XXII. Abrielle

2.5K 201 8
                                    

“Kok bisa Percy sampai kesini ya?” tanya Abrielle.

“Tidak tahu. Mungkin nanti kita bisa tanya Annabeth  pasti Percy sedang menjelaskan padanya sekarang.” jawab Leo.

Bayang – bayang Ibunya masih menghantuinya. Apalagi pilihan yang diajukan oleh Oceanus padanya. Jujur, itu menggoda sekali.

“Leo?” panggil Abrielle.

“Ya?”

“Boleh aku cerita?”

Leo mengangguk. Abrielle menceritakan semuanya pada Leo. Kecuali tentang pilihan yang diajukan oleh Oceanus padanya. Dia harus memecahkan ini sendirian. Dia tidak mau membebani Leo.

“Menurutku Ibumu pasti cantik sekali. Pantas saja kau cantik eh-” kata Leo sambil menunduk.

Wajah Abrielle memerah.

“Makasih.”

“Aku tidak tahu harus bilang apa Ab, tapi jika saja aku bisa bertemu dengan Ibuku lagi. Aku akan melakukan apapun untuk bisa bersamanya lagi, yah mengingat Hephaestus tidak menyayangiku seperti Poseidon menyayangimu.”

Abrielle menoleh ke atas menunggu perunggu langit jatuh tepat ke atas kepala Leo. Tapi tidak ada yang terjadi.

“Jangan begitu. Lebih menyiksa yang mana? Kau tidak bisa hidup lagi dengan Ibumu, sedangkan aku? Aku tahu Oceanus bisa menghidupkan Ibuku kembali tapi aku tidak bisa tinggal dengan Ibuku lagi? Bahkan aku tidak ingat aku pernah tinggal dengan Ibuku.”

Abrielle mulai menangis. Dia memeluk Leo. Di benaknya pasti muka Leo merah sekali. Abrielle melepaskan pelukannya. Dia melihat mata cokelat gelap Leo. Tiba – tiba bibir Leo menyentuh bibir Abrielle. Abrielle menutup matanya. Dan Leo menciumnya kira – kira 15 detik.

Leo berhenti menciumnya.

“Ab maaf aku tidak-“ kata Leo sambil membelalak.

“Cium aku lagi. Aku mohon.” balas Abrielle.

Leo menciumnya lagi. Yah yang ini cukup lama. Abrielle tidak tahu berapa lama mereka berciuman sampai Annabeth datang.

“Percy meng- ASTAGA! Demi Zeus! Apa yang kalian lakukan?” sergah Annabeth.

“Eh kami ehm tidak eh.” jawab Leo terbata – bata.

“Eh bukan itu intinya. Tadi kau bilang Percy. Kakakku kenapa?”

Leo melemparkan pandangan terimakasih-kau-menyelamatkan-nyawaku pada Abrielle.

“Percy menghilang.” jawab Annabeth.

“Hah maksudmu? Menghilang secara harfiah atau bagaimana?”

“Dia benar – benar menghilang di depanku. Dia kehadirannya mulai mengabur tiba – tiba bum dia hilang.”

“Kau yakin? Dia tidak sedang mengerjaimu atau apa?” tanya Leo.

Annabeth melihat Leo seakan dia baru saja melontarkan lelucon yang tidak lucu sama sekali.

“Tentu tidak. Dia juga bilang dia sedang bermimpi.” ungkap Annabeth.

“Annabeth? Kau tidak gila karena kangen dengan Percy kan?” tanya Abrielle.

“Abrielle? Jangan macam – macam.” jawab Annabeth.

Annabeth menceritakan semuanya pada Abrielle dan Leo.

“Wah keren juga kalau bisa seperti itu.” jawab Leo sesudah Annabeth selesai bercerita.

“Nah aku sudah selesai bercerita. Sekarang giliran kalian yang bercerita apa yang kalian lakukan saat aku datang kemari. Abrielle, setahuku kau pacar Apollo. Dan Leo, kau mau diubah jadi penyanyi mamalia pertama?” tukas Annabeth.

Battle Of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang