VIII. Abrielle

3.4K 250 2
                                    

Kemarahan memuncak dalam diri Abrielle. Dia tidak bisa berhenti menesteskan air mata. Matanya perih sekali. Apalagi hatinya. Dia tidak menyangka, bahwa figur seorang ayah yang selalu ia dambakan, malah membohonginya. Ia rela mengorbankan teman - teman legiunnya untuk menjawab panggilan Ayahnya, tetapi yang ia dapatkan sebagai balasan adalah mengetahui bahwa ayahnya selama ini berbohong kepaada. 2 temannya berjalan diam dibelakangnya.

“Abrielle tunggu!”

Abrielle tetap melanjutkan perjalanannya ke Bandara. Sebuah kuda mendarat di depannya.

“Abrielle! Aku tahu ayah memang keterlaluan tapi-“

“Sudahlah kak! Dia bahkan tidak bilang maaf. Dia malah menyuruh mu kesini.”

“Dia tidak menyuruhku. Aku datang mengejarmu atas kemauanku sendiri.”

“Yasudahlah. Aku capek jadi pion para dewa. Aku ingin pulang ke Yunani. Teman teman ku sedang diserang.”

“Tapi aku mengerti perasaanmu.”

Abrielle ingin sekali meninju muka kakaknya yang tampan itu tetapi ia tidak tega.

“Seorang Perseus Jackson yang terkenal? Yang punya ibu peduli padanya, yang bahkan punya Ayah yang selalu membelanya didepan dewa dewa lain? Ayah yang bahkan menyuruhku datang jauh jauh dari Yunani daripada menyuruh mu datang ke Yunani untuk berbicara bertiga? Aku ragu kau akan mengerti.” sindir Abrielle

“Bukan begitu!”

“Bukan begitu apanya? Aku sudah cukup dibohongi selama 16 tahun aku hidup. Aku tidak bisa menerima lebih banyak kebohongan lagi.”

“Dengar ya! Dulu, aku juga benci sekali dengan Poseidon. Dia menelantarkan aku dan ibuku. Sebagai gantinya ibuku rela menikah dengan pria botak, gendut, pemalas, bau dan mirip babi agar para dewa dan monster tidak mengetahui keberadaan ku!”

“TETAPI SETIDAKNYA KAU MASIH PUNYA SEORANG IBU!”

Abrielle tidak dapat membendung kesedihannya. Dia menangis sejadi jadinya. Tanpa diduga duga, terasa sebuah dekapan di tubuh Abrielle.

“Tidak apa-apa. Kau punya aku kan?” suara lembut kakaknya bagaikan aura hangat yang menjalari setiap jengkal sel sel tubuhnya. Dia membalas pelukan kakaknya itu. Terbayang di benaknya wajah kakaknya, Sierra,Jake dan teman temannya menunggu kepulangannya di Yunani bahkan Tyson, yang setengah Cyclops. Abrielle merasakan pelukan Percy mulai melonggar.

“Bisa tidak kau tetap peluk aku?” pinta Abrielle.

“Selalu.”

Mereka berpelukan sampai tangisan Abrielle tidak terdengar lagi. Abrielle pelan pelan melepaskan pelukannya.

“Abrielle-”

Abrielle menoleh ke asal suara. Dia hampir tidak mengenali Ayahnya sendiri. Ayah terlihat seakan 30 tahun lebih tua daripada 45 menit yang lalu. Mata hijau lautnya tegas tetapi memancarkan kesedihan yang mendalam yang membuat Abrielle mengurungkan niatnya untuk membentak ayahnya lagi. Abrielle tidak bisa mengakui bahwa dia masih sayang sekali dengan ayahnya.

“Kau mau menghukum aku karena sudah membentakmu tadi?”

Poseidon tersenyum. “Bukan putriku, Aku mengerti bahwa aku salah. Aku malah mau menyuruhmu membentaku lagi.  Ayah kesini untuk minta maaf. Percy Benar. Ayah seharusnya tidak membohongimu. Aku harus memberitahumu  kebenarannya sejak dulu, seharusnya begitu walau resikonya, kau akan membenciku. Tetapi aku terlalu takut untuk kehilanganmu.”

“Aku tidak abadi sepertimu. Kau pasti akan kehilanganku suatu saat nanti.”

Poseidon tersentak. Rahangnya mengeras, tetapi tanpda diduga, Poseidon malah memeluk Abrielle.

“Aku rela melakukan apapun untukmu putriku. Apapun.”

Abrielle menangis lagi. Terdengar isak Poseidon. Abrielle melepaskan pelukannya untuk melihat apakah ayahnya menangis.

“Demi dewa-dewi maha agung! Ayah?”

Ayah berkata “Tidak apa jika aku menangis karena bahagia,ya kan?” Poseidon mengecup dahi Abrielle.

“Kau memaafkan ku?” tanya Poseidon.

Abrielle tersenyum. "Tentu."

Battle Of The SeaWhere stories live. Discover now