XI. Percy

3.3K 239 7
                                    

“Mereka lama sekali sih!”

Percy takut kalau adiknya tidak sanggup menerima ramalan itu. Setelah 15 menit muncullah adiknya dari kejauhan diikuti Apollo dibelakangnya. Muka adiknya berwarna merah. Percy berlari menghampiri adiknya.

“Kau tidak apa-apa?”

Adiknya tersenyum.

“Aku sayang padamu kak. Lain kali bangunkan aku ya!”

Sesudah mencium pipi Percy yang merona merah, adiknya berlari pergi.

Apollo menghampiri Percy.

“Percy, jaga adikmu baik-baik ya!” Apollo lalu menaiki Ferarri merahnya dan pergi.

Selama seminggu penuh, para pekemah Apollo jadi memperlakukan Percy dan Abrielle seperti saudara kandung mereka sendiri.

Percy lebih bingung lagi saat Apollo setiap hari datang ke Perkemahan dengan tebar pesona sana-sini. Dan yang lebih anehnya lagi bagi Percy, Apollo sering mengajak adiknya jalan-jalan di pantai.

Suatu malam Percy bertanya, “Ab, ada apa sih antara kau dan Apollo?”

“Tidak ada apa - apa." jawab adiknya dengan gugup.

“Yah semua yang menyangkut Apollo pasti ada hubungannya denganmu. Entah kenapa.”

Tiba-tiba tanah perkemahan bergetar lalu berhenti.

“Apa itu barusan?” Tanya Percy.

Mereka berdua keluar dari pondok. Semua orang perlarian panik. Abrielle menyuruh beberapa orang untuk tenang menggunakan charmspeak nya. Beberapa orang mendengarkan dan berhenti berlari. Suara ribut datang dari pantai.

“Tunggu!” teriak Abrielle.

Gale, anak Hermes menghampiri Percy dan Abrielle.

“Kita butuh kalian di pantai!”

“Apa yang terjadi?” Tanya Percy.

“Ada yang menyerang! Semacam monster tapi kita tidak tahu itu apa. Belum pernah ada yang melihatnya!”

Mereka bertiga berlari kearah pantai.

“Demi Poseidon! Apa itu?” Tanya Percy.

Makhluk itu berwarna hijau kusam, tingginya sekitar 6 meter, dengan muka lebih jelek dari pada Typhon. Tangannya berkutil, kaki seperti tentakel, rambutnya terbuat dari ganggang laut. Baunya amis dan banyak sekali kerang dan bintang laut yang menempel di sekujur tubuhnya

Si Raksasa Ganggang meraung sangat keras hingga tanah yang dipijak Percy bergetar ketika seorang pekemah Apollo menembakan panahnya tepat ke mata Si Raksasa.

Percy mengajak adiknya ke arah pantai, tapi satu yang paling mengkhawairkan bagi Percy, bagaimana dengan Ayahnya?

Dan bersama-sama mereka menyerang.

Percy mengeluarkan Riptidenya dan dia melihat Abrielle mengeluarkan trisula miliknya. Dia melirik adiknya.

“Demi Poseidon!”

Adiknya mengangguk dan mereka bersama memerintahkan air untuk membawa mereka ke tangah pertempuran.

Percy menusuk dan menebas tubuh si Raksasa, tapi pedangnya tidak cukup kuat untuk menembus kulit raksasa itu.

Percy menghampiri adiknya, “Kita tidak bisa melukai makhluk itu!”

“Aku tidak peduli! Dia sudah menyerang perkemahan! Dia mungkin juga sudah menghancurkan istana Ayah! Aku akan membunuhnya! Aku bersumpah demi sungai Styx!”

Air di depan Percy meledak dan mulai menyelubungi tubuh Si Raksasa. Percy menyadari bahwa adiknya yang mengendalikan air tersebut.

Adiknya mengarahkan trisulanya kearah Si Raksasa dan buyarlah Si Raksasa itu.

Percy takjub dengan apa yang barusan dilakukan adiknya. Aura hijau ke biru-biruan berkobar di sekeliling adiknya.

Seketika itu pun adiknya jatuh pingsan di permukaan air.

Battle Of The SeaWhere stories live. Discover now