Vingt Trois

42.4K 3.4K 40
                                    

"Bodoh! Kalian benar-benar tidak punya otak!" Abellano menatap Allsha dan Fabrice penuh amarah, "Bagaimana bisa kalian gagal menculik gadis sialan itu!" Abellano mengacak rambutnya frustrasi.

Fabrice menunduk, "Pangeran, kami sudah berusaha sesuai kemampuan kami," jelas Fabrice yang diangguki oleh Allsha.

"Bodoh! Bodoh! Kalian benar-benar bodoh! Sesuai kemampuan apa, hah!" Abellano berteriak marah.

"Sean, menyerang kami, Pangeran..," jelas Allsha membuka mulut.

Abellano langsung menatap Allsha, "Sean? Bagaimana bisa dia menyelamatkan gadis itu?" tanya Abellano.

"Awalnya, kami juga tidak tau, Pengeran. Tapi, setelah kami selidiki, keluarganya sudah tau jika gadis itu memiliki darah Le Plus Fort," jelas Allsha.

"Mengapa Dominique tidak memberitauku?" Abellano terlihat kebingungan.

"Mungkin Pangeran Dominique belum mengetahuinya," cicit Allsha.

"Mana mungkin dia tidak tau!" Abellano kembali membentak,

"Dia berniat mengkhianatiku, hm.."

Disisi lain. Blaire mengusap bibirnya yang penuh dengan darah, "Ck, bahkan aku masih lapar sampai sekarang." Blaire menatap manusia yang sudah tergeletak ditanah tak bernyawa.

Blaire menyipitkan matanya, melihat seorang manusia yang terlihat sedang berjalan sendirian, Blaire sudah mempersiapkan dirinya untuk menyerang manusia itu, "Ap-apa yang kamu lakukan?" Blaire terhenti, sedikit terkejut saat tau mangsanya itu adalah Dominique.

Blaire menjauhkan dirinya dari Dominique, gadis itu panik. Bagaimana, jika Dominique menyebarkan pada semua orang jika dia adalah vampire, tapi dilain sisi, gadis itu terlihat enggan memangsa Dominique.

"Maafkan aku, aku harus melakukannya.." Blaire menarik tengkuk Dominique, sejenak gadis itu sedikit terkejut, karena bukan tengkuk Dominique yang disentuh oleh bibirnya, melainkan bibir lelaki itu.

Blaire hendak mendorong dada lelaki itu, tapi Dominique menahan kedua tangan gadis itu, dan menarik pinggang Blaire lebih mendekat dengan dirinya.

Gadis itu meneteskan air matanya, rekaman buruk itu bagai terputar kembali didalam otaknya.

Dominique melepaskan ciumannya, menghapus air mata Blaire dari pipinya, "Maafkan aku.." ujar Dominique tanpa ada rasa gugup seperti biasanya.

Blaire menggeleng, lalu memeluk Dominique erat, begitu erat sampai membuat lelaki itu sedikit terkejut, "Edmund.." Blaire berbisik dengan suara yang sangat kecil, tapi mampu didengar oleh Dominique. Dominique mengernyit kebingungan.

Dominique mengusap punggung Blaire kaku, membuat gadis itu semakin erat memeluknya.

"Kumohon jangan tinggalkan aku lagi.." Badan Dominique sedikit menegang mendengar ucapan Blaire, "Jangan.. Jangan lagi.." Blaire kembali menangis.

"Blaire, me-mengapa matamu berubah warna?" satu kalimat itulah yang membuat Blaire langsung menjauhi tubuhnya dari Dominique.

"APA-APAAN INI! Bagaimana bisa dia bertemu dengan jalang itu!" Abellano menatap cerminnya dengan penuh amarah, "Aku bahkan sudah mencoba beratus-ratus tahun menjauhkan dirinya dari gadis sialan itu!" Abellano membanting seluruh benda yang ada dihadapannya dengan kasar.

"Ayah! Ayah! Lihatlah apa yang telah-Ayah? Mengapa kamarmu begitu berantakan?" seorang gadis kecil cantik menatap Abellano dengan polosnya.

Amarah Abellano seakan padam seketika, saat melihat putri kecilnya menghampiri dirinya, "Lea, apa yang kamu lakukan disini?" tanya Abellano sambil membawa putrinya duduk diatas pangkuannya.

Gadis kecil bernama Lea itu langsung menampilkan senyuman manisnya, mempertunjukkan kedua lesung pipi yang menambahkan kesan manis pada dirinya, "Ayah, lihatlah.. Aku menggambarkan diriku dengan seorang lelaki tampan yang kutemui dalam mimpi!" jelas Lea dengan mata berbinar-binarnya.

