Quarante Six

37.8K 2.9K 24
                                    

"Ingin ku antar?" tawar Dominique pada Ashley.

Ashley tersenyum kecil, "Ahh.. tidak usah," ujar Ashley.

Dominique mengendikkan bahunya, lalu memakai helmnya, "Baiklah, aku pergi," ujar Dominique, lalu melajukan motor scoopy biru butut miliknya.

Ashley menghela napasnya, gadis itu sudah menunggu taksi hampir satu jam, tapi tak satu pun taksi ada yang lewat.

"Ashley.."

Ashley mengenali suara itu. Itu Albert, bukan? Sahabat yang dulunya benar-benar dia sayangi.

Ashley membalikkan badannya dan menatap Albert datar, "Jika, kamu ingin meminta maaf, ketahuilah.. aku tidak akan pernah memaafkan mu," ujar Ashley datar.

"Ashley, sejujurnya aku tidak ingin melakukannya-"

"Tapi, kamu melakukannya, Albert.. Aku menyayangi kalian, tapi mengapa kalian membuatku harus membenci kalian.." Ashley menatap Albert dengan berkaca-kaca.

"Aku menyayangi mu, Ashley.. Sungguh, walaupun yang kamu tau adalah Pierre lah yang paling menyayangimu.. Ashley, jika aku harus berkhianat pada bangsaku, aku akan melakukannya, asal kan kamu bisa memaafkan ku," ujar Albert.

Ashley menggeleng pelan, "Tidak perlu. Semuanya sudah terjadi, dan kamu sudah terlambat.. Aku tidak membutuhkan kalian sama sekali, lihatlah aku sekarang.. Aku jauh lebih baik, semua orang memandang diriku.." ujar Ashley dengan gaya angkuh.

"Kamu tidak baik, Ashley.. Aku mengenal dirimu.." ujar Albert memegang kedua bahu Ashley.

Ashley segera menepis tangan Albert dari bahunya, "Aku lebih mengenal diriku daripada kamu!" ujar Ashley marah.

"Ashley.."

"Albert, aku tau, aku berhutang nyawa padamu saat kamu menyelamatkan hidupku dari Sean.." Ashley menghela napasnya, "Tapi, aku tak bisa, aku tak mungkin bisa tak membenci dirimu, jadi kumohon.. mengertilah.." Ashley berlalu pergi, meninggalkan Albert yang menunduk sedih.

Ashley berjalan dengan langkah kaki yang cepat, gadis itu menahan tangisnya yang akan pecah. Sungguh, sampai sekarang pun sangat sulit baginya untuk membenci ketiga sahabatnya itu.

Ashley berjalan di jalan raya dengan keadaan mata buram. Gadis itu tak menyadari jika lampu jalanan yang awalnya berwarna merah sudah kembali menjadi hijau.

TINNNN!

Ashley terjengit saat cahaya yang berasal dari beberapa mobil yang berlaju dengan cepat itu menusuk matanya.

Ashley tak tinggal diam, kakinya bergegas meninggalkan jalanan itu, tapi sayangnya sebuah mobil berwarna putih melintas dengan kecepatan di atas rata-rata menuju ke arah dirinya.

Ashley menjerit ketakutan, matanya benar-benar terpejam rapat, dia sudah pasrah dengan apa pun yang terjadi selanjutnya.

Bruk!

Ashley merasakan sebuah tubuh tegap memeluknya, lalu mengangkat tubuhnya dengan cepat dan melesat pergi.

"Huh, kamu beruntung aku sedang melintas di jalan itu.." gumaman pelan itu, membuat Ashley membuka matanya.

"Jeremy.." Ashley mengerjapkan matanya.

Jeremy menatap Ashley sejenak, lalu memutuskan kontak mata tersebut dan menurunkan Ashley dari gendongannya.

"Terima kasih..," gumam Ashley pelan, lalu berjalan beriringan di sebelah Jeremy.

"Hm." balas Jeremy.

Ashley menoleh ke arah Jeremy. Mengapa suara itu tak asing baginya?

"Jeremy," panggil Ashley ulang.

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now