Trente Cinq

37.1K 3.2K 44
                                    

Diam-diam Sean mengintip kedua manusia yang sedang tertawa bersama itu di balik dinding. Entah mengapa dadanya terasa nyeri melihat Ashley tertawa bersama pria lain. Seharusnya, tawa indah itu hanya diberikan untuk Sean, tapi dulu ... dulu sebelum Sean menghancurkan semua tawa yang seharusnya hanya dipersembahkan untuknya.

"Cemburu, hm?" Sean menoleh kearah dosen muda baru itu.

"Bukan urusanmu," balas Sean datar.

Clement melipat kedua tangannya di dada. "Gadis itu sungguh menarik perhatianku," ujar Clement sambil tersenyum kecil.

Sean menatap Clement datar. "Menjauhlah darinya, dia tak akan menyukai dirimu.." Sean hendak melesat pergi.

Clement menahan bahu Sean. "Aku harap kita bisa menjadi musuh yang bersahabat karena sepertinya aku mulai tertarik dengan gadis itu.." Clement menepuk pelan pundak Sean, lalu pergi.

Sean tertegun ditempat, rahangnya mengeras, tangannya terkepal. Sungguh, dia merasa sangat panas mendengar ucapan dari dosen sialan itu, musuh bersahabat? Memangnya ada yang seperti itu? Musuh tetaplah musuh dan tak akan pernah menjadi sahabat ... Ya, setidaknya itu menurut seorang Sean Payne.

Sean mendekatkan telinganya kearah pintu ruangan UKS itu dan hatinya semakin memanas saat mendengar pembicaraan Ashley dan Dominique.

"Aku memesan dua tiket bioskop untuk malam ini.."

Sean merenggut sedikit kesal. Apa maksud perkataan Dominique? Dia ingin mengajak Ashley kencan?

"Dua tiket? Ohh.. Apa secara tak langsung kamu mengajakku menonton malam ini?"

Sean semakin kesal mendengar balasan dari Ashley. Apakah semua wanita selalu murahan? Mengapa mereka mudah sekali untuk dirayu dengan hal kecil seperti itu. Lagipula, Sean bisa memberikan yang lebih baik daripada hanya menonton bioskop, Sean bisa membeli bioskopnya!

"Ya, seperti itulah.."

Sean yakin jika saat ini lelaki berkacamata bulat tebal itu sedang mengusap tengkuknya kikuk dengan pipi merona.

"Baiklah, aku terima ajakkanmu."

Sean menggeram kesal mendengarnya, hampir saja Sean meninju dinding yang ada disebelahnya, jika tangannya tidak ditahan oleh Pierre.

Sean menatap Pierre tajam.

Untuk apa lagi serigala bodoh ini menghampiriku?

"Maaf, Bung! Jangan merusak fasilitas sekolahku," ujar Pierre sambil tersenyum menyebalkan kearah Sean.

Sean menepis tangan Pierre dengan kasar, lalu menonjok wajah Pierre hingga lelaki itu tersungkur. "Ya, kamu benar. Setelah kupikir-pikir, lebih baik aku merusakmu daripada kampus sialan ini," ujar Sean, lalu melesat pergi.

Pierre meringis sambil menyentuh sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. "Seharusnya, aku biarkan saja dia merusak dinding," gumam Pierre pelan.

Pierre bangun dan masuk kedalam UKS dengan wajahnya yang cukup dapat dibilang sangat mengenaskan.

"Adakah yang bisa membantuku?" Pierre menatap Ashley dan Dominique yang ternganga melihat keadaan Pierre.

Ashley segera turun dari kasur dan menghampiri Pierre. "Pierre, wajahmu ... Ehm .. Sangat mengenaskan.." Ashley meringis, lalu menarik Pierre agar duduk di sofa, "Tunggu sebentar." Ashley mulai mengobrak-abrik kotak P3K yang memang disediakan di UKS tersebut.

"Apa lihat-lihat?" ketus Pierre sambil menatap tajam kearah Dominique yang terlihat kikuk.

"Hei! Pierre, lihat apa yang kubawa!" Ashley mengangkat sebuah peralatan obat-obatan yaitu, kapas dan alkohol.

Pierre sedikit merasa menyesal masuk kedalam UKS. Jujur saja, Pierre pernah mempunyai phobia alkohol obat karena masa kecil bodohnya. Garis bawahi, alkohol obat, bukan alkohol minuman.

Ashley terlihat sangat antusias menakuti Pierre dengan alkohol yang dibawanya, "Ayo, pasien! Biar aku obati lukamu! Hei, perawat! Bantu aku!" suruh Ashley pada Dominique yang hanya diam sedari tadi.

Ashley duduk di pangkuan Pierre dan mengambil kapas yang telah diberikannya alkohol. "Mungkin ini sedikit perih bagimu, tapi ini pasti sangat menyenangkan bagiku, melihatmu menderita!" ujar Ashley sambil terkekeh geli.

Pierre mencengkram tangan Dominique yang berada tak jauh darinya, sambil menutup matanya ketakutan. Ashley terkekeh geli dan mendekatkan bibirnya pada telinga Pierre. "Aku baru tau manusia serigala ada yang penakut seperti dirimu..," bisik Ashley sambil menahan tawanya saat melihat mata Pierre membulat ingin keluar.

Ashley segera bangkit dari pangkuan Pierre setelah selesai mengobati luka memar Pierre. "Ohh iya! Aku lupa ingin bertanya padamu, mengapa kamu bisa terluka?" tanya Ashley mengernyit.

Pierre mengusap tengkuknya. "Ehm.. Ak-aku terjatuh di tangga," jelas Pierre berbohong.

Ashley mengangguk mengerti. "Lain kali hati-hati, wajahmu kan, sudah buruk, nanti bisa tambah buruk lagi seperti di film Disney Beauty and The Beast, dan jika sampai hal itu benar-benar terjadi, pastilah aku yang akan menjadi Princess Belle!" ujar Ashley mulai melantur.

"Ya, ya, terserah padamu saja." Pierre terlihat malas menanggapi ucapan Ashley. Pierre hendak membuka knop pintu keluar tersebut sebelum Dominique memanggil namanya.

"Pierre!"

Pierre menoleh dan menatap Dominique penuh tanya. "Ahm ... Malam ini, pukul delapan malam, aku meminta izin mu untuk mengajak Ashley menonton bersamaku di bioskop," ujar Dominique kikuk.

Hening.

Ashley dan Dominique sama-sama meneguk ludah mereka masing-masing, entah mengapa tatapan intimidasi dari Pierre benar-benar bisa membuat mereka sangat gugup.

"Hahahaha.."

Pierre tertawa terbahak-bahak sambil memukul pelan dinding di sampingnya.

Ashley dan Dominique saling menatap satu sama lain. Mereka bingung dengan Pierre yang tiba-tiba tertawa sendiri.

Pierre berdeham untuk menghentikan tawanya dan kembali memasang ekspresi wajah datarnya. "Ya, kalian bisa pergi," ujar Pierre singkat, lalu pergi.

So crunchy...

"Dominique ini jam berapa?" tanya Ashlet tiba-tiba.

"Delapan lewat empat puluh menit," jawab Dominique.

Hening.

"OHH.. ASTAGA!" Ashley dan Dominique berteriak bersama, mata mereka membulat.

"Kita telat.." Ashley menepuk jidatnya.

"Yup. dan sialnya lagi ini mata pelajaran Ms. Yuki," Dominique ikut menepuk jidatnya.

"Untuk kali ini, sepertinya kita harus meminta bantuan dari Mr. Colline agar bisa masuk ke dalam kelas, hari ini ada tes dan kita tak bisa melewatkan tes itu!" ujar Ashley panik.

"Tidak usah," ujar Dominique cepat.

"Kita tidak punya banyak waktu!" Ashley menarik tangan Dominique segera menuju ruangan Clement.

Tok tok tok

"Masuk."

Ashley menjembulkan kepalanya dicela pintu, "Mr. Colline, bisakah kamu membantu kami?" tanya Ashley.

Clement mengernyit, "Hei, masuklah terlebih dahulu." Ashley dan Dominique mengangguk dan masuk ke dalam ruangan tersebut dengan tergesah-gesah, "Jadi, apa yang bisa ku bantu?" tanya Clement.

"Kami.."

13/ 05/ 2017

Huaaaaa.. Rank turun lagi deh, dari 30 jadi 31 😭😭😭 Gimana dong nihhh?? Ada yang bisa bantu?

-Charlies_N-

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang