56

14.2K 1.3K 64
                                    

Audrey membuka matanya, memejam lagi saat merasakan kepalanya hampir pecah karena luka berdenyut di pelipisnya memanjang hingga ke belakang matanya. Audrey mengerang tertahan saat menyadari bahwa mulutnya di sumpal dan kaki serta tangannya terikat kuat dibelakang tubuhnya yang berguling didalam kegelapan. Tempat itu sangat gelap hingga mata Audrey sama sekali tidak bisa melihat walaupun Audrey menunggu hingga matanya menyesuaikan dalam kegelapan, atau karena memang tidak ada apa-apa disana sehingga tidak ada yang bisa Audrey lihat?

Audrey meregangkan tangan dan kakinya sebelum mengeryit saat merasa tali kulit yang mengikat tangan dan kakinya mengiris kulitnya.

Audrey mencoba bergerak kembali untuk menentukan seberapa sempit ruangan saat ini dirinya berada, sebelum kaki telanjang Audrey menyentuh permukaan kasar kayu dan mendorong tubuhnya perlahan agar kepalanya bisa menyentuh sisi lain ruangan itu sebelum Audrey mendesis saat kepalanya yang sakit terbentur sisi lain dinding kayu diatasnya. Sempit dan gelap, juga pengap. Audrey menebak pasti dirinya sedang berada di dalam lemari, atau tempat penyimpanan mantel.

Audrey menggeretakkan giginya kuat-kuat saat berusaha duduk dari tidurnya dan bergeser untuk bersandar lalu menelusuri dengan jemarinya mencari paku yang mungkin saja mencuat keluar karena dari kayu yang diraba oleh Audrey terlihat sekali pengerjaannya sangat berantakan.

Audrey mendesah lega saat merasakan sebuah paku mungil menonjol keluar dari kayu yang dimanfaatkan oleh Audrey untuk menggores tali kulit yang digunakan penculiknya untuk mengikat Audrey, tapi Audrey justru harus berkali-kali mengeryit menahan perih saat paku itu justru menggores kulitnya sendiri.

Audrey berkali-kali terdiam bahkan menahan napasnya saat seolah mendengar suara pria atau mendengar suara langkah menggunakan sepatu bot, namun segera bernapas lega saat tidak ada yang mendekat.

Audrey kembali menggores tali kulit itu dengan cepat tanpa peduli apa luka goresan di tangannya akan membuatnya mati karena infeksi, tidak ada lagi yang lebih penting saat ini jika Audrey tidak bisa melepaskan diri, lebih baik Audrey mati, tapi itu setelah Audrey benar-benar gagal mencoba meloloskan diri.

Audrey masih belum tahu siapa yang tengah menculiknya, Audrey seperti pernah mendengar suara serak pria itu saat memanggilnya 'jalang' tapi Audrey lupa dimana pernah mendengar suara itu.

Audrey menghentikan gerakan tangannya yang naik turun berusaha mengiris tali kulit itu saat mendengar suara langkah mendekat, membuat Audrey merebahkan tubuhnya kembali kelantai kayu saat terdengar sesorang membuka rantai pengikat pintu itu untuk menjatuhkannya ke lantai dan membuka pintu.

"Astaga, dia masih belum bangun. Hei ... bangun jalang kecil, apa kau tidak rindu pada Daddy?" Cibir laki-laki yang suaranya bahkan mampu membuat bulu kuduk Audrey kembali meremang.

Oh Tuhan, itu ayahku! Keluh Audrey dalam hati berpura-pura memejamkan matanya namun segera mengerang kesakitan saat pria itu menendangi rusuk Audrey dengan keras, membuat rusuknya berdenyut nyeri, lalu menarik rambutnya untuk membuatnya turun dari lemari kayu itu dan menghantam lantai kayu dibawahnya.

Audrey mengerjap dan melihat kesekitar sebelum sadar bahwa itu adalah kamar ayahnya dan lemari tempat Audrey disekap tadi adalah lemari yang pintunya dibuat seolah-olah hanya sebuah pintu penghubung dengan kamar disebelahnya.

Aston mencengkeram rahang Audrey sedikit keras hingga rahang Audrey sakit saat Aston mendekatkan wajahnya beberapa senti dari wajah Audrey.

"Mau dengar kabar baik? Baru saja Cruz datang untuk mencari barangnya yang hilang, apa kau mencurinya, Nak?" Ledek Aston menyentak rahang Audrey membuat Audrey hampir menangis mengetahui bahwa baru saja Lexus berada di tempat yang sama namun tidak bisa menemukannya. Lexus pasti seputus asa dirinya kini.

