43

15K 1.4K 21
                                    

Lexus merebahkan tubuhnya yang terasa lebih lelah dari biasanya karena tidak bisa berhenti memikirkan insiden-insiden di sekitar perbatasan peternakan yang bisa dibilang sangat meresahkan dan merugikan. Walaupun paman Willis nya masih belum mau membicarakan soal kemungkinan Aston yang melakukannya karena tidak mau orang tua Lexus marah saat tahu Lexus berjudi dan berniat membalas rasa sakit hati Audrey dengan mengalahkan Aston di perjudian pertamanya namun berlanjut menjadi dendam pribadi Aston saat Aston kembali berulang kali untuk menantang Lexus yang membuat laki-laki bajingan itu kalah lagi berulang kali. Audrey benar soal ayahnya, Aston sangat pendendam sehingga akan melakukan apapun untuk membalas kekalahannya, tapi yang membuat Lexus bingung adalah kenapa Aston lebih memilih membuat kerusakan dibandingkan dengan mencuri kuda lalu menjualnya agar mendapatkan kembali ganti uangnya? Entahlah, mungkin juga Aston hanya ingin membuat kerugian besar di peternakan tempat Lexus bekerja.

Lexus mendesah lelah dan mengusap wajahnya. Lexus jadi sangat menyesal Audrey pernah tinggal dengan laki-laki bajingan itu, mendapatkan perlakuan tidak manusiawi hingga dijual kerumah bordil hanya demi mendapatkan beberapa dolar saja. Demi Tuhan, Lexus ingin sekali membunuh laki-laki itu saat melihat bekas luka di punggung Audrey, sejak kapan Audrey mendapatkan cambukan demi cambukan di punggung itu? Punggung yang seharusnya sama lembutnya dengan bagian tubuh Audrey yang lain itu menyisahkan bekas yang tidak akan pernah hilang, luka sayatan cambuk itu mengiris kulitnya dan pasti membuat tubuh mungil Audrey bersimbah darah saat mendapatkannya, tapi bajingan itu seolah sudah merencanakan tindakannya, sehingga tidak sampai melukai wajah Audrey dengan luka permanent yang dapat dilihat mata Martha jika ingin menjual Audrey ke rumah bordil Martha. Bajingan itu benar-benar memanfaatkan Audrey, bahkan Lexus yakin bajingan itu tidak pernah membiarkan Audrey didekati oleh laki-laki manapun demi menjaga keperawanan Audrey sebagai aset untuk menjualnya ke rumah bordil, bukan berarti Lexus tidak senang mengetahui bahwa Audrey masih perawan tapi Lexus tidak berani berpikir bagaimana jika malam itu bukan Lexus yang membawa uang lebih banyak dari pada teman-temannya dan membuat Audrey jatuh ke tangan temannya yang lain. Mereka tidak akan mendengarkan apapun yang dikatakan Audrey, mereka bahkan akan berpikir itulah cara Audrey untuk merayu mereka dengan berpura-pura menangis dan menolak. Mereka akan mengklaim Audrey tanpa berperasaan.

Lexus memejamkan matanya rapat-rapat saat hatinya dicengkeram dengan kuat oleh pemikiran itu, Audrey benar-benar akan hancur dan menganggap dirinya tidak lagi berharga jika semua itu terjadi padanya. Bahkan mungkin Audrey akan menjadi robot hidup yang akan melayani siapapun tanpa bisa merasakan apapun lagi saat hatinya membeku oleh luka yang terus saja di torehkan semua orang padanya.

Lexus berpaling melihat kearah pintu gudang saat seseorang membukanya pelan. Lexus duduk dari tidurnya saat melihat sepasang kaki mungil masuk kedalam gudang dan menutup pintunya.

"Lexus, apa aku membangunkanmu?" Bisik Audrey berjalan mendekat tanpa alas kaki.

Lexus menyugar rambutnya dan menggeleng, "tidak, aku belum tidur. Aku sedang banyak pikiran," jawab Lexus dan sedikit terkejut saat Audrey memilih duduk di atas alas tidur bersamanya.

"Aku menulis surat untukmu tadi pagi, tapi aku yakin kau tidak bisa membacanya," dengan mengendik dan mengusap alas tidur Lexus dengan tangan gemetar, lalu melanjutkan, "Aku takut ... " bisik Audrey dengan suara gemetar membuat Lexus bergeser semakin mendekat pada gadis itu dan mengangkup pipinya.

"Hey ... ada apa, Darlin?" Tanya Lexus mengusap pipi Audrey dengan ibu jarinya yang masih menangkup pipi Audrey.

Audrey menunduk tidak ingin Lexus melihat wajahnya, "aku ... aku sangat takut. Besok adalah hari pertamaku berada di lingkungan yang baru bagiku, bagaimana jika ada yang tahu bahwa aku tidak bisa membaca dan menulis? Mereka pasti akan mentertawakanku karena aku tidak mengerti apa-apa. Memang Nyonya Cecillia dan Nyonya Hellen sudah mengajariku soal peralatan makan atau cara berdansa, tapi ... tapi itu semua tidak cukup," jelas Audrey mengutarakan ketakutannya.

