29

14.1K 1.3K 48
                                    

Lexus mengerang, berguling dan mendesis sebelum menjambak rambutnya dengan keras berharap bisa mencopot kepalanya dari tubuhnya saat kepalanya berdentam-dentam, serta rasa sakit diperutnya membuatnya dengan pasrah harus tetap merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Lexus bernapas pelan berusaha mengembalikan kesadarannya dan mengingat apa yang terjadi padanya, lalu segera mengumpat saat ingatan itu kembali, tentang beberapa hari yang lalu. Entah sudah berapa lama Lexus tidak sadarkan diri sejak kejadian penyerangan itu didekat bar perbatasan. Seseorang menusuknya saat Lexus baru saja datang dan turun dari Slayer, berniat untuk menambatkan Slayer di tambatan namun penyerangnya tidak memberinya waktu untuk melawan dengan menendanginya setelah menusuk perutnya dan mengambil uang dari sakunya.

Lexus memang tidak melihat wajah penyerangnya tapi Lexus sangat yakin bahwa penyerangnya adalah Aston. Bajingan itu benar-benar pendendam karena tiga hari berturut-turut datang ke bar itu untuk menantang Lexus hanya untuk kalah dan mengamuk, untung saja Lexus sudah menguasai tehnik berjudi dari Brandon sebelum Aston kembali. Laki-laki itu hampir menghabiskan puluhan dolar setiap kalah taruhan, entah dari mana laki-laki itu mendapatkan uang sebanyak itu, atau mungkin Lexus harus bilang 'laki-laki itu menjual siapa lagi?'.

Lexus menutupi matanya dengan lengan dan menelan ludah dengan susah payah saat kerongkongannya terasa tersumbat pasir karena entah kapan terakhir kalinya Lexus minum. Bangkit untuk duduk dengan perlahan dan mencengkeram tepi ranjang saat pusing akibat laudanum masih mempengaruhinya. Berdiri perlahan dari duduknya dengan memegangi bebatan diperutnya menuju pintu.

"keparat," umpatnya saat setiap langkahnya membuatnya kesakitan setengah mati.

Ini untuk terakhir kalinya janji Lexus dalam hati, terakhir kalinya aku terluka untuk gadis itu, karena gadis itu sudah pergi selamanya dalam hidup Lexus, syukurlah.

Tidak ada lagi wanita. Wanita baik-baik ataupun wanita dari rumah bordil. Cukup sudah aku terlibat masalah seperti ini hanya karena pergi bersenang-senang kerumah bordil. Aku akan hidup selibat, selamanya. Wanita sama halnya dengan masalah, entah masalah besar atau kecil, tapi aku sudah muak.

Lexus membuka pintu kamarnya.

***

Audrey berbalik dan mengeryit saat mendengar suara Lexus, lebih tepatnya suara umpatan Lexus, dan kepanikan segera menyerbunya saat baru menyadari bahwa dari tadi malam Lexus ada didalam rumah, didalam salah satu kamar itu, hanya saja Lexus tidak keluar dari sana. Dari kamar didekat pintu keluar menuju ruang depan.

Audrey meletakkan lap ditangannya yang tadi digunakannya untuk mengelap debu dijendela dapur lalu mengedarkan pandangan dengan panik untuk mencari pintu keluar namun tidak menemukannya dan segera berlari untuk keluar menuju ruang depan, berencana untuk menghindar dari pertemuannya dengan Lexus, terlebih lagi saat ini tidak ada orang dirumah utama. Hanya ada mereka berdua. Tapi Audrey terlambat, saat hampir mencapai ruangan depan, pintu kamar itu membuka. Memperlihatkan Lexus yang sangat berantakan, rambut hitam acak-acakan dan mata biru yang sedang kesal.

Langkah Lexus terhenti, sama seperti langkah Audrey yang berada tepat didepannya. Mereka saling menatap sebelum Lexus mengeryit dan mata birunya semakin terlihat kesal.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tuduhnya.

Audrey memucat dan mundur satu langkah, "aku ... aku ... " gagap Audrey saat melihat Lexus memegangi perutnya dan bersandar dengan lemah di kusen pintu, "apa ... apa kau baik-baik saja?"

Lexus mengangkat tangannya menghentikan langkah Audrey yang hampir beranjak mendekatinya, "jangan. Aku mohon jangan mendekat," pinta Lexus dingin membuat Audrey mencengkeram erat-erat gaunnya hingga kusut.

Lexus menelan ludah dengan susah payah, wajahnya terlihat kesakitan dan tersiksa.

"Kenapa kau ada disini, Audrey? Apa kau mencari peternakan ini dan mengatakan pada keluargaku bahwa kita memiliki hubungan, sehingga mereka mau tidak mau akan menampungmu?" bentak Lexus membuat Audrey kembali menggeleng samar.