Lexus pasti sudah sangat jauh dari rumah itu kini. Bagaimana cara Audrey meminta tolong?

Aku mohon, Lexus, kembalilah. Aku ada disini.

Aston berjongkok didepan Audrey sebelum menjambak rambut Audrey kasar hingga membuat air mata Audrey menitik, "bajingan itu harus membalas, Audrey, Gadisku Yang Manis. Dia sudah mengalakanku berkali-kali, mempermalukanku, dan juga membuatku merugi karena Martha meminta uang akibat dari kau yang sudah menunjukkan kecacatanmu yang menjijikkan pada Cruz. Anak Nakal ... kau membangkang pada Daddy," bisik Aston pada Audrey membuat Audrey panik dan beringsut mundur saat Aston berdiri dan mengambil sesuatu dari bahwa kolong rajangnya.

Audrey masih sangat ingat kalimat itu, kalimat mengerikan sebelum datangnya rasa sakit akibat cambukan dipunggung Audrey. 'Anak Nakal'.

Oh Tuhan, jangan lagi ... aku mohon ...

"Aston, tunggu. Ada yang datang, Lexus kembali," peringat seseorang dari arah pintu kamar itu yang membuat Audrey membelalak saat sadar Audrey mengenalinya. Mengenali laki-laki itu sebagai teman Lexus, Brandon.

Aston mengumpat dan menunjuk dengan dagunya kearah lemari tipuan, "bawa gadis ini masuk dan ledakkan kepalanya jika dia mencoba untuk memberontak demi menarik perhatian Cruz," perintah Aston saat Brandon mendekat dan membantu Audrey masuk kembali kedalam lemari itu dengan lebih halus dari pada sikap Aston, setelah merogoh dengan panik pada liontin di saku roknya untuk menjatuhkannya kelantai kamar. Memang hanya kemungkinan kecil Lexus akan kembali masuk kedalam rumah ini tapi Audrey akan mengambil kesempatan kecil itu dan jika Lexus kembali maka Audrey harus memberitahu Lexus bahwa dirinya ada didalam rumah ini melalui apapun.

Audrey mendongak mencoba melihat Brandon namun gagal karena ruangan itu gelap gulita dan membuat Audrey mengulurkan tangannya kebelakang untuk menelusuri kembali paku kecil tadi, menggores tali itu namun rasanya tidak membuahkan hasil apapun.

"Aku tidak membencimu, Audrey. Aku minta maaf semua ini harus terjadi padamu," bisik Brandon namun tanpa nada penyesalan sedikitpun.

Kenapa Brandon melakukan semua ini? Bagi Audrey, Brandon bahkan adalah salah satu laki-laki terlucu dan termanis yang pernah ditemuinya. Atau itu semua hanya pura-pura?

Audrey meronta saat merasakan Brandon menempelkan sesuatu yang terasa dingin kepelipisnya, lalu menyentaknya berdiri dengan kaki terhuyung-huyung saat kaki Audrey masih terikat. Audrey menggeleng panik sebagai permohonan untuk agar Brandon tidak menembak kepalanya dan membuat otaknya berhamburan.

Oh Tuhan ... oh Tuhan ... apa memang hanya sampai disini? Apa memang hanya seperti ini? Audrey memejamkan matanya dengan kepasrahan yang murni dan memutar kembali ingatannya tentang pagi ini saat Lexus mendatangi kamarnya, Lexus tersenyum lebar dan sangat bahagia seolah Lexus ingin mengatakan sesuatu yang akan mereka kenang selamanya. Kira-kira, apa yang ingin dikatakan Lexus padaku? Aku bahkan belum mengatakan bahwa aku mencintainya. Aku juga mencintainya dan sangat-sangat mencintainya. Aku harap dia sudah tahu tanpa aku mengatakannya. Aku harap kami punya kesempatan untuk akhir yang bahagia. Menikah dan memiliki sedikitnya dua putera dan dua puteri. Melakukan piknik setiap minggu dengan bayi-bayi kami, juga bergelung berhimpitan saat angin dari padang rumput membelai wajah kami disiang hari diatas alas piknik kami. Membuat dada Audrey sesak saat air mata meleleh di pipinya. Aku mencintaimu, Lexus.

the GAME of FATE (Paxton seri 2)Where stories live. Discover now