"Apakah itu Ayah?" tanya Abellano sambil mengusap kepala putrinya dengan lembut.

Lea langsung menggeleng keras, "Tentu saja tidak, dia bahkan lebih tampan dari Ayah!" ujar Lea polos.

Abellano terkekeh geli melihat tingkah putrinya.

Ya, sejak beratus-ratus tahun yang lalu, Abellano menikahi seorang manusia cantik yang bernama Irene, wanita itu benar-benar lembut dan penyayang, hal itulah yang membuat seorang Abellano, lelaki yang begitu dingin dan beku, luluh seketika. Mereka menikah dan dikaruniai seorang putri kecil, yaitu Lea. Tentu saja, pernikahan antara keduanya sangat ditentang, tapi keduanya tetap terus ingin melanjutkan hubungan mereka. Walaupun, risikonya sangat besar. Mereka hidup tentram, sampai suatu saat, pemimpin clan Le Plus Fort mengetahuinya, tentu saja itu hal yang sangat membahayakan bagi keluarga mereka. Raja dari Le Plus Fort, memberikan pilihan pada mereka. Jika, mereka ingin tetap hidup, maka mereka harus memusnakan Lea dari dunia, karena seorang manusia setengah vampire, dapat membahayakan seluruh umat vampire yang ada. Tentu saja hal itu langsung ditentang oleh Irene, dia takkan pernah mau membunuh darah dagingnya sendiri. Sampai suatu saat, Raja kembali mendatangi mereka, saat itu Raja berniat memusnakan Lea, tapi sayangnya Irene menyelamatkan nyawa putrinya itu dan dialah yang terkena imbasnya, wanita itu kehilangan nyawanya.

"Ayah! Kamu mendengarku?" tanya Lea mengerucutkan bibirnya kesal.

Abellano terkekeh geli, "Iya, Sayang. Sebaiknya, lanjutkan acara menggambarmu itu dan jangan lupa ceritakan lagi pada Ayah siapa lelaki tampan yang kamu maksud itu.." Lea mengangguk kecil dan berlalu pergi, meninggalkan Abellano yang tampak kembali memikirkan wanita yang begitu dicintainya yang telah pergi dari dunia.

"Mengapa aku bodoh sekali? Aku dapat menghidupkan yang lain kembali, tapi mengapa aku tidak bisa menghidupkanmu kembali Irene.."

Allsha dan Fabrice tampak merenggut kesal, karena Nona manisnya itu terus-menerus menyuruhnya ini dan itu.

"Nona, ini sudah sore, sebaiknya anda masuk," saran Allsha.

Lea menggeleng cepat, "Tidak! Aku masih ingin disini, kalian pergilah," usir Lea kekeuh sambil memainkan boneka-bonekanya ditaman yang dipenuhi dengan bunga-bunga indah yang bermekaran. Lea menghembuskan napasnya kesal, sudah berkali-kali, dia mencoba mengusir kedua pelayannya, tapi tetap saja dia gagal, jika begini bagaimana bisa dia bertemu dengan pangeran tampannya?

"Allsha, aku ingin minum, tolong ambilkan aku minum," ujar Lea. Allsha mengangguk patuh dan segera melesat pergi. Baiklah, dia tinggal menuntaskan satu pengahalang lagi, "Fabrice!" panggil Lea, membuat Fabrice menoleh kearahnya.

"Ada apa, Nona?" tanya Fabrice.

"Aku lupa memberitamu, Ayah tadi memanggil dirimu dan dia sudah menunggumu setengah jam yang lalu," ujar Lea berbohong.

Fabrice terjengit dan hendak pergi, tapi dia kembali, "Tapi, aku tidak bisa meninggalkan Nona sendirian," ujar Fabrice.

Lea tersenyum kecil, "Tak apa, lagipula aku tak akan kemana-mana," ujar Lea meyakinkan.

Fabrice tampak ragu, tapi akhirnya lelaki itu pergi meinggalkan Lea yang tersenyum lebar.

Lea menarik pelan kalung cantik yang selama ini selalu disembunyikannya dari siapa pun, Lea mendekatkan bibirnya pada hiasan kalung itu, "Pangeranku, datanglah..," bisik Lea sambil tersenyum kecil.

Dan, tak lama kemudian. Seorang lelaki tampan berkulit pucah itu menghampirinya dengan senyuman yang mengembang, "Hei, manis!" Lelaki itu menepuk-nepuk kepala Lea pelan.

"Hai, juga.."

03/ 05/ 2017

Hei, maaf agak malam updatenya, seperti boasa, malam rabu Charlies harus latihan bela diri dan selesainya baru pukul 10 malam 😥 Maaf, ya, readersku..

-Charlies_N-

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now