XXXVIII. Abrielle

1.9K 154 5
                                    

Setiap inci tubuh Abrielle serasa mau meledak. Dia ingin membuka mata dan menolong teman - temannya tetapi dia takut membuka mata karena jika dia membuka matanya, apa yang akan dia lakukan jika ternyata dia berada di Dunia Bawah? Di Padang Hukuman? Di Padang Asphodel? Dia tak ingin mati, belum, walaupun mungkin dengan mati, tubuhnya tidak akan sesakit ini. Abrielle ingin menangis, dia takut sekali. Dia gemetar hebat sampai - sampai kelopak mata nya terbuka sedikit demi sedikit. Dia meraba - raba lantai tempat Ia berbaring. Ia tahu bahwa Leo tadi berada disini. Tapi Ia tidak tahu kemana perginya Leo. Seseorang mengangkat Abrielle pergi dari tempat itu. Tidak tahu akan diangkat kemana.

Setelah diangkat beberapa lama, tubuh Abrielle dihempaskan ke tanah. Abrielle ingin menjerit kesakitan, tetapi satu yang Ia pelajari selama ini, bahwa kita tidak boleh menunjukkan kelemahan terhadap musuh kita. Dia tetap memejamkan mata, walaupun rasanya ingin dia membantai orang yang membanting tubuhnya ke tanah.

Bagaimana nasib Leo dan Annabeth? Itulah yang dipikirkannya, setelah kehilangan begitu banyak anggota Legiun, Abrielle tidak bisa kehilangan 2 orang teman lagi. Abrielle mulai suka pada Leo dan Abrielle harus membawa pulang Annabeth kembali ke Perkemahan Blasteran, terutama kepada Percy.

Astaga demi dewa - dewi, Percy!!!

Sedang apa dia disana?

Percy orang yang kuat, dia tidak mungkin terpuruk seperti aku.

Setelah Triton bermain - main dengan pikiran Abrielle, dia tidak mau membebani pikirannya dengan lebih banyak hal, bisa - bisa dia gila. Tapi bagaimana dengan Percy? Jake? Sierra? Dan Ayahnya, Poseidon? Apakah mereka semua selamat? Atau... Sudah cukup. Abrielle tidak bisa memanggul beban yang sangat berat itu. Dia perlahan - lahan membuka matanya dan mendapati bahwa dia berada di suatu lapangan terbuka bawah laut yang dipenuhi semacam orang kuda laut. Ada Triton. Ada Annabeth. Ada Leo.

Ada yang salah dengan Annabeth. Dengan Leo juga. Abrielle masih dirantai. Bagaimana ini? Abrielle memicingkan mata dan melihat darah, begitu banyak darah yang mengucur dari muka Annabeth. Demi Hephaestus! Abrielle harus menolongnya. Leo juga tampak tidak berdaya. Perlahan - lahan, Abrielle bangkit. Ia sekarang sudah berdiri, tetapi tak satu pun dari mereka menyadari bahwa Abrielle berdiri di belakang mereka. Abrielle ingin menyabet salah satu manusia kuda laut itu, tapi Ia tidak punya senjata apa - apa. Ia juga tidak bisa mengendalikan laut disini, walaupun dia bisa bernapas, tapi hanya itu. Air laut tidak mau menuruti nya sama sekali.

Perlahan - lahan dia maju, melewati manusia kuda laut, tetapi mereka tidak menyerang, mereka melihat Abrielle seperti tercengang - cengang. Abrielle berjalan lurus ke arah Triton. Saat sampai tepat di belakang Triton, Abrielle menepuk punggungnya dan saat Triton berbalik, Abrielle meninjunya dengan sisa - sisa kekuatan yang Ia miliki. Triton terhuyung ke belakang, tampak pusing, tetapi tidak jatuh. Dia malah tersenyum.

"Hai Dik, sudah bangun?" sapa Triton sambil tersenyum.

"Dasar brengsek. Kau apakan Leo dan Annabeth?" geram Abrielle.

"Wah kalo yang cowo Hephaestus satu itu mungkin sudah gegar otak. Kalo cewe Athena yang ini, wah Dik, aku ragu dia masih hidup." jawab Triton dengan santai.

Abrielle ingin meringkuk dalam selimut, karena Ia takut. Harus berapa kali Abrielle bilang kepada dirinya sendiri bahwa dia takut. Takut akan semuanya. Tapi tidak. Dia tidak boleh menunjukkan rasa takutnya kepada Triton.

"Begini, mari kita adakan pertarungan, yang seimbang. Kau berikan trisula ku kembali, kau biarkan aku mengontrol air, maka kita bertarung, dan kau akan kalah." cemooh Abrielle.

"Kalah? Darimu? Yang benar saja." dengus Triton.

"Kau mengambil trisula ku dan mengambil kekuatanku mengendalikan air karena kau takut, aku bisa menghabisi mu dengan mudah." ejek Abrielle lagi.

"Bah! Ya sudah! Ambil trisula mu dan kekuatanmu."

Dari sisi kiri Abrielle melesat senjata yang Abrielle kenal baik. Trisula sepanjang 2 meter melesat dengan kecepatan yang cukup mengesankan dan berhasil Abrielle tangkap. Saat tangan Abrielle menyentuh trisula itu, tubuh Abrielle berpendar hijau ke biruan. Pikiran Abrielle jadi bersih, luka - luka dan memar - memar di tubuh Abrielle hilang seketika. Abrielle merasa rileks, ia sudah kembali ke wilayah kekuasaan Ayahnya, dan akan tetap menjadi wilayah kekuasaan Ayahnya. Abrielle merasakan gelombang air yang sangat besar, menanti untuk digunakan. Abrielle tersenyum dengan percaya diri, walaupun rasa takutnya belum hilang sepenuhnya.

"Ayo Kak, silahkan maju." ucap Abrielle.

Apa yang terjadi dalam 20 menit ke depan agak buram bagi Abrielle. Ia berpendar kehijauan - Restu Poseidon. Ia menyabet, menusuk, dan menikam Triton. Sesaat, Abrielle menangkap kegelisahan dalam wajahnya. Tetapi lama - lama Abrielle lelah, karena walau bagaimana pun, mereka bertarung di dalam air, ia tidak bisa membunuh Triton, air akan senantiasa menyembuhkannya. Begitu pula Triton tidak bisa membunuh Abrielle. Gerakan Abrielle mulai melambat. Sampai akhirnya ia dengar sebuah suara pintu yang diayunkan keluar. Tiba - tiba seseorang yang tidak ia duga, muncul disampingnya.

Dengan tangan membara, berdirilah Putra Hephaestus, Leo Valdéz, dengan tangan membara, dan cengiran khas Leo.

"Butuh bantuan?" tanya Leo.

Battle Of The SeaWhere stories live. Discover now