38

16.1K 1.4K 63
                                    

Lexus berguling untuk bangun dari alas tidurnya, menguap dan menggerakkan badannya guna meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku disemua bagian karena terlalu sering tidur ditempat keras.

Lexus jadi berpikir kenapa tanpa disadarinya, Lexus selalu berkorban untuk gadis itu?

Ya, kau tahu, Lexus. Kau berkorban segelanya karena kau mencintainya. Kau sangat mencintai gadis itu ingatnya dalam hati sebelum mendengus geli dan menyumpah saat semua tulang-tulangnya berkertak memprotes.

Lexus berdiri tegap dengan otot yang kaku, duduk di kursi gudang untuk membungkuk dan memakai kembali bot nya, lalu memakai kemejanya asal tanpa dikancing, sebelum melipat kembali alas tidurnya untuk kembali ke rumah.

Tidur diranjang lima menit rasanya pasti seperti di surga.

Sebelum Lexus menghentikan langkahnya melihat Audrey masih tertidur pulas diatas ranjangnya saat Lexus membuka pintu kamarnya. Gadis itu masih secantik yang di ingatnya dulu, dan sialnya Lexus tidak pernah berhenti mengingatnya. Lexus masuk kedalam kamar dan menutup pintu pelan, meletakkan alas tidurnya dilantai lalu naik keatas ranjang untuk memeluk Audrey dari belakang, yang dengan cepat berbalik untuk menyusup kedalam pelukannya.

"Lexus ... " Audrey mengigau.

"Ya, Darlin. Ini aku," yakin Lexus mengusap rambut dan punggung Audrey yang dengan cepat menenggelamkan Audrey kembali pada mimpi indah, sedangkan Lexus justru tidak bisa tidur karena adiknya memilih ikut bangun bersama dengan kesadarannya dari alam mimpi.

Oh Tuhan, nyaman sekali, desahnya dalam hati merasakan tubuhnya mulai rileks karena bisa merasakan kasur empuknya lagi, ditambah tubuh lembut yang kini berada dalam pelukannya. Pagi yang indah, syukurnya.

Lexus menunduk menatap wajah cantik Audrey dan tersenyum karena menyadari Audrey kelelahan karena menangis, itulah sebabnya gadis itu belum bangun di jam-jam seperti ini padahal biasanya Audrey sudah memasak didapur sebelum Lexus kembali ke rumah dan selesai menata sarapan setelah Lexus selesai mandi.

Lexus menyusuri alis lurus Audrey dengan jemarinya yang dua kali lebih besar dari jemari lentik Audrey, turun ke hidungnya yang mungil dan masih menyisahkan warna merah muda sebagai tanda bahwa Audrey memang masih menangis beberapa jam yang lalu, kemudian mengusap lembut bibir manis Audrey yang membuat Audrey bergerak dan membuka matanya karena merasa terganggu oleh sentuhan Lexus yang membuatnya geli sebelum menjerit kecil, terkejut.

"Audrey ... ada apa?" Tanya seseorang mengetuk dari luar saat Lexus membungkam mulut Audrey dengan tangannya.

Lexus memberi isyarat agar Audrey tidak berisik sebelum berbisik, "katakan bahwa semua baik-baik saja," perintah Lexus sebelum melepaskan bekapan tangannya saat Audrey menunjuk sebagai isyarat dan memukul punggung tangannya untuk menyingkirkannya.

Audrey duduk dari tidurnya, merapikan bajunya dan rambutnya sebelum berdehem membasahi kerongkongannya.

"Tidak ada apa-apa, Tuan Dante," jawab Audrey dari dalam.

"Baiklah kalau tidak ada apa-apa, tapi katakan pada anak nakal itu untuk segera keluar dari sana atau ibunya akan mengamuk jika tahu dia masuk kedalam saat kau masih tidur," jawab Dante dengan nada geli yang ditahannya.

Audrey memejamkan matanya saat wajahnya memanas, dan berpaling untuk menatap Lexus yang menutupi wajahnya dengan lengannya sebelum menyumpah pelan, sama malunya seperti Audrey karena ketahuan.

"Ehm ... baiklah, Tuan Dante. Tapi sungguh tidak ada apa-apa," jelas Audrey sebelum terdengar Dante tergelak.

"Oke aku percaya, lima menit."

Audrey mengangguk walaupun tahu Dante tidak akan bisa melihatnya, "lima menit," sebelum berbalik kembali menatap Lexus dengan kesal saat terdengar suara kursi beroda Dante menjauh. "Apa yang kau lakukan disini?" Bisik Audrey.

