XVII. Percy

2.7K 195 4
                                    

Sebenarnya Percy tidak ingin tidur. Dia takut bermimpi. Tapi tubuhnya berkata lain. Dia jatuh terlelap dalam hitungan detik. Ketakutannya menjadi kenyataan. Dia melihat seseorang dalam balutan sutera putih dengan untaian benang emas. Itu Ayahnya. Tunggu, bukan. Percy tidak yakin. Jika itu adalah Ayahnya, Dia terlihat seperti lebih tua 50 tahun sejak terakhir kali mereka bertemu. Orang itu dibelenggu dengan rantai yang menembus dinding, sepertinya rantai itu berhubungan dengan benda lain dibalik dinding itu.

“Ayah?” panggil Percy.

“Percy kemarilah nak…”

Ternyata benar. Orang yang dibelenggu itu adalah Poseidon. Percy ingin sekali membebaskan Ayahnya. Diraihnya rantai yang membelenggu Poseidon, tetapi tembus melewati tangannya. Percy baru sadar jika sekujur tubuhnya terbuat dari air. Dia tidak betul – betul ada disana. Raganya tetap berada di kereta. Rantainya terbuat dari jalinan perunggu langit. Tetapi ada yang aneh dalam rantai itu. Di dalamnya terdapat saluran yang mengalirkan cairan keemasan ke balik dinding jeruji. Rupanya Ayahnya memerhatikan bahwa Percy tengah menelaah rantai yang membelenggunya.

“Percy?” panggil Poseidon.

“Itu rantai apa? Apa yang ada dibalik dinding itu? Itu cairan emas apa?”

“Cairan emas itu adalah kekuatan Ku. Yang terdapat dalam ichor yang mengalir dalam tubuhKu. Rantai itu merupakan saluran dan apapun yang ada dibalik dinding itu berusaha menguras kekuatanKu. Tapi bukan itu intinya-“

“Bukan itu bagaimana! Lihat Ayah! Aku harus menyelamatkan Mu bagaimanapun caranya. Kita sebenarnya ada dimana? Aku tidak harus mengandalkan informasi dari Apollo untuk membebaskanMu.”

“Jangan memotong perkataanKu Percy. KekuatanKu hampir terkuras habis. Waktu kita sedikit. Beritahu adikmu untuk mencari letak tengah Palung Mariana yang ada di Samudera Pasifik. Oceanus berada disana. Dan kau, kau harus pergi ke Samudera Atlantik dan cari Aku di Mid Atlantic Ridge, cari titik tengahnya.”

“Jadi maksud Ayah aku harus berpisah dengan Abrielle?”

“Ya. Kau pergi dengan Jake dan Sierra, sedangkan adikmu pergi dengan Annabeth dan Leo.”

“Tapi mereka akan melawan-“

“Aku tahu. Ini takdir Percy. Jika kau bisa menemukan Ku lebih cepat dari Abrielle menemukan Oceanus, mungkin Aku bisa membantu adikmu mengalahkan Oceanus, tapi jika tidak, marilah berharap bahwa adikmu sanggup mengalahkan Oceanus sendirian.”

“Tapi dia punya Leo dan Annabeth?”

“Nak, tidakkah kau pikir akan banyak makhluk laut yang lebih tua bahkan sebelum masaKu yang menjaga tempat itu?”

Percy merasa baru saja Ayahnya sendiri telah meletakkan langit di bahu Percy untuk ditopangnya. Rasanya berat sekali, hampir sama seperti ketika dia memanggul beban Atlas sewaktu di puncak Gunung Orthrys dalam perang Titan.

“Waktu ku sudah habis. Jaga dirimu baik – baik Percy. Ingat kata – kata Ku. Jika kau tidak berhasil, pastikan saja Abrielle menghabisi Oceanus, dan akan kuserahkan takhta Ku di Olympus kepadamu atau Abrielle terserah kalian berdua. Triton sudah mendapat bagiannya sendiri. Tinggal kalian berdua saja. Aku sayang kalian berdua. Bangunlah, teman – temanmu sudah menunggu.”

 “PERCY! CEPAT BANGUN! KITA SUDAH SAMPAI!”

“Ya ya aku sudah bangun. Suara siapa sih itu?”

“TAPI KAU BELUM MEMBUKA MATAMU!”

“Annabeth!”

Percy memerjapkan matanya beberapa kali.

“Kita sudah di L.A?”

“Tidak! Kita di Paris. Karena kau tidak bangun – bangun dari tadi Putri Tidur.”

“Maaf. Tadi ada masalah teknis.”

Leo tertawa sejadi – jadinya.

Percy melihat ke sekeliling kompartemen. Sierra, Jake, Leo, dan Annabeth tertawa. Kecuali adiknya. Adiknya tampak prihatin terhadap Percy. Sepertinya adiknya mengerti. Percy tidak sanggup memberitahu adiknya akan hal yang baru saja disampaikan Poseidon terhadapnya.

“Ada yang harus kujelaskan pada kalian semua.” tegas Percy.

“Yah hanya usulan, sebaiknya kita turun dulu dari kereta lalu kau bisa menceritakannya diluar sebelum petugas kereta mengusir kita keluar.” sela Leo.

“Oh benar.” jawab Percy.

Mereka begegas keluar dari kereta. Sesampainya di stasiun, Percy langsung menjelaskan tentang mimpinya itu. Percy tidak sanggup melihat adiknya. Dia memandang Leo selagi Ia bercerita.

“Wah jadi, kita berpisah nih?” tanya Sierra.

“Tunggu sampai kita menemukan kapal yang disebut – sebut Apollo.” jawab Percy.

Mereka berjalan keluar stasiun dan bergerak ke arah barat. Mereka melewati plang Hollywood dan terus bergerak. Mereka tidak mau mengulur – ngulur waktu.

“Bisakah kita istirahat sebentar?” keluh Jake.

“Ya. Kita sudah berjalan lama sekali.” sambung Leo.

“Baiklah.” jawab Percy.

“Halo.” sapa seorang wanita.

Mereka semua menoleh ke arah datangnya suara. Percy terkesiap. Wanita itu cantik sekali. Suaranya merdu. Tatapannya lembut.

“Siapa kau?” tanya Sierra.

“Aku Latha. Kau pasti Sierra Desperaux. Dan wow. Teman – teman mu, Perseus Jackson, Annabeth Chase, Jake Mills, Abrielle Hiddleston, dan Leo Valdez. Menarik sekali. Nah sekarang, kalian ikut aku.”

“Kenapa kami harus ikut?” sergah Abrielle.

“Oh keponakan ku. Karena aku bilang kalian harus ikut.”

“Keponakan?”

“Ibu mu adalah adikku Abrielle. Nah mari. Aku tidak mau ada kekerasan disini.”

“Ibuku?”

“Akan kujelaskan nanti. Mari.”

“Tidak. Langkahi dulu mayatku.”

“Yah sebenarnya dengan senang hati akan kuhabisi kau. Tetapi, aku diperintahkan oleh Tuanku untuk membawamu hidup – hidup. Dan aku tidak sudi bertarung dengan demigod bodoh seperti mu, ya kan Percy?”

Percy mengangguk.

“Leo, Percy, Jake, Sierra, dan Annabeth tolong paksa teman kalian yang satu ini untuk menurut padaku.”

Battle Of The SeaKde žijí příběhy. Začni objevovat