10

20.2K 1.6K 25
                                    

Cecillia mengusap dada bidang Dante sebelum mendongak untuk mengecup dagu suaminya lembut lalu mendesah lelah, membuat Dante menunduk saat merasakan Cecillia sedang sibuk dengan pikirannya sendiri padahal baru saja mereka mengalami percintaan yang luar biasa seperti biasanya.

"Hei, ingin membaginya denganku?" Tawar Dante membuat Cecillia tersentak dan mendongak.

"Membagi apa?" Tanya Cecillia bingung membuat Dante menunduk untuk mengecup ujung hidung mungil istrinya yang kini menurun pada Letticia.

Dante mengendik samar, "apapun yang ada di dalam pikiranmu, Sayang. Karna aku lihat Kau mendesah seolah separuh beban dunia diletakkan di pundak halusmu," lalu tergelak, "ya, walaupun sebenarnya wajar saja jika kau merasa seluruh beban dunia diletakkan di pundakmu karena mengurusi suami cacat sepertiku bukanlah hal yang mudah"

Cecillia kembali mendongak untuk bertemu pandang dengan mata biru gelap Dante yang menyisakan gairah setelah percintaan mereka yang memuaskan malam ini, "oh Dante, jangan mengatakan hal itu. Aku sangat menikmati setiap detik dan menitnya saat aku bersamamu. Kau adalah satu-satunya laki-laki didunia ini yang kuharap ada disampingku saat aku menangis dan tertawa, aku sama sekali tidak merasa Kau menjadi beban." Membuat Dante tersenyum dan menarik istrinya semakin merapat didada bidangnya untuk menciumi puncak kepala Cecillia dengan sayang.

"Aku tau, Sayang. Aku sangat tau Kau seperti itu dan aku akan memberikan kesetiaanku padamu hingga maut memisahkan kita. Bahkan saat maut memisahkan kita."

Cecillia mengangguk dalam dekapan Dante yang melingkupinya dan memberikannya kenyamanan saat tidur dan kopi tidak mampu memberikan kenyamanan untuknya, jelas sekali Dante memiliki efek yang sama nyatanya seperti obat penenang dan Dante sama sekali tidak berbahaya jika sampai Cecillia mengalami ketergantungan.

"Dante."

"Ya, Sayang? Katakan saja, aku akan tetap terbangun sampai Kau mau menceritakan apa yang menjadi bebanmu akhir-akhir ini."

Cecillia menimbang sejenak keputusannya sebelum mendongak, "aku... aku ingin meminjam uang kita, uang untuk membeli rumah," jelas Cecillia membuat Dante menatap istrinya cukup lama untuk mencari kedalam mata Cecillia.

"Boleh aku atau untuk apa?" Dan hanya dijawab dengan gelengan samar oleh Cecillia. "Kalau begitu, tidak boleh. Karna aku yakin keperluanmu tidak lebih mendesak dari keperluanku." Putus Dante membuat istrinya duduk tegap dari yang mulanya bersandar sepenuhnya didadanya.

Cecillia mendongak keras kepala, "memangnya apa keperluanmu yang Kau pikir lebih penting dari keperluanku? Kau jelas membutuhkan ijin dariku juga jika ingin menggunakan uang itu." Ketus Cecillia membuat Dante mendesah lelah dan menyisir rambutnya dengan jemarinya.

"Aku tidak bisa memberitahumu."

"Kalau begitu keperluanmu tidak lebih mendesak dari keperluanku, lagi pula aku yang lebih dulu mengajukan untuk meminjan uang itu jadi sudah sepantasnya aku yang mendapat giliran terlebih dahulu." Kata Cecillia keras kepala.

Dante menggeleng, "percayalah, Sayang, berbelanja tidak lebih penting dari keperluanku."

"Dan minum-minum di bar juga tidak lebih perting dari keperluanku." Bentak Cecillia kesal sebelum terdengar suara ketukan pelan di pintu kamar mereka membuat mereka berpaling.

Seseorang yang ternyata Joanna itu berdehem dengan tidak nyaman di depan pintu, "apa kalian sedang bertengkar? Ada apa? Perlu bantuan?" Tawar Joanna membuat seseorang tergelak di belakang Joanna.

"Aneh sekali, padahal baru saja mereka..." ledek Willis diantara gelak tawanya.

Cecillia dan Dante mendengus bersamaan karena mereka lupa bahwa mereka sama sekali tidak memiliki privacy selama mereka menumpang di rumah Willis. Rumah Willis tidak terlalu besar sehingga jarak antara satu ruangan dengan ruangan yang lain sangat berdekatan.

the GAME of FATE (Paxton seri 2)Where stories live. Discover now