Vingt Sept

41.5K 3.3K 132
                                    

Ashley meringkuk layaknya bayi dikasur Sean, sesekali gadis itu mencengkram erat lengan Sean menahan rasa sakit pada perutnya.

Sean hanya dapat menghela napasnya, dia sama sekali tak tau apa yang harus dilakukan olehnya.

"Ashley, apa masih sakit?" tanya Sean.

Ashley mengangguk pelan, "Sangat. Benar-benar sangat sakit," ujar Ashley yang lebih menuju ke rintihan.

Sean menggenggam tangan Ashley, "Ingin berbagi rasa sakitnya padaku? Mungkin, aku bisa sedikit menghilangkan rasa sakitnya," ujar Sean.

Ashley mengernyit bingung, "Bagaimana bisa?" Ashley sedikit terbelalak saat Sean mengangkat baju kaosnya sampai setengah dari perutnya terlihat, "Sean, apa yang kamu la-"

"Shttt... Jangan ganggu konsentrasiku.." ujar Sean.

Lelaki itu menaruh tangan dinginnya diperut Ashley, lalu mengusapnya pelan sampai rasa sakit pada perut Ashley tiba-tiba menghilang begitu saja.

"Sean, bagaimana bisa perutku.." Ashley menatap Sean tak percaya.

Sean mengusap lembut pipi Ashley, "Diamlah.. Istirahat, jam 2 siang kita ada kelas," ujar Sean, lalu membaringkan diri dikasur.

"Ada apa dengan Sean?" gumam Ashley mengernyit bingung.

Jam sudah menunjukkan pukul 13.30 siang, mobil mewah milik Sean juga sudah terlihat diparkiran universita mereka.

"Sean, apa kamu yakin tidak ingin masuk kelas hari ini?" tanya Ashley ragu.

Sean mengangguk pelan, "Aku ada urusan, kuharap kamu mengerti, aku juga tidak bisa menjemputmu nanti, maaf..," ujar Sean.

Ashley tersenyum lembut, "Tak apa, kamu tenang saja, aku akan baik-baik saja," ujar Ashley, lalu keluar dari mobil tersebut.

Sean memukul stirnya kesal, sesekali lelaki itu memencet klakson untuk mempercepat jalannya menuju rumah.

"Urghh.. Sialan! Sudah berapa lama, aku tidak merasa sakit perut seperti ini.." Sean mengacak rambutnya kesal.

Sesampai dirumahnya, Sean segera menghampiri Gerald yang sedang sibuk membaca berkas-berkas penting miliknya.

"Sean, ada apa denganmu?" Jasmine menghampiri anaknya tergopoh-gopoh dengan spatula yang masih ada digenggamannya.

"Dad, perutku benar-benar sakit.." Sean mengusap perutnya yang kesakitan.

Gerald dan Jasmine segera menghampiri Sean dan menyuruh anaknya untuk duduk, "Apa kamu keracunan?" Jasmine terlihat khawatir melihat keadaan putranya.

Gerald menyentuh perut anaknya tersebut dan tak lama kemudia, lelaki itu malah terkekeh geli sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gerald, kamu keterlaluan! Anakmu sedang kesakitan dan kamu bukan mengobatinya, malah menertawainya!" omel Jasmine marah.

"Apa yang kamu lakukan, Nak? Kamu menyerap rasa sakit Ashley saat fase menstruasinya berjalan.." Sean hanya bisa menunduk malu.

"Astaga, Sean.." Jasmine menutup mulutnya tak percaya.

"Ayolah, Dad, Mom, aku hanya sedikit membantu gadis itu," ujar Sean membela dirinya.

Jasmine mengelus puncak kepala anaknya itu, "Sepertinya, kamu benar-benar mencintainya, Sayang.." Jasmine tersenyum kecil.

"Aku sedang tidak ingin membahas hal itu, Mom, tolong obati saja lukaku," ujar Sean.

Gerald mengangguk mengerti dan segera mengeluarkan kekuatannya, terlihat sebuah bola kuning yang keluar dari telapak tangan Gerald, lelaki itu mengusapkan bola itu keperut Sean sampai bola itu tak terlihat dan menyerap kedalam tubuh Sean.

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang