40

15.7K 1.4K 37
                                    

Satu minggu terakhir ini adalah saat yang paling membahagiakan untuk Audrey, karena Lexus tidak pernah bisa jauh darinya. Mereka berkuda bersama untuk memeriksa pagar, bergurau sepanjang waktu yang membuat Audrey tahu bahwa Lexus adalah laki-laki yang menyenangkan, juga sering mencuri-curi waktu bergantian berbagi pelukan saat tidur baik itu dikamar atau digudang saat salah satu dari mereka tidak bisa tidur, tapi lebih sering karena mereka saling merindukan walaupun sepanjang hari mereka selalu bersama. Lexus akan masuk dan keluar dari jendela kamar jika ingin tidur memeluk Audrey setelah menyelipkan kain merah ke sela jendela sebagai tanda bahwa Lexus ada diluar jendelanya, mereka tidak ingin semakin malu jika ada yang memergoki mereka, dan Audrey juga akan memanjat jendela untuk berlari ke gudang jika merasa sangat ingin terlelap dalam dekapan lengan kokoh Lexus. Mereka sudah sangat mirip dengan sepasang kekasih walaupun Lexus tidak pernah mengatakan bahwa Lexus mencintai Audrey atau meminta Audrey untuk menjadi kekasihnya. Audrey hampir ingin mengatakannya setiap kali menatap mata biru Lexus yang memandangnya dengan mendamba, dan penuh perasaan sebelum mereka berciuman untuk mengawali mimpi indah setiap malamnya.

Audrey mulai berani berharap lagi, mulai berani bermimpi lagi, mulai berani tersenyum lagi, dan semoga saja Lexus tidak lagi mual dan muntah saat melihat punggungnya, karena Audrey sangat mendambakan sentuhan Lexus diseluruh tubuhnya. Audrey ingin sekali memiliki Lexus selamanya, ingin menikah dan memiliki banyak sekali anak-anak dengan rambut hitam serta mata biru Lexus. Ingin selalu didekap oleh lengan kokoh Lexus hingga menua dan mati disana. Audrey pasti tidak akan membutuhkan apapun lagi jika memiliki semua itu.

Audrey mendongak dari piringnya saat mendengar Willis berdehem untuk memecah lamunan Audrey, dan segera menyadari semua mata tertuju pada Audrey sampai Audrey bertemu pandang dengan Lexus yang tersenyum geli kemudian mengedip dari seberang meja, seketika membuat wajah Audrey memanas.

"Uhm ... maaf, apa Anda berbicara denganku, Tuan Willis?" Tanya Audrey mengalihkan tatapannya pada Willis yang seketika tersenyum geli.

"Willis, Nak. Panggil saja aku Willis, dan ya, aku berbicara denganmu."

Audrey meletakkan kembali sendoknya ke atas piring, "maafkan aku, Tuan Willis, tapi aku tidak bisa hanya memanggil majikanku dengan nama saja, itu terkesan aku terlalu arogan dan tidak hormat."

Joanna yang duduk disamping Audrey, menggenggam tangan Audrey dan meremasnya pelan sebelum tersenyum hangat, "kami bukan orang-orang yang gila hormat, Sayang. Kami menyayangimu seperti keluarga kami sendiri, kau sama berharganya dengan para pekerja yang lain atau kami semua yang ada di meja makan ini. Ini adalah rumahmu, dimana kau bisa pulang," yakin Joanna membuat mata coklat Audrey berkaca-kaca.

Ya, inilah yang selama ini tidak pernah dimiliki oleh Audrey. Selama ini Audrey memang punya tempat untuk pulang saat masih tinggal dengan ayahnya, tapi rumah seharusnya bukan hanya sebuah bangunan dimana kita bisa pulang, tapi rumah adalah dimanapun saat kita berkumpul dengan keluarga yang mencintai kita, sekalipun saat kita tidak punya bangunan tempat kita berteduh dari panas dan hujan.

Audrey mengangguk dan menyeka air matanya, "terima kasih, kalian baik sekali. Aku ... aku tidak tahu harus berkata apa, tapi aku akan melakukan apapun untuk kalian semua sebagai balasan atas kebaikan hati kalian selama ini padaku."

Joanna mengusap punggung Audrey lembut, "oh, Sayang, jangan merasa berhutang budi. Keluarga memang seharusnya begitu, 'kan? Saling membantu dan menjaga."

"Ini adalah pengalaman baru untukku," bisik Audrey membuat Dante tersenyum.

"Semoga pengalaman yang menyenangkan," lanjut Dante.

Audrey mengangguk cepat, "sangat, sangat menyenangkan. Terima kasih."

Mereka semua tersenyum, dan kali ini termasuk Letticia yang baru kali itu dilihat Audrey tersenyum tulus.

Cecillia menatap pada Letticia dan Edward, "anak-anak, cepat cuci kaki dan tangan kalian serta gosok gigi sebelum tidur, ini waktunya orang dewasa," lalu melanjutkan setelah dua anak kecil itu bersungut-sungut beranjak dari meja makan karena tidak di ikut sertakan dalam obrolan, "jadi, bisakah Audrey ikut kami bulan depan?" Tanya Cecillia akhirnya membuat semua mata menatap padanya.

"Kemana?" Tanya Willis membuat Joanna dan Cecillia memuntar mata mereka malas.

"Kau pelupa jika soal bersenang-senang, Tuan Cruz, pantas saja Audrey tidak bisa memanggilmu Willis karena yang kau ingat hanya bekerja dan bekerja. Kau terlihat lebih tua dari usiamu," ledek Joanna pada suaminya membuat Willis mengangkat alisnya dan tergelak.

"Aku tidak yakin Nyonya Cruz setuju dengan apa yang anda katakan Ma'am, aku masih sangat muda dan menyenangkan walaupun aku penggila kerja," goda Willis pada istrinya membuat semua orang tergelak dan Joanna tersenyum malu-malu.

"Jadi, kemana?" Tanya Lexus penasaran.

"Ke pesta kerajaan dan ke pesta perjodohan di London," jawab Cecillia membuat Willis dan Dante dengan cepat menatap Lexus yang mengerutkan kening.

"Apa?" Tanya Lexus berpikir ibunya salah bicara atau telinganya sendiri yang salah mendengar apa yang dibicarakan oleh ibunya.

"Kenapa?"

"Kalian akan membawa Audrey ke seson, maksudnya?" Ulang Lexus yang segera mendapat anggukan dari Cecillia serta Joanna.

Lexus berpaling menatap tajam pada Audrey yang tidak bisa mengatakan apapun untuk menolak dan memberitahukan pada Cecillia atau Joanna bahwa hubungannya dengan Lexus membaik, karena Lexus sendiri tidak pernah mengatakan cinta padanya. Berpelukan dan berciuman, untuk orang yang memiliki banyak pengalaman bersama wanita, sepertinya hal-hal itu hanya hal umum yang biasa terjadi. Audrey takut jika Audrey salah tanggap oleh sikap Lexus.

Lexus mendesah berat dan bersandar saat Audrey tidak juga menolak.

"Kau juga harus ikut season, Lexus. Aku ingin melihatmu menikah," putus Cecillia membuat Lexus mendengus.

"Apa ibu bercanda? Anak gadis bangsawan mana yang ingin menikah dengan seorang pekerja peternakan sepertiku?"

"Tapi kau bukan pekerja peternakan biasa," ungkit Cecillia.

Lexus mengangkat tangannya untuk menghentikan kata-kata ibunya, "kita adalah Cruz, dan jangan mulai lagi, Bu, karena aku tidak akan menikah dengan siapapun," lalu berdiri dari duduknya dan berpaling melihat Audrey dengan mata biru yang mendingin, "dengan Audrey sekalipun," tukasnya beranjak keluar dari rumah dengan kesal.

Audrey mendesah samar sebelum menunduk, "aku ... aku akan berbicara dengannya," yang dengan cepat di cegah oleh Cecillia.

"Jangan, Audrey. Biar aku yang berbicara dengannya," dengan keluar dari rumah mengikuti puteranya.

Audrey meremas tangan dipangkuannya saat Joanna mengusap lengannya pelan, "jangan masukkan dalam hati, Lexus memang seperti itu. Dia mengatakan sesuatu yang buruk jika suasana hatinya juga sedang buruk."

"Ini semua karena salahku. Hubungan kami membaik satu minggu ini, tapi aku bahkan tidak bisa menolak soal pesta perjodohan itu. Aku tidak ingin anda dan Nyonya Cecillia serta Nyonya Hellen kecewa karena sudah membuatkan banyak sekali gaun cantik untukku," jelas Audrey.

Joanna mengusap rambut Audrey dengan sayang, "sepertinya Lexus cemburu."

"Tapi, dia tidak pernah mengatakan apapun soal perasaannya," kata Audrey pelan.

"Laki-laki memang seperti itu, Nak. Kau tidak bisa mengharapkan seorang laki-laki mengatakan semua yang ingin kau dengar. Mereka lebih suka menunjukkannya dengan perbuatan," jelas Dante membuat Audrey mendesah berat.

Ya, Lexus memang tidak pernah berbicara soal perasaannya tapi Lexus sudah melakukan segalanya untuknya. Audrey bodoh jika tidak melihat itu semua. Kau memang bodoh Audrey, sangat bodoh, rutuknya dalam hati.

the GAME of FATE (Paxton seri 2)Onde histórias criam vida. Descubra agora