Lexus mendesah dan memeluk Audrey kedalam dekapannya, berharap bisa menenggelamkan ketakutan gadis itu.

"Semua akan baik-baik saja, Darlin. Besok aku akan ada disana dan tidak akan meninggalkanmu," dengan mengusap punggung Audrey menenangkan, "Percayalah, kau justru akan membuat semua gadis bangsawan iri karena memarik perhatian semua pria yang hadir dipesta. Kau cantik Audrey, sangat cantik. Kau punya segala yang di impikan oleh seorang gadis untuk mereka miliki, dan hal pertama yang akan ditanyakan semua pria bukan soal apakah kau bisa menulis atau membaca, itu semua bisa di pelajari," yakin Lexus membuat ketegangan di punggung Audrey mengendur.

"Benarkah?"

Lexus mengangguk.

"Lalu apa yang akan ditanyakan oleh para pria?" Tanya Audrey masih bersandar didada Lexus dan meletakkan tangan mungilnya diatas kulit dada Lexus, membuat Lexus sangat putus asa karena ingin sekali menikmati tangan itu disekujur tubuhnya.

"Entahlah, mungkin mereka akan bertanya 'apa kau punya lima jari sepertiku?' Atau 'apa kau punya dua mata dan bukannya tiga mata?' " membuat Audrey tergelak dan membenamkan wajahnya di lekuk leher Lexus, "percayalah, mereka semua juga bukan pria jenius," dengan berpaling untuk mengecup kening Audrey.

Audrey mendesah berat dan benar-benar rileks dalam pelukan lengan kokoh Lexus yang menenangkan, "aku pasti akan sangat merindukanmu saat di London. Apa kau juga akan merindukanku?"

Lexus menarik tubuh mungil Audrey keatas pangkuannya dan semakin mengeratkan pelukannya kesekitar pinggang Audrey, memciumi rambut tembaga Audrey sebelum mendesah berat.

"Pasti, Darlin, aku pasti akan merindukanmu. Tapi kau harus bersenang-senang, oke?" Bisik Lexus namun tidak mendapatkan respon apapun dari Audrey berpikir bahwa mungkin Audrey sudah tidur.

"Lexus ... "

"Ya, Darlin?"

Diam beberapa detik sebelum Audrey berbisik, "kenapa kau tidak mencegahku untuk pergi?"

Lexus tertegun sebelum melepaskan pelukannya untuk menatap wajah cantik Audrey yang juga mendongak menatapnya. Lexus menunduk untuk mengecup bibir manis Audrey sebelum menangkap tangan Audrey yang hampir mencapai rambutnya untuk menahan Lexus agar tidak menjauh dari ciuman mereka.

Lexus menggeleng muram saat melepaskan ciuman sekilas mereka karena berniat hanya membuat ciuman itu tetap sekilas. Mata Audrey berkaca-kaca menyadari sikap Lexus.

"Karena aku tidak bisa menikah, denganmu, atau dengan siapapun. Tapi kau bisa, Sayang."

Audrey mengerjap dan membuat air matanya mengalir di pipinya sebelum mengusap pipi Lexus, "kenapa? Kenapa kau tidak mau menikah denganku? Apa karena aku tidak layak?"

Lexus dengan cepat menindih Audrey diatas alas tidurnya, menciumi wajah Audrey, meremas payudara Audrey dan membuat gadis itu terisak dalam erangan nikmat tanpa peduli gaunnya sudah tersingkap naik saat kakinya mengangkangi pinggang Lexus.

"Oh Tuhan, Lexus ... " jerit Audrey saat Lexus menghisap bibir lembut Audrey, menjilat leher gadis itu dan menarik turun gaun Audrey untuk menikmati payudara Audrey yang kencang.

"Lexus ... " sengal Audrey mencengkeram pundak Lexus, mengangkat pinggulnya saat Lexus mengusap kebalik gaunnya dan menemukan inti tubuhnya yang basah dan berdenyut, menjerit untuk mencapai puncak dengan sentuhan ajaib jemari Lexus disana.

Audrey tersengal dan melemah diatas alas tidur Lexus saat Lexus mencium sekilas bibir Audrey dan mengangkat tubuhnya menikmati pemandangan Audrey yang puas oleh sentuhannya, "aku yang tidak layak, Sayang. Kau begitu murni," lalu merebahkan tubuhnya untuk memeluk tubuh Audrey yang dengan cepat terlelap karena kelelahan bahkan tidak mampu memprotes kata-kata Lexus.

Lexus hanya ingin Audrey tahu bahwa Lexus sama membutuhkannya seperti Audrey, melalui sentuhannya, tapi Lexus tidak mengklaim Audrey agar siapapun yang nanti menjadi suami Audrey tidak bisa memandang rendah gadis itu karena Audrey sudah tidak perawan. Tidak boleh ada yang berani merendahkan Audreynya.

the GAME of FATE (Paxton seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang