Quarante Et Un

34.5K 3K 58
                                    

Dorr!

Dorr!

Air mata kembali menetes dari manik hijau tersebut. Dia sama sekali tak menyangka jika ketiga orang yang begitu disayanginya tega membunuh kedua orangtuanya. Ashley meringis saat Albert dan Carren menggeret tubuh kedua orangtuanya dengan tidak berperikemanusiaan. Disitu Ashley masih dapat melihat jika Ayahnya mencoba untuk melepaskan diri dengan sisa tenaga yang dia punya, tapi Albert tak melepaskannya.

Ashley menutup mulutnya tak percaya, lalu munculah satu rekaman lagi setelahnya. Sebuah rekaman yang menampilkan kedua orangtuanya dimasukkan ke dalam sebuah mobil, lalu mobil itu didorong oleh ketiga manusia serigala itu ke jurang.

Ashley menutup labtop tersebut, lalu membantingnya dan menginjaknya sampai ambruk. Gadis itu meluruh, Ashley menjambak rambutnya frustrasi dengan raungan tangisannya.

"Mommy, Daddy, maafkan aku.." lirih Ashley sambil menyadarkan kepalanya ke samping kasur.

"Hiks.. Aku tak tau-hiks.. jika ketiga iblis itu membu-hiks bunuh kalian.."

Ashley tertegun setelahnya. Dia berpikir. Dia tidak bisa menangisi hal ini terus-menerus, dia harus bangkit, dia harus membalas apa yang telah dilakukan mereka pada keluarganya. Dia tidak bisa hanya berdiam diri saja..

Ashley mengusap air matanya kasar. Matanya menajam. Gadis itu berlari keluar dari rumah itu, lalu pergi menuju ke bandara.

Apa pun yang terjadi aku harus pulang! Aku harus membalas semuanya.. Nyawa harus dibayar dengan nyawa..

Ashley berlari menuju tempat pemesanan tiket, lalu mengeluarkan sisa uang yang dia punya untuk membeli tiket pulang.

Disisi lain.

"Sean, apa kamu yakin dengan keputusan mu?" tanya Gerald serius.

Sean membalasnya dengan anggukan, "Dad, aku akan pergi, kalian tak perlu mengkhawatirkan aku, aku bisa menjaga diriku sendiri. Kalian tetap di sini saja," ujar Sean.

"Tapi, apa alasanmu pergi? Bukankah kita sudah nyaman menetap di sinu, Nak?" Jasmine menatap anaknya sendu.

Sean menggeleng pelan, "Mommy, aku tidak bisa terus disini, ada suatu hal yang perlu kuurus," jelas Sean.

"Kalau begitu, biarkan kami ikut bersama mu, Sean," ujar Jasmine kekeuh.

"Tidak bisa, Mom. Dengar, aku benar-benar membutuhkan kalian untuk menjaga Ashley-ku selama aku pergi," ujar Sean sambil melirik keempat saudaranya yang hanya diam sedari tadi.

"Sean, tapi kamu akan pergi kemana?" tanya Benedict membuka mulut.

"Ke suatu tempat. Suatu tempat yang tak dapat menjamin, aku akan kembali atau tidak," jelas Sean.

"Sean, setidaknya kamu harus menjelaskan semuanya pada Ashley sebelum kamu pergi..," Amber melirih.

Sean kembali menggeleng, "Aku sudah melakukannya." Sean beranjak dari duduknya.

"Aku pergi sekarang, jaga diri kalian.."

Semuanya mengangguk. Mata Sean beralih kearah Blaire yang hanya diam, keduanya memang belum saling bicara setelah kejadian Sean menampar Blaire.

"Blaire.. Maafkan aku," ujar Sean, membuat Blaire langsung mendongak.

Blaire langsung berlari dan memeluk leher Sean erat sambil menangis, "Kamu harus kembali, Sean..," ujar Blaire.

Sean mengelus rambut Blaire, "Kumohon jaga Ashley selama aku pergi.." bisik Sean.

Blaire mengangguk dan melepas pelukkannya.

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now