XVIII. Abrielle

2.4K 185 0
                                    

“Jangan! Jangan kalian turuti kemauannya!” teriak Abrielle.

Abrielle mengerahkan seluruh kemampuan charmspeak nya untuk memerintah teman – temannya. Charmspeak yang dimiliki Latha kuat sekali.

Leo bergumam, “Jangan ikuti.”

“Leo Valdez, jangan dengarkan kata – kata Abrielle, dia itu jahat.” hasut Latha.

“Teman – teman. Ingat kalian di pihak siapa!”

“Pihak Abrielle.” gumam Percy.

“Ya betul kak! Yang lain dengarkan-“

“Oh jangan dengarkan dia. Serang Abrielle dan seret dia ke rumahku.”

Rupanya Abrielle gagal, karena teman – temannya mulai menyerang. Terpaksa Abrielle harus mengeluarkan trisulanya. Yang pertama menyerang adalah Percy dengan Riptide nya.

“Percy! Kau harus sadar! Jangan dengarkan Latha! Aku ini adikmu!” teriak Abrielle.

“Jangan serang.” gumam Percy sambil menurunkan Riptide nya.

“Serang Abrielle. Dan seret dia ke rumahku. Cepat!” geram Latha.

Percy mulai menyabetkan pedangnya yang langsung ditangkis oleh Abrielle. Abrielle sebenarnya tidak tega menyerang kakaknya sendiri, tetapi apa boleh buat, nyawanya sendiri sedang dipertaruhkan. Tiba – tiba gumpalan api melesat tepat didepan muka Abrielle, hanya meleset 1 inci saja.

“Serang Abrielle.” gumam Leo sambil mengayunkan obeng.

“Leo! Jangan dengarkan Latha. Aku mohon Leo. Dia hanya memikatmu dengan charmspeak. Leo!”

Leo seperti tersadar kembali, “Hah? Charmspeak apa?”

“Leo! Aku mohon!” teriak Abrielle selagi dia menghalang serangan dari Percy.

“Abrielle cantik.” gumam Leo.

“LEO!” teriak Abrielle.

Leo hanya mondar – mandir tanpa tujuan. Abrielle bisa melihat dari ujung pandangannya bahwa Latha sedang tersenyum.

“Kau tidak akan bisa mengalahkan charmspeak ku demigod bodoh. Kau tahu? Bahkan Aphrodite benci dengan kaum ku, karena yah selain kami lebih rupawan daripada dewi bodoh itu, kami juga lebih pintar. Annabeth! Sierra! Serang Abrielle.”

“Oh tidak!” keluh Abrielle.

Sekarang Abrielle diserang oleh 4 orang temannya. Leo sedang mondar – mandir tanpa tujuan, sedangkan Jake tetap siaga disebelah Latha seperti seorang pengawal.

“Percy!” teriak Abrielle.

Ia menaruh sihir yang sangat kuat pada kata – katanya sampai Percy jatuh tersungkur. Latha terkesiap.

“Bangun Percy Jackson!” teriak Latha.

Tetapi Percy tetap tak bergeming. Menurut Abrielle lebih baik seperti ini.

“Teman – teman tidur ya. Nanti aku bangunkan.” kata Abrielle lembut.

Itu berhasil. Teman – temannya mulai berbaring di rerumputan dan tidur. Jake langsung mengorok dan menghisap ibu jarinya. Ternyata anak – anak Apollo punya kebiasaan tidur yang agak aneh. Latha tampak takut.

“Ah tidak mungkin!” ujar Latha.

“Nah sekarang tinggal kau dan aku nona tengil.” ledek Abrielle.

Abrielle mengangkat trisulanya dan mulai menyerang. Latha mengeluarkan 2 bilah pisau yang mengkilat – kilat diterpa sinar matahari. Abrielle menikam Latha dengan trisulanya tetapi Latha menghindar ke kiri dan memukul punggung Abrielle dengan gagang pisaunya. Abrielle jatuh tersungkur. Latha tahu titik lumpuh seseorang. Tapi Abrielle tidak akan menyerah semudah itu.

Ia kembali berdiri. Setiap tarikan nafas, dadanya terasa sakit.

“Aku baru saja menekan paru – paru mu dari belakang Abrielle. Kesulitan bernapas?”

“Ya, mungkin aku kesulitan bernapas, tetapi itu tidak akan menghentikan ku untuk membunuh mu.” sengal Abrielle.

Ia kembali menyabetkan trisulanya didepan muka Latha yang akan menghancurkan mukanya dalam sekejap jika saja Latha tidak punya kepekaan yang luar biasa. Ia mundur berguling dan kembali berdiri sigap dengan 2 bilah pisau di kedua tangannya. Abrielle maju dengan trisula siap di tangan dan berusaha menyabetkan trisulanya di kaki Latha. Latha kaget dan jatuh terjungkal.

Sebelum Ia dapat mengambil pisaunya yang hanya berjarak 2 inci dari tangannya, Abrielle menendang pisau itu menjauh dan menginjak tangan Latha yang mengerang kesakitan. Abrielle menahan trisulanya tepat di leher Latha yang dengan sekali tekan akan mematahkan lehernya menjadi 2.

“Nah. Ada permintaan terakhir?” tanya Abrielle sambil tersengal – sengal.

“Tuan ku akan membunuh mu! Kau tidak akan mampu melawannya! Dia akan menghancurkan mu seperti serangga!”

“Yah permintaan yang aneh, baiklah. Semoga beruntung!”

Seiring dengan itu, Abrielle menekan trisulanya ke bawah dan dalam sekejap, Latha meledak menjadi gumpalan debu.

“Selamat menikmati Tartarus. Nah kawan – kawan, kalian boleh bangun.” ucap Abrielle.

Semua teman – temannya mulai bangun.

“Duh kepalaku pusing. Apa yang terjadi?” gumam Leo.

“Ada seorang wanita ehm… Aku lupa.” Gumam Percy.

“Aku serius kawan – kawan. Bangunlah, ada misi yang harus kita selesaikan.”

Mereka mulai sadar satu per satu. Mereka bertanya – tanya apa yang terjadi.

“Yah nanti aku jelaskan sembari kita melanjutkan perjalanan. Nah ayo!”

Battle Of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang