LI. Annabeth

2.2K 149 1
                                    

Pondok Athena sedang mengintai monster sialan itu. Monster itu bergerak cepat sekali, sedangkan mereka harus mengendap - endap agar tidak berisik. Mereka hanya bisa menyamai kecepatannya dengan menggunakan kereta perang, tapi, kereta perang terlalu berisik. Percy pergi dari sisi Annabeth untuk menemui Abrielle, dan disinilah Annabeth, melewatkan peristiwa bangkitnya Abrielle dari hibernasinya. Oke, secara teknis, itu bukan hibernasi, hanya dia sudah pingsan selama 3 hari. Bukankah itu terlalu lama? Terlalu banyak pikiran yang ada di benak Annabeth saat ini sedangkan dia masih mempunyai tugas lain yaitu mengamati Craeius itu. Annabeth belum pernah menghadapi monster ini sebelumnya, karena disebutkan bahwa makhluk ini sudah punah, di buku erm buku apa ya. Sudah terlalu banyak buku yang Annabeth baca selama dia hidup. Annabeth harus menemukan titik lemah monster itu. Sudah dua jam dia berkutat dengan kemugkinan - kemungkinan bagaimana dia akan membunuh makhluk itu. Tiba - tiba monster itu mengaum dan membuat Annabeth kaget sehingga dia terjatuh dari dahan pohon yang sedang didudukinya.

Di kejauhan, ada seorang yang mengangkat tinggi trisulanya dan mulai menyerang. Dia melompat begitu tinggi dan mendarat dengan membengkokkan punggungnya agar benturan tidak begitu keras. Annabeth melihat sekilas wajah si penyerang, dan betapa bahagianya dia saat mengenali wajahnya. Yap! Itu adalah Abrielle Hiddleston, putri Poseidon. Dia menyabetkan trisulanya itu yang sepanjang 2 meter dan mulai menusuk - nusuk mata monster itu. Adrenalin Annabeth langsung naik dan berteriaklah dia,

"Ayo teman - teman, bantu Abrielle!" berlarilah Annabeth ke medan perang dimana Abrielle sedang berkutat dengan seekor Craeius.

Abrielle sudah jungkir balik sana - sini dan ia bahkan tidak berkeringat. Jika Annabeth ada di posisi Abrielle, pastilah Annabeth sudah lelah setengah mampus. Annabeth tahu betapa berat trisula yang di pegang oleh Abrielle. Trisula yang biasa saja beratnya minta ampun, apalagi trisula yang memiliki kekuatan magis, berasal dari tempaan bawah laut Poseidon.

"Sini jelek!" raung Annabeth kepada monster itu. Kelabang raksasa itu langsung membalikkan badannya ke arah Annabeth dan melata dengan kecepatan yang luar biasa. Bisa berbusa keluar dari mulutnya. Ih menjijikan.

10 meter. 8 meter. 6 meter. Monster itu semakin dekat.

Tiba - tiba, monster itu menggelepar dan ada aliran listrik berwarna biru yang menjalar di sepanjang tubuhnya. Monster itu mengeluarkan raungan terakhirnya dan jatuh berdebum di tanah. Di belakang monster tersebut, berdirilah Abrielle Hiddleston yang tersenyum ke arahnya.

"Hi." sapa Abrielle santai.

Annabeth langsung berlari menghampiri dan memeluknya. Annabeth teringat badannya berkeringat dan mungkin agak bau, dengan spontan, Annabeth melepaskan pelukannya.

"Eh sorry Ab, aku bau ya?"

"Tidak apa kok, yah walaupun sedikit." ucap Abrielle dengan nada bercanda.

Annabeth lalu berlari masuk ke perkemahan dan langsung menuju pondoknya, mengambil pernak - pernik mandinya dan masuk ke kamar mandi.

Selang beberapa menit kemudian, saat Annabeth baru saja keluar dari kamar mandi, terdengar suara terompet perkemahan tanda sudah hampir malam dan semua pekemah wajib berkumpul di paviliun makan. Annabeth mencari - cari sepatunya tetapi tidak ada.

"Dimana ya?" gumam Annabeth. Setelah 15 menit ia mencari, mengobrak - ngabrik semua tempat termasuk kamar - kamar pekemah yang lain dia tidak mememukannya juga.

"Mencari ini?" tanya seseorang di belakang Annabeth.

Sesuai dengan instingnya, dia langsung mencabut pisau yang diselipkan di pergelangan tangan kanannya dan menyabetkan pisau tersebut ke arah belakang. Orang itu dengan cepat menghindar dan membelokkan serangan Annabeth sehingga pisau yang dipegang Annabeth jatuh berkelontangan di lantai.

"Wow, tenang Annabeth, ini aku Reyna." ucap Reyna. Reyna adalah seorang praetor Romawi, yang perkemahannya ada di San Francisco. Dulu, sewaktu Annabeyhq menjalankan misi untuk mengalahlan Gaea, Reyna turut serta ambil bagian dalam menyongsong maut untuk mengambil Athena Parthenos yang Annabeth susah payah temukan di bawah gorong - gorong kuno di Roma untuk dibawa ke Perkemahan Blasteran dalam waktu 5 hari dengan menaiki seekor pegasus, Scipio, yang akhirnya meninggal dunia karena terkena racun gorgon demi menyelamatkan Reyna. Jubah Praetor Reyna yang berwarna emas berkilauan, hadiah dari Athena sendiri menjuntai di belakang punggungnya.

"Hi kawan." ucap Reyna sambil nyengir.

Annabeth memeluk Reyna yang langsung di peluk balik olehnya.

"Demi Athena, sedang apa kau disini? Tumben sekali." tanya Annabeth.

"Aku dengar, ada anak Poseidon yang sangat tangguh bla bla-" ucap Reyna.

"Hei dia benar - benar tangguh, malam ini ada duel antar pekemah, kau bisa melawannya kalau kau mau." usul Annabeth.

"Aku jelas akan mengambil kesempatan itu." ucap Reyna sambil tertawa.

"Apakah kau sendiri kesini?"

"Tidak, aku bersama pekemah - pekemah yang lain, Hazel dan Frank dan yang lainnya."

"Oh baguslah, ayo kita ke paviliun." ajak Annabeth.

Di paviliun, pekemah - pekemah Yunani menyambut baik partner Romawi mereka, bersulang minum Kool - Aid (bukan anggur, jadi tenang saja). Abrielle tidak kelihatan dimana - mana. Kemana dia?

Annabeth melihat nya berjalan ke luar paviliun menuju pantai. Abrielle berlari - lari kecil dengan celana jeans, sepatu ketsnya dan sweater navy blue punya Percy yang kebesaran untuknya. Annabeth mengejarnya, berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Abrielle, tetapi Abrielle terlalu cepat.

"Ab tunggu, kau mau kemana?" teriak Annabeth

Abrielle membalikkan badan, "Tidak apa kok, kau makan sana, aku hanya mau mengobrol dengan eh teman ku. Dia seorang peri air." jawab Abrielle.

"Oh ok, kau tidak lapar?" tanya Annabeth lagi.

"Aku sudah membawa ini." jawab Abrielle seraya mengeluarkan sebuah plastik berisi 3 roti panggang dan beberapa buah anggur hijau.

"Ok, kau ikut duel malam ini kan?" tanya Annabeth untuk yang ketiga kalinya.

"Ya tentu." jawab Abrielle sambil lalu. Abrielle masih bertingkah aneh, dia tidak tau apa yang akan dilakukan Abrielle di pantai sebelah sana, Annabeth tidak bisa menerka atau membaca raut wajahnya karena Abrielle terlalu pintar berbohong. Tapi Annabeth tahu satu hal, Abrielle membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri dan Annabeth tidak mau jadi seorang yang mengganggu hidup Abrielle untuk kesekian kalinya. Abrielle sudah cukup menderita. Annabeth meninggalkan pantai dan menuju ke paviliun walaupun hatinya gelisah memikirkan Abrielle.

Battle Of The SeaWhere stories live. Discover now