XXXIX. Percy

1.8K 151 4
                                    

Wah kacau kalau begini. Pertama, kondisi Percy tidak memungkinkannya untuk bertarung. Kedua, Percy tidak mempunyai senjata apa pun. Ketiga, melawan penyihir harus dengan sihir. Keempat, Percy tidak bisa melakukan sihir. Hebat. Hebat sekali. Saking putus asanya dia, dia tertawa. Pasiphaë dan Circe terlihat bingung.

"Apa yang kau tertawakan Percy Jackson?" tanya Circe.

"Tidak. Aku hanya memikirkan betapa takutnya kalian pada diriku."

"Takut? Pada bocah ceking sepertimu?" Ujar Pasiphaë.

"Yah kalian menyerang aku saat aku tidak siap dan tidak punya senjata apa - apa. Jelas kalau kalian takut padaku." jawab Percy santai.

"Tak usah besar kepala kau dasar demigod tak tahu diuntung!" bentak Circe.

"Berikan apa yang Ia mau." geram Pasiphaë.

Sebilah pedang perunggu langit muncul di tangan Circe yang dilemparkannya ke arah Percy. Percy menangkapnya dan menimbang - nimbang pedang yang ada di tangannya. Rasanya tidak pas. Percy rindu pedangnya, Anaklusmos. Tapi apa boleh buat, Percy tidak mungkin bertarung dengan tangan kosong.

Circe dan Pasiphaë masing - masing memegang tombak yang panjang nya bahkan melebihi tubuh Percy.

Ayah, doakan aku ya.

Lalu Percy mulai menyerang. Pedang beradu dengan tombak. Dia menusuk, menebas, mengayun. Dia mengerahkan sisa - sisa tenaganya untuk melawan penyihir itu. Percy kehabisan tenaga. Ia sedang melawan Circe dengan pedangnya, tiba - tiba Pasiphaë menyabet pinggang Percy. Pedang yang digenggamnya jatuh berkelontang di lantai batu yang keras. Banyak sekali darah yang mengucur dari pinggang Percy. Lukanya melebar dan kulit Percy menguning.

"Tawat riwayatmu Putra Poseidon!" raung Circe.

Tombak itu pasti sudah dilumuri air liur gorgon. Tidak. Percy akan mati. Habislah sudah riwayatnya. Lalu semuanya menjadi gelap.

Battle Of The SeaWhere stories live. Discover now