XXI. Percy

2.3K 183 1
                                    

Ia penasaran dengan rombongan adiknya. Karena Percy harus memutar untuk bisa sampai di Atlantik. Perasaan Percy tidak enak. Sudah hampir 7 jam dia tidak beristirahat.

“Ehm Percy?” panggil Sierra.

“Kau ingin menyuruhku istirahat kan?” tanya Percy.

“Kau sudah mengemudikan kapal ini selama hampir 7 jam, kau butuh istirahat!”

“Baiklah. Aku mengalah. Kalau ada apa – apa bangunkan aku ya?”

Sierra mengangguk.

Percy melangkah masuk ke dalam lambung kapal yang terdapat 3 kabin di dalamnya. Kabin 1 dan 2 sudah diisi dengan barang – barang Sierra dan Jake. Akhirnya Percy melangkah ke kabin nomor 3. Kabin tersebut cukup nyaman.

Percy berbaring dan langsung tertidur. Dia bermimpi ada disebuah kapal. Persis kapal miliknya. Tetapi Percy tahu, ini bukan kapal “NEPTUNUS”. Dia mendengar suara ribut di geladak kapal.

“Annabeth! Awas dibelakangmu! Leo! lindungi Annabeth! Biar kusate monster ini!”

Percy panik bukan kepalang. Dia langsung lari ke geladak kapal dan disitu dia melihat. Monster itu serupa drakon tetapi yang satu ini memiliki sirip alih – alih sayap. Dan ekornya serupa ikan. Adiknya menghadang monster itu sendirian diatas ombak yang menahan dirinya agar tidak jatuh. Annabeth dan Leo tetap berada didalam ruang mesin untuk mengemudikan kapal dan menembak tubuh sang drakon ikan atau apalah namanya yang sepertinya tidak mempan.

Percy berlari menghampiri. Tetapi dia berhenti. Dia mengecek tubuhnya. Tapi tubuhnya terasa nyata. Dia akhirnya masuk ke dalam ruang kemudi.

“Kalian tidak-“

“Demi dewa – dewi! Percy apa yang kau lakukan disini?” sergah Annabeth.

“Duh! Jangan pacaran dulu dong. Bantu aku bisa tidak? Tembakkan sesuatu ke makhluk amis itu!” tegur Leo.

Annabeth kembali berurusan dengan mesin membantu Leo dan Percy lari keluar untuk membantu adiknya. Dia memanggil ombak yang langsung membawanya tepat di belakang Abrielle.

“Dik kau tidak apa – apa?” tanya Percy.

“Ya tidak apa… Tunggu. Demi Hephaestus Maha Agung! Bagaimana bisa kau sampai disini?”

Monster itu meraung.

“Yah bukan itu yang penting sekarang. Ada yang harus kita serahkan pada Tartarus.” tukas Percy.

“Kau serang di depan! Alihkan perhatian-“

Abrielle menembak si drakon amis (seperti kata Leo) dengan listrik dari trisulanya. Drakon amis itu mundur sedikit.

“Alihkan perhatiannya dan aku akan menyerang dari belakang!”

Abrielle jatuh ke dalam lautan dan Percy tidak bisa melihatnya lagi. Mari berharap saja rencana adiknya berhasil walaupun Percy tidak tahu apa yang direncanakan Abrielle.

“Hey eh kau! Aku tidak tahu kau itu apa tapi masa bodoh.”

Percy membuka riptidenya dan mulai menyerang. Yang dia tidak tahu adalah cukup susah untuk bertarung diatas ombak apalagi dengan makhluk sebesar kereta di New York. Percy menyabetkan riptidenya dekat mata monster itu, tapi meleset. Riptidenya berasap karena terkena semacam cairan yang muncrat keluar dari mulutnya.

“Eh Ab! Hanya sekedar informasi, monster ini juga punya ludah asam. Yah aku tidak tahu kau mendengarkan atau tidak tapi wow-“

Monster itu mengejang dan jatuh tenggelam.

“Apa – apaan-“

“Hai kak.”

Adiknya datang dalam keadaan basah kuyup. Bukan air, semacam cairan kental atau semacamnya.

“Kau dari mana?”

“Perutnya. Menjijikan sekali astaga.”

“Bagaimana kau bisa masuk oke aku tidak mau dengar. Terlalu menjijikan untuk membayangkannya.”

“Yah aku pikir itu satu – satunya cara untuk mengalahkannya karena kulitnya tebal sekali. Bagaimana kita akan mengalahkannya jika bahkan kita tidak bisa sedikitpun melukainya dari luar?”

Mereka melangkah masuk bersama – sama ke ruang kemudi.

“Nah kau punya banyak hal yang harus dijelaskan padaku Otak Ganggang. Mari kita memulainya dengan bagaimana bisa kau sampai disini?” sergah Annabeth.

Leo dan Abrielle melangkah keluar.

“Lho? Kalian mau kemana?” tanya Percy.

“Kami akan memberikan waktu pada kalian. Lalu aku ingin bicara padamu. Ini soal Oceanus.” jawab Abrielle.

Percy mengangguk.

“Percaya atau tidak, aku sedang bermimpi.” tukas Percy.

Percy menceritakan tentang mimpi yang membawanya kesini.

“Siapa yang membuatmu bisa kesini ya?” tanya Annabeth.

“Yah siapa pun itu, apa tujuannya membawaku kesini?” balas Percy.

“Pasti ada penjelasan dibalik semua ini.” jawab Annabeth.

Percy suka sekali saat melihat Annabeth berpikir. Mata kelabunya mengkilat – kilat.

“PERCY! KAU TAK APA? KEMBALILAH! AKU MOHON!”

“BUNG! JANGAN MATI DONG!”

Kepala Percy pening sekali. Seperti ditusuk oleh trisula Abrielle. Percy menutup matanya dan saat dia membukanya, Jake dan Sierra menjulang di depannya sambil mengguncang – guncangkan tubuh Percy. Tubuh Percy basah oleh keringat.

“Apa yang-“

“PERCY!”

“Ada apa?”

“BUNG! TADI KAU TIDAK BERNAPAS SAMA SEKALI!”

“Aku-“

“Kami khawatir sekali. Kaulah pemimpin kami jika kau mati apa yang akan kami perbuat?” balas Sierra.

“Pemimpin? Aku tidak ingat kita pernah berembuk untuk menentukan siapa pemimpinnya?” tukas Percy.

“Yasudah. Bukan itu intinya. Kita kedatangan tamu.” jelas Jake.

“Tamu?”

“Ya Hermes ingin bicara padamu.”

Battle Of The SeaOnde histórias criam vida. Descubra agora