Vingt Huit

39.7K 3.2K 85
                                    

Ashley's POV

Hening.

Hanya keheningan yang menyelimuti aku dan Mr. Colline saat ini, aku sadar jika dosen baru itu sedari tadi mencuri-curi oandang kearahku, tapi aku berusaha untuk mengabaikannya.

Aku sedikit beranjak, karena mobil miliknya berhenti disebuah cafe kecil yang pernah kudatangi bersama sahabat-sahabatku.

"Mr. Colline, rumahku tidak disini," jelasku padanya.

Dia menyunggingkan senyuman manisnya, membuatku sedikit tertegun mengagumi ketampanannya, "Aku sedikit lapar, apa kamu mau menemaniku, Ashley?" tanyanya.

Aku mana mungkin menjawab tidak. Jadi, aku terpaksa mengiyakan ajakkannya itu.

Dia benar-benar menarik perhatian kaum hawa yang berada didalam cafe tersebut. Ya, aku akui dia tampan, tapi dimataku ketampanannya tak sebanding dengan Sean.. Ughh.. Mengapa aku jadi merindukan lelaki itu?

"Apa yang ingin kamu makan, Ashley? Pesanlah.." suruhnya dengan lembut.

Aku menggeleng pelan, "Tidak, Mr. Aku tidak lapar," tolakku halus.

Dia terlihat mengangguk mengerti, "Deux chocolat chaud à la crème," ujarnya pada pelayan itu.

Aku membuka ponselku, berharap Sean akan menanyakan kabarku, tapi sayangnya aku baru ingat, jika vampire itu sedikit kuno. Mereka mempunyai ponsel, tapi hanya digunakan untuk keadaan genting saja.

"Ashley.." panggil Mr. Colline, membuatku mendongakkan kepalaku.

"Ada apa, Mr. Colline?" tanyaku.

"Bisakah kamu berhenti memanggilku dengan sebutan itu? Kita sedang berada diluar kampus, cukup panggil aku Clement," ujarnya.

Aku menggeleng pelan, "Tapi, itu sama sekali tidak sopan," tolakku.

"Ini permintaanku, Ashley," ujarnya menatapku serius.

Aku menganggukan kepala kikuk, "Ya, baiklah, Clement.." Dia tersenyum kecil mendengarku memanggilnya hanya dengan sebutan nama.

"Jadi, apa yanh duduk disebelahmu tadi adalah kekasihmu?" tanya Clement tiba-tiba.

Hmm.. Apa maksudnya adalah Dominique?

"Apa maksudmu.. Dominique? Dia bukan kekasihku," jelasku.

Clement tampak tersenyum lega, "Aku lega mendengarnya..," gumam Clement.

Aku mengernyit, "Apa maksudmu?" tanyaku langsut.

Clement tergagap, "Ahh.. Ti-tidak ada," ujarnya, lalu menyesap coklat panas yang baru dipesan olehnya.

Clement menyodorkan secangkir coklat panas kearahku, "Minumlah, ini musim dingin.. Kamu bisa kedinginan," ujarnya sambil tersenyum.

"Tidak, terima kasih, aku-"

"Ayolah, aku hanya ingin melihatmu meminumnya.." Aku mengangguk pasrah, lalu ikut menyesap coklat panas itu.

Hening.

"Clement.. Apa benar kamu mempunyai seorang putri kecil?" tanyaku ingin tau.

Clement mengangguk pelan, "Namanya Lea Besoin, dia berumur tujuh tahun," jelasnya, "Ingin melihat fotonya?" tanyanya. Aku membalasnya dengan anggukan, lalu Clement membuka ponselnya dan memperlihatkan sosok gadis kecil berambut pirang cantik padaku.

"Dia sangat cantik," ujarku tulus, "Mukanya sangat mirip denganmu," ujarku.

"Dia sangat cantik," ujarku tulus, "Mukanya sangat mirip denganmu," ujarku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now