Trente Six

36.4K 3.1K 46
                                    

"Ini terakhir kalinya aku membantu kalian untuk berbohong," ujar Clement menatap Ashley dan Dominique tajam.

Ashley menyengir kuda, "Aku 'iya' kan ucapan mu itu untuk saat ini," ujar Ashley.

Clement mengetuk pintu ruangan kelas Ashley.

"Masuk.."

Ms. Yuki tersenyum manis melihat kedatangan Clement, "Ada yang bisa kubantu, Mr?" tanya Ms. Yuki dengan suara yang sengaja dibuatnya sehalus mungkin.

Clement menyenggol lengan Ashley kikuk. Ashley mengendikkan bahunya tak mengerti.

Clement mengusap tengkuknya, "Ahh.. Aku tadi mempunyai urusan dengan Ashley dan Dominique, jadi aku membawanya ke ruangan ku, maafkan aku karena telah membuat mereka tak bisa mengikuti tes mu," ujar Clement.

Ms. Yuki tersenyum lembut, "Ahh.. Tak apa, aku mengerti Mr. Colline," ujar Ms. Yuki sambil melirik kearah Ashley dan Dominique, menatap mereka tajam.

"Jadi, tolong berikan mereka izin untuk mengikuti tes susulan," ujar Clement..

"Itu pasti, Mr. Anda tenang saja," ujar Ms. Yuki.

"Terima kasih, Clement..," bisik Ashley pelan sebelum dia duduk di tempatnya.

Clement merasakan hatinya menghangat mendengar ucapan Ashley, ditambah lagi senyuman manis gadis itu.

Skip..

"Jangan pulang malam-malam," ujar Pierre mengingatkan sahabatnya itu.

Ashley mengangguk, lalu mengecup pipi Pierre singkat, "Baiklah, kamu tenang saja, tak akan lewat dari jam 22.00 malam," ujar Ashley, membuat Pierre mengangguk.

"Ashley!" Ashley menghentikan langkahnya menuju pintu keluar.

Pierre berjalan menghampiri Ashley, lalu mengeluarkan sebuah cincin berwarna silver berbentuk serigala dari kantung celananya. "Lepaskan cincin itu," suruh Pierre sambil melirik kearah cincin yang melingkar indah di jari manis Ashley.

Ashley mengangguk dan segera melepaskan cincin tersebut dari jarinya. "Ini.." Ashley memberikan cincin indah pemberian Sean pada Pierre.

Pierre mengambil cincin tersebut dan memasukkannya ke dalam kantung, lalu menarik lembut tangan Ashley dan memasangkan cincin pemberiannya.

"Cincin ini akan melindungi dirimu dari semua vampire yang berniat menyakitimu," ujar Pierre, lalu memasangkan cincin itu di jari manis Ashley

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cincin ini akan melindungi dirimu dari semua vampire yang berniat menyakitimu," ujar Pierre, lalu memasangkan cincin itu di jari manis Ashley.

"Maksudmu?" Ashley mengernyit bingung.

Pierre tersenyum kecil, "Vampire yang mempunyai niat jahat padamu akan terbakar hanya dengan menyentuh kulitmu," jelas Pierre.

Ashley mengangguk mengerti. "Baiklah, terima kasih, cincinnya sangat bagus," ujar Ashley, lalu mengecup pipi Pierre lagi dan pergi.

Pierre tersenyum miring menatap punggung Ashley yang mulai menjauh, "Kamu takkan bisa menyentuhnya.." gumam Pierre.

Aillard tersenyum lebar melihat kelicikan anaknya itu, "Kamu bekerja dengan baik." Aillard menepuk pundak putranya bangga.

Pierre tersenyum bangga, "Dia hanya milik bangsa kita, Ayah.." Pierre tersenyum sambil memberikan cincin unik bergambar taring milik Ashley itu ke ayahnya, "Aku menghipnotis dirinya, jadi aku tak perlu lagi memaksanya, dia akan menuruti semua perintahku," Aillard mengambil cincin tersebut, lalu memasukkannya ke dalam kantung.

Disisi lain.

Ashley begitu sangat antusias saat tau Dominique mengajaknya menonton film action.

"Ashley, kamu tak takut?" tanya Dominique.

Ashley menoleh ke arah Dominique, lalu tertawa, "Tentu saja tidak, ini bukan film horror, Dominique.." Ashley mencomot popcorn keju miliknya.

