XLIX. Annabeth

2.1K 146 2
                                    

Setelah mereka pulang ke Perkemahan Blasteran, mereka disambut baik disana. Setelah bersih - bersih dan makan ambrosia yang terlalu banyak, sampai muka Annabeth memerah, Chiron mengadakan rapat. Annabeth sudah tidak merasakan sakit, yah tapi dia harus menanggung resiko, wajahnya seperti habis di cat dengan cat tembok warna merah. Annabeth tahu, Chrion akan menuntut kisah tentang misi mereka, yang hampir tidak berjalan mulus, karena Abrielle hampir mati, kalau tidak Karen a lot lot on Nico Di Angelo, putra Hades.

Semua konselor kepala sudah hadir, termasuk teman - teman Abrielle, dari Legiun. Mereka duduk sambil menunggu cerita dari siapa pun yang menjalani misi tersebut. Tidak ada yang bercerita, Leo hanya bengong, melihat ke arah ibu jarinya yanig mungkin menurutnya sangatlah menarik. Percy menatapnya sambil menyiratkan sebuah pesan, saja yang bicara. Annabeth mendengus. Dia melihat Jake dan Sierra hanya diam sambil melihat satu sama lain, mungkin mereka sedang melakukan percakapan lewat tatapan mereka, seperti yang biasa dilakukan Annabeth dengan Chiron.
Il
"Jadi? Tidak ada yang akan angkat bicara? Baiklah, aku saja yang bicara." ucap Clarisse.

"Apa yang mau kau bicarakan Clarisse?" ucap Percy.

"Aku tidak suka ada Titan disini, di perkemahan ini. Jujur saja." ucap Clarisse sambil mengetuk - ngetuk meja dengan jari telunjuknya.

"Dimana pula Abrielle? Aku tidak pernah melihatnya sejak kepulangan kalian." ucap Piper, konselor Aphrodite.

"Percy?" tanya Chiron.

"Hah?" jawab Percy bingung.

"Dimana adikmu?" tanya Chiron.

"Eh aku eh aku juga tidak tahu... Dia kemarin langsung ke dasar laut, tetapi belum kembali sampai saat ini, mungkin dia hanya rindu Ayahku." jawab Percy.

Tetapi Annabeth tahu masalahnya bukan hanya itu. Dia pandai membaca orang, dia tahu apa yang mengganggu Abrielle, yah setidaknya dia mempunyai gambaran.

Pertama, Abrielle sudah mengalami bagaimana rasanya meninggal, yang pasti membuatnya terguncang. Kedua, Abrielle merasa gagal melaksanakan misi yang dia sudah berjanji untuk dipenuhi. Ketiga, ada Calypso. Leo tidak memeluknya waktu dia sadar, dia malah menggenggam erat tangan Calypso. Annabeth tidak mengerti bagaimana Abrielle akan mengatasi masalah tersebut. Pasti Abrielle bisa, dia kan perempuan yang tangguh. Tetapi Annabeth memiliki suatu rasa ketakutan dalam lubuk hatinya, bagaimana jika Abrielle tidak sanggup? Apakah Abrielle akan remuk redam?

Annabeth membuang jauh - jauh pikiran tersebut. Tidak, Abrielle pasti bisa. Misi yang sudah dijalani oleh Annabeth bersama Abrielle, sudah membuat Abrielle seperti adik perempuan bagi Annabeth, adik perempuan yang tidak pernah ia miliki. Sekarang, saat dia sudah mempunyai Abrielle, dia malah menghilang dan menutup diri dari dunia dan semua orang.

Tiba - tiba pintu menjeblak terbuka, tampaklah Poseidon dengan pakaian memancing yang biasanya ia kenakan.

"Ada yang melihat putriku?" ucapnya.

Wajah Percy menjadi pusat pasi, dan seisi Rumah Besar pun gempar, bahkan Seymour sang macan tutul ikut mengaum khawatir. Pertanyaan Poseidon menyisakan satu misteri.

Dimana Abrielle?

Semua pekemah kalang kabut mencari Abrielle atas perintah Poseidon. Percy pergi bersama Poseidon untuk menjelajahi lautan. Seluruh pekemah berusaha untuk mencari di daratan. Pegasus - pegasus diutus untuk mengintai dari udara, jikalau mereka melihat sesuatu, yang seperti demigod.

Battle Of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang