sebuah siluet seorang pria diatas mereka. Karena ada cahaya yang terang itu, mukanya sama sekali tidak kelihatan. Orang itu berpakaian seperti bajak laut. Hening.Tiba - tiba orang itu tertawa terbahak - bahak. Percy dan Sierra melonjak kaget.

"Ya! Aku bisa mencium laut dibawah sana! Dan apa ini satu lagi? Ah! Parfum! Aphrodite?" terka si orang itu. Dia meloncat turun dan memandang Percy.

"Percy Jackson? Wah wah, aku tidak mengira akan bertemu dengan mu lagi! Kaulah yang terakhir mengirimku ke Tartarus dan dia sudah membangkitkan ku kembali! Yah Percy Jackson, kau akan membayar!"

Percy mendorong Sierra ke tembok. Punggung Sierra nyeri. Percy mengelak dari serangan pedang orang itu. Dia tidak menyebutkan namanya. Dia berpedang emas, ada bau laut samar - samar dari dirinya. Percy hanya bisa mengelak. Apa boleh buat? Dia tidak punya pedang.

"Ayolah Bung! Bertarung yang adil, berikan aku pedang atau semacamnya!" ucap Percy gusar.

Pedang itu hanya sesenti lagi dari kepala Percy sehingga mengiris beberapa helai rambut Percy.

"Cukup!" raung Sierra.

"Wah Non, ada apa? Dilihat dari wajah rupawanmu, Aphrodite ya?" ucap orang itu sambil menyentuh wajah Sierra yang langsung ditepis olehnya.

"Siapa kau?!" tanya Sierra.

"Chrysaor tentunya! Kau tidak mengenaliku Non?" senyum Chrysaor dengan menjijikan.

"Seingatku wajahmu tidak seperti ini." tukas Percy.

"Aku tambah ganteng ya?" ucap Chrysaor.

Sierra mengeluarkan suara tercekik. Chrysaor berpenampilan seperti bajak laut yang kebanyakan minum obat, tetapi kemampuan berpedangnya tidak bisa diremehkan.

"Kau pernah melawan dia sebelumnya Percy?" tanya Sierra.

"Bukan aku, tapi Hazel, putri Hades, eh maksudku Pluto serta Jason, putra Jupiter." jawab Percy terengah - engah.

"Huh! Mereka! Berani - beraninya mengelabuiku! Tapi tak apa! Sebab teman mereka, Percy Jackson dan gadis Aphrodite yang cantik ini akan segera membayar!"

Battle Of The SeaWhere stories live. Discover now