Deux

85.8K 7.9K 471
                                    

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku beberapa kali, lalu memegangi kepalaku yang terasa sangat berat. Aku menatap sekelilingku, kamar megah yang indah dan rapi. Tapi, dimana aku berada?

Ceklek!

Aku menatap Benedict yang berdiri dibalik pintu dengan nampan yang berisikan makanan. Lelaki itu menghampiriku, "Mengapa aku bisa berada disini?" aku langsung melontarkan pertanyaan padanya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya mengacuhkan pertanyaan dariku.

"Hei! Jawab aku!" ujarku kesal.

"Kau pingsan, okay? Dan, kau beruntung Sean ingin menyelamatkanmu." ujar Benedict, membuatku mengernyit bingung.

"Apa maksudmu?" tanyaku.

"Shut up." Suara itu membuatku langsung menoleh dan mendapati Sean yang melirik kearah Benedict tajam.

Benedict mengendikkan bahunya, "Mommy ku menyuruhku untuk memberimu makanan ini." ujar Benedict sambil menyodorkan sebuah sandwich yang kelihatannya sangat lezat dan juga segelas susu segar.

"Makanan ini? Kau berkata seakan-akan kau tidak memakan makanan ini." ujarku geli, sedangkan Benedict terdiam.

"Bolehkah aku menemui ibumu nanti?" tanyaku antusias.

"Tentu," jawab Benedict, "Aku harus pergi. Sean bisakah kamu menemani teman baruku ini, hm?" Benedict tersenyum menggoda sambil menatap Sean.

"Enyahlah," gumam Sean dengan suara yang sangat kecil, tapi masih dapat terdengar olehku. Aku mengernyit bingung melihat Benedict yang tertawa kecil sambil keluar dari dalam kamar.

Hening.

Sebaiknya aku yang memulai percakapan, "Hm..bagaimana bisa aku pingsan?" tanyaku. Sebenarnya, sedari tadi aku ingin bertanya pada Benedict, tapi lelaki itu malah pergi.

"Fransisco yang begitu menyeramkan untukmu." Aku mengernyit bingung. Apa maksudnya? Apa dia tidak bisa memperjelas kalimat singkatnya itu?

"Kau ketakutan melihatnya, lalu pingsan." jelasnya lagi, membuatku mengerti.

Aku menepuk pipiku, aku sama sekali tak percaya, setakut-takutnya aku, aku hanya akan pipis dicelana, tak sampai pingsan, "Liar!" ujarku kesal, lalu bangkit dari kasur empuk itu.

Sean menaikkan alisnya, lalu menghampiriku, Sean menjentikkan jarinya didepan wajahku, dan entah apa yang terjadi, kepalaku terasa sangat berat, satu hal yang harus kuingat, sebelum kegelapan menyelimutiku, aku merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh bibirku.

Author's POV

Sean menangkap tubuh Ashley dan karena gerakannya yang terlalu tiba-tiba, Sean menarik tubuh Ashley begitu kuat dan tanpa sengaja bibir mereka bersentuhan. Sean langsung menjauhkan wajahnya dari Ashley, "Kuharap dia sudah tidak sadar saat kejadian tadi berlangsung," gumam Sean, lalu mengangkat tubuh Ashley dan membaringkanya kembali kekasur.

Mata Sean beralih pada leher Ashley yang tertutupi oleh rambutnya yang tergerai, mata biru itu menatap penuh nafsu. "Menjauhlah Sean," ujar Blaire sambil melesat dan mendorong Sean sedikit menjauh dari Ashley.

"Sudah cukup dua manusia dalam satu minggu," tambah Jeremy.

Sean mengendikkan bahunya. "Entahlah, tiba-tiba aku merasa haus," ujar Sean.

"Kamu jatuh cinta pada gadis itu, Sean?" Gerald dan Jasmine menatap anak sulungnya itu.

Jeremy menatap Sean terkejut. "Benarkah? Secepat itu Sean bisa jatuh cinta?" ujar Jeremy tak percaya.

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now