"Aku ... bukan seperti itu ... "

"Lalu apa? Aku sudah mencari uang itu, aku sudah membayarnya pada Martha untuk membebaskanmu. Kau pikir ini semua hanya untukmu? Bukan, Darlin," sebelum tersenyum sinis, "ini semua bukan hanya tentangmu, semua ini bukan sama sekali tentangmu. Aku membayar Martha karena aku sudah berjanji, orang tuaku tidak mengajarkan anak-anaknya untuk menjadi seorang pengecut yang mengingkari janjinya. Ini semua tentangku, ini semua hanya karena aku tidak ingin terikat selamanya pada janji itu," bentak Lexus membuat Audrey terdiam.

Lexus sedikit membungkuk memegangi perutnya dan beranjak ke dapur untuk minum lalu menyeka bibirnya dengan punggung tangan sebelum berbalik untuk menatap Audrey yang memunggunginya, tidak bergerak sama sekali dari tepatnya berdiri, menatap kosong dan menahan napasnya.

"Aku berusaha mati-matian untuk menyingkirkanmu tapi kau malah muncul disini tanpa malu," ucap Lexus dingin setelah sampai disamping Audrey dan membisikkan kata itu.

Kata-kata Lexus terasa seperti bilah pisau dingin yang menguliti Audrey tanpa ampun dan membuat seluruh tubuh Audrey sakit.

Lexus masuk kedalam kamar, mengambil kemeja untuk memakainya dengan cepat sebelum keluar dari rumah dan membanting pintu depan hingga jendela rumah itu bergetar hebat seperti getara tubuh Audrey yang hampir menumbangkan Audrey.

Lexus melangkah dengan langkah lebar kearah istal tanpa menghiraukan rasa sakit yang berdenyut diperutnya. Mencari keberadaan pamannya yang dengan bodoh membawa gadis itu ke peternakan tanpa bertanya padanya.

"Dimana paman Willis?" Tanya Lexus pada ayahnya yang terlihat baru saja keluar dari gudang penyimpanan pakan ternak dan bersedekap melihat puteranya berderap kearahnya dengan rahang terkatup rapat menahan amarah.

Dante tahu apa yang membuat Lexus sekesal itu.

"Percuma, Kau tidak akan bisa menyingkirkan Audrey dari peternakan ini, Nak."

Lexus menggeretakkan giginya kesal, "kenapa tidak bisa?"

Dante mengendik tak acuh, "karena kau sudah membebaskannya."

"Lalu kenapa dia bisa ada disini, Ayah?" Bentak Lexus namun malah membuat Ayahnya tertawa pelan melihat tingkah puteranya yang emosional.

"Bisa kau ulangi apa yang aku katakan? Sepertinya kau tidak paham pada apa yang aku katakan baru saja."

"Apa?" Tanya Lexus bingung.

"Audrey ada disini karena kau sudah membebaskannya, yang artinya Audrey sudah bukan lagi urusanmu. Dia bekerja, tinggal atau melakukan apapun yang dia sukai, sudah bukan lagi urusanmu karena dia memiliki kebebasannya, dan kami sudah sepakat untuk mempekerjakannya disini," jelas Dante membuat Lexus mengerang kesal.

"Oh Tuhan, apa yang kalian pikirkan? Aku berusaha terbebas darinya dan kalian malah membawanya kemari, apa kalian sadar itu?"

Dante menyipit, "beri kami satu alasan yang mungkin akan kami gunakan untuk mempertanyakan kenapa dia tidak boleh ada disini."

Lexus mengerjap, "apa?"

"satu alasan, Nak," pinta Dante dengan bersedekap menanti.

Lexus terdiam, mencoba mencari satu alasan. Pasti ada satu saja alasan.

Audrey bukan penipu, Audrey juga bukan pencuri, Audrey memang dibebaskan dari rumah bordil tapi Audrey bukan seorang pelacur. Audrey bahkan sangat cantik dan manis, juga polos. Luka cambukan juga tidak bisa dijadikan alasan karena kesempurnaan kulit bukanlah syarat utama bekerja dipeternakan. Lalu apa?

 Lexus berdehem saat tidak menemukan satu alasan yang tepat. 

Lexus mengalihkan pandangan dari ayahnya, "dimana ibu? Aku lapar," tanyanya pelan membuat Dante tergelak keras saat puternya menyerah kalah.

Dante menunjuk dengan dagunya kearah gudang tempat pembuatan keju dan tepung diantara tawanya, "digudang."

the GAME of FATE (Paxton seri 2)Where stories live. Discover now