Huit

66.5K 5.4K 243
                                    

PS: YANG DIMULMED ITU PENGGAMBARAN CHARLIES TERHADAP BENEDICT CAVIDSON YA.. GANTENG, KAN???

Ashley's POV

Vampire??

Apa mungkin, jika Sean itu seorang vampire? Bukankah ciri-cirinya sangat mirip dengan mahluk fantasi itu? Kulit yang pucat dan suhu tubuh yang sangat dingin..

Astaga! Mengapa aku baru menyadari hal itu? Haruskah aku menanyakannya pada Sean? Tapi, bagaimana jika aku salah, bisa-bisa aku dianggap sudah gila. Tapi..

Jika, itu benar dan dia langsung membunuhku bagaimana? Dia akan menggigit leherku dan mengisap darahku sampai habis tak tersisa. Tidak lucu, kan? Jika, aku mati karena digigit vampire. Bagaimana dengan hutangku pada ibu kantin yang belum kubayar-bayar?

Ya tuhan, aku tidak mau mati! Aku tidak mau mati!

"AKU TIDAK MAU MATI!" aku menggeleng-gelengkan kepalaku tak henti.

Aku tersadar dan menatap teman-temanku yang sepertinya menahan tawa melihatku. Astaga! Mengapa aku mengkhayal terlalu tinggi seperti ini? Bisa-bisa aku dianggap gila oleh mereka.

Beruntungnya aku, karena dijam ini para guru sedang mengadakan rapat.

"Ashley, ada apa denganmu? Kamu berteriak-teriak seperti orang gila." Shyntia menatapku geli sambil menutup mulutnya menahan tawa.

Aku memutar bola mataku malas. Memangnya apa urusannya jika aku gila? Itu, kan, sama sekali bukan urusannya!

"Ohhh.. Aku tau, aku tau! Gadis pengkhayal tinggi sepertimu ini pasti sedang mengkhayal yang aneh-aneh, ya?" Clora menghampiriku dan tersenyum miring.

"Aku bukan pengkhayal!" ujarku kesal dengan kelakuan mereka.

Shyntia terkekeh geli, "Kamu memang bukan pengkhayal, tapi orang gila!" ujarnya, diiringi oleh tawaan dari teman-teman sekelasku, pengecualian untuk Sean and friends.

"Seharusnya, orang tua mu itu memasukkanmu kedalam rumah sakit jiwa! Hahaha.." Clora dan Shyntia mentertawaiku yang sedam meredam emosi.

"Atau jangan-jangan.. Kedua orangtuanya juga sama gilanya dengan dia!" mereka kembali tertawa.

Brakk!

Aku menggebrak mejaku kasar dan menatap mereka kesal, "Terserah kalian mau mengataiku apa, tapi aku tidak terima jika kalian mengatai Mommy dan Daddy!" ujarku emosi.

"Oh ya? Lalu, kamu mau apa gadis manja? Meminta bantuan Albert, Carren, dan Pierre?" Clora mendecih sambil tertawa meremehkan.

"Aku bingung mengapa mereka mau berteman denganmu, apa jangan-jangan hanya karena kasian, ya?" Para murid dikelasku langsung tertawa terbahak-bahak, membuat mataku tiba-tiba berkaca-kaca.

Aku hendak pergi meninggalkan kelas sebelum sebuah tangan menahanku. Aku membulatkan mataku saat merasakan kulit dingin itu menyentuhku, "Amber.." aku mengerjap-ngerjapkan mataku tak percaya.

Amber menatap Clora