Lexus menyingkirkan lengannya dan hampir membuat Audrey tergelak saat melihat wajah Lexus sedikit merona, yang Audrey pikir tidak bisa terjadi pada Lexus karena kulit Lexus tidak bisa dibilang putih. Kulit Lexus, coklat ke emasan karena sering terbakar sinar matahari.

"Jangan bertanya, aku akan keluar lewat jendela."

"Tidak ... " cegah Audrey buru-buru, "biar aku yang keluar, kau bisa menggunakan kamarmu. Lagi pula tidak ada yang tahu kapan kau masuk kedalam kamar ini, selain ayahmu. Tadi aku pikir, aku hanya sedang bermimpi memelukmu," kata Audrey dengan berdiri dari duduknya dan mengepang rambutnya yang masih beratakan.

Lexus duduk bersandar pada dinding, bersedekap dan memperhatikan Audrey, berharap tatapannya bisa menembus lapisan gaun tidur katun Audrey.

Wajah Audrey memerah saat gadis itu mengangkat pandangan dan bertemu pandang dengan Lexus, seolah mampu membaca isi pikiran Lexus, menatap setiap jengkal tubuhnya yang berbalut gaun tidur katun seolah Audrey tidak mengenakan apapun, dan membuat kulitnya berdenyar aneh.

"Jangan menatapku seperti itu, kau seperti orang lapar yang sudah lama sekali tidak mendapatkan makanan," ledek Audrey bermaksud untuk mengalihkan tatapan dan fokus Lexus padanya dengan memaksakan tawanya.

Lexus tersenyum miring dan seketika mampu mencuri napas Audrey karena Lexus terlihat luar biasa tampan dengan senyuman itu diwajahnya. Senyuman itu terasa seperti merendahkan tapi sekaligus pujian, terasa seperti menguliti tapi juga mendekap. Panas tapi juga membuat Audrey menggigil.

Lexus menarik lengan Audrey kedalam pelukannya dan membuat Audrey mencengkeram kemeja Lexus, karena terkejut. Audrey terasa pas dalam dekapannya, seolah mereka adalah kepingan puzzle yang sempurna.

"Kau tidak tahu sudah berapa lama aku kelaparan," bisik Lexus serak dan membuat bulu tengkuk Audrey meremang, seolah Lexus tengah mengundangnya masuk kedalam sebuah ruangan gelap yang tidak bisa dilihat dan dikenali oleh Audrey.

"Aku ... " dengan menelan ludah sekali lagi, "aku akan memasak sekarang," jawab Audrey membuat Lexus kembali tersenyum misterius.

"Aku lapar akan dirimu, Darlin."

"Dan kami semua lapar dimeja makan. Lepaskan Audrey sekarang, Nak, atau kita tidak akan memulai hari karena tidak sarapan," jawab seseorang yang ternyata adalah Willis, mengetuk pintu kamar Lexus dan membuat Lexus menyumpah saat Audrey terlonjak berdiri dari pangkuannya.

Lexus kembali merebahkan badan dan melambaikan tangannya membiarkan Audrey keluar dari kamar saat Audrey menatapnya.

Audrey tersenyum malu sebelum menutup pintu kamar Lexus.

Lexus sangat menginginkan Audrey, tapi tidak akan pernah tercapai jika setiap ruangan didalam rumah itu hanya berjarak beberapa langkah saja dari ruangan lainnya.

Lexus putus asa, sangat amat putus asa. Padahal Lexus bisa melihat bahwa Audrey juga tertarik padanya, jika saja pamannya memberikan waktu untuk mereka setengah jam, Audrey pasti sudah berada dalam dekapannya, merasa puas dan telanjang.

Well ... bahkan setelah gadis itu bebas dari Martha, kau masih berkutat dengan tanganmu sendiri untuk mencari pelepasan, Lexus. Itu lucu sekali, cibirnya dalam hati.

Tidak lama lagi. Ya, tidak akan lama lagi, Audrey harus tahu bahwa Audrey adalah milikku. Hanya milikku. Gadis yang kubeli dan kucintai dengan dalam, harus menjadi milikku. Tapi aku tidak bisa mengatakannya dengan benar, aku selalu memberikan kesan yang salah jika berbicara. Lalu mendesah berat seolah beban dunia diletakkan dipundaknya, ya, mau bagaimana lagi? Aku tidak dilahirkan didalam keluarga bangsawan yang menjaga setiap perkataan dengan baik. Sial ...

the GAME of FATE (Paxton seri 2)Where stories live. Discover now