XLVIII. Leo

1.9K 139 1
                                    

Dia tahu, sampai bulu ketiaknya pun tumbuh sepanjang tembok Cina, dia tidak akan bisa mengalahkan Oceanus dengan hanya melemparkan bola - bola api ke muka Oceanus. Ditambah dengan Annabeth yang menusuk - nusuk kaki atau tungkai atau apa saja yang bisa ditusuk olehnya dari Oceanus menggunakan trisula Abrielle yang diangkat oleh Annabeth dengan susah payah sekali. Leo yakin trisula Abrielle bahkan lebih berat dari badannya sendiri. Leo mungkin harus mengambil perjudian yang sedari tadi dipikirkannya. Percy pernah melakukannya saat mengalahkan Phineas si Juru Terawang. Leo memikirkan bahwa Gaea membutuhkan darah satu demigod laki - laki dan satu demigod perempuan untuk membangunkannya sehingga memiliki wujud manusia. Itu disebut pengorbanan. Dewa - dewi primordial pasti semuanya membutuhkan pengorbanan dan waktu serta tempatnya harus tepat, jika tidak sia - sia saja. Tahun lalu, Leo lah yang harus mengorbankan diri untuk menarik Gaea dari bumi yang dibantu oleh Festus lalu mendarat di Ogygia (seperti biasa, ceritanya panjang, kalau mau tahu baca Heroes of Olympus : The Blood of Olympus oleh Rick Riordan).

"Stop Oceanus! Aku ingin berbicara dengan TuanMu!" raung Leo berlagak berani.

"Leo apa yang kau lakukan?" balas Annabeth di seberang sana.

"Bah! Mana mungkin Tuan Kegelapan rela menyisihkan sedikit waktunya untuk bocah lemah seperti kau?" ejek Oceanus.

"Wah! Kalau kau belum tahu, akulah yang membunuh Gaea dasar Orang Bau Amis! Aku ingin berbicara dengan Tartarus, atau apakah Dia terlalu takut dengan ku? Ku rasa begi-"

"Ada apa wahai putra Hephaestus?" suara seorang pria, yang dalam, penuh kekejian menggema di sekeliling Leo. Wah mungkin ini ide yang buruk.

"Eh hei Tartarus! Aku mau tanya nih!" teriak Leo.

"Bertanyalah! Aku mendengar mu." balas Oceanus.

"Kalau Kau mau keluar dari lubang busuk itu bukankah Kau membutuhkan darah dewa? Atau demigod?"

"Iya. Benar. Tapi harus yang terkuat, salah satu dari tiga Dewa besar." jawab Tartarus.

Waduh.

"Jadi kau tidak bisa memakai darah putra Hephaestus?" tanya Leo.

"Leo! Dasar idiot! Apa yang kau lakukan?" raung Annabeth.

"Hah! Kau nau menawarkan dirimu sendiri untuk membangkitkan Ku? Wah mulia sekali, tapi tidak bisa dasar tolol! Darah Ayah mu yang buruk rupa itu tidak cukup kuat untuk membawaku keluar dari lubang ini!"

"Lalu? Bukannya jika ada demigod atau Titan atau raksasa yang terhisap ke dalam kegelapan Tartarus, kau menjadi semakin kuat?"

"Betul." jawab Tartarus tidak yakin.

"Semakin kuat makhluk yang terhisap, maka kau akan semakin kuat, bukan begitu?" tanya Leo.

"Memang apa mau mu demigod?" tanya Tartarus balik.

"Aku hanya berpikir, karena Oceanus kuat sekali, mungkin, yah hanya mungkin, akan mempercepat kebangkitan Mu. Kalau aku dan Annabeth? Pfft, sudah lemah dan luka - luka. Mana enak rasanya?"

"Eh Tuanku-" ucap Oceanus.

"Boleh juga idemu bocah! Aku lapar! Tetapi, jika aku keluar sebentar untuk menelan Oceanus, akan ada satu makhluk yang keluar. Kau yakin bocah?"

Wah. Aku dan Annabeth sudah tidak dalam kondisi bagus untuk bertarung. Tapi mungkin yang keluar adalah makhluk - makhluk cemen.

"Yakin. Makanlah Oceanus yang Maha Perkasa itu!" jawab Leo.

"Tuanku! Tidak!" raung Oceanus yang jatuh ke kedalaman gelap yang berasal dari robekan yang merekah di dasar laut.

Sejenak, Leo merasa lega, sampai ada sebuah tangan menggapai bibir lubang. Waduh. Kalau sampai Oceanus keluar lagi, bahaya. Leo melihat sosok itu keluar perlahan - lahan. Dan akhirnya berdiri di depan Leo.

"Leo?" ucap makhluk itu. Ralat. Perempuan itu. Leo kenal baik perempuan itu, Leo bahkan pernah jatuh hati padanya.

"Calypso?"

Battle Of The SeaWhere stories live. Discover now