"Mungkin saja kamu tak suka melihat yang berdarah-darah," ujar Dominique.

Ashley menghentikan kunyahannya, gadis itu sedikit tertegun. Pikirannya kembali pada saat Sean menyakitinya dengan sadis.

"Hei, kamu tak apa?" tanya Dominique menatap manik hijau kekuningan Ashley, "Ashley, kamu memakai soflen?" tanya Dominique tiba-tiba.

Ashley mengernyit bingung, "Soflen? Dominique, sejak dulu warna bola mataku memang seperti ini, tak ada yang berubah," ujar Ashley.

"Biarkan aku melihatnya dengan lebih jelas." Dominique hendak menarik dagu Ashley, tapi Ashley menahan tangannya.

"Fuck!"

Dominique meringis memegangi tangannya yang tersentuh dengan kulit Ashley.

"Dominique, kamu tak apa? Ada apa dengan tanganmu?" tanya Ashley hendak melihat tangan Dominique.

Dominique menggeleng pelan, "Tidak ada, tadi aku sedikit terkejut saja, cincin mu menggores kulitku," ujar Dominique berbohong, sambil melirik ke arah cincin yang dipakai oleh Ashley.

"Ahh.. Maafkan aku, aku tak tau cincin ini sangat tajam," ujar Ashley hendak melepaskan cincin itu dari jarinya.

"Vampire yang mempunyai niat jahat padamu akan terbakar hanya dengan menyentuh kulitmu,"

Ashley menghentikan tangannya yang tadinya terulur untuk melepaskan cincin tersebut, "Aku tidak bisa melepasnya, aku takut cincin ini hilang," ujar Ashley.

Dominique mengepalkan tangannya geram. Dia tau, sangat tau, jika cincin itu dilapisi kekuatan dari manusia serigala, sehingga para vampire tak dapat menyentuh cincin itu. Dia juga tau, jika Ashley telah dihipnotis oleh manusia serigala, sehingga mata gadis itu tidak sepenuhnya hijau. Tapi, dia bisa apa? Untuk menyentuh Ashley saja, dia bisa terbakar menjadi abu.

Saat film di mulai. Ashley sangat serius menontonnya, tapi tidak dengan Dominique yang sedikit merenggut, memikirkan cara agar cincin tersebut dapat lepas dari jari manis Ashley. Mengeluarkan kekuatannya? Kekuatan apa yang dimiliki Dominique agar bisa melepas cincin tersebut? Dominique hanya memiliki kekuatan untuk mengelabui musuh. Ck, terkadang sesuatu yang dianggap sepele akan sangat dibutuhkan pada waktu tertentu.

Disisi lain..

Sean menghela napasnya kasar. Lelaki itu bersandar di kursi meja makan apartemen miliknya. Matanya beralih kearah matcha waffle yang dulunya pernah ia masakkan untuk Ashley.

Jika kalian tanya, apakah Sean menyesal telah menyakiti fisik Ashley? Tentu saja tidak, secuil rasa menyesal tak pernah muncul di dalam benaknya. Lagipula, Sean melakukan hal itu demi kebaikan Ashley dan juga dirinya.

Sean menggeram, lelaki itu meremas rambutnya frustrasi. Sean melempar makanan yang telah dibuatnya itu ke sembarang arah dan meninggalkan serpihan piring yang pecah di lantai.

Sean meninju dinding dihadapannya dengan kuat sampai terlihat retakkan di dinding berwarna abu-abu itu.

"Aku bersumpah akan membunuhmu.. Bagaimana pun caranya." Manik biru itu mulai memerah.

Sean kembali melempar semua benda yang terlihat di matanya, "Sialan! Aku benar-benar akan memberinya pelajaran!" Sean menendang meja kecil yang berada dihadapannya.

"Arghhh.. Aku bisa mati, jika terus-menerus begini.." Sean memukuli dada bidangnya.

"Brengsek! Dia akan mati di tanganku.." Sean meluruh. Badannya meluruh ke lantai, lelaki itu benar-benar kacau saat ini.

"Aku akan melenyapkan dirinya, aku bersumpah, dia akan mati di tanganku.."

14/ 05/ 2017

Hei, readers! Besok Charlies sudah ujian ptaktek, jadi tolong dimaklumi jika Charlies tidak bisa update, maaf sekali, karena Charlies harus fokus dulu pada ujian.

-Charlies_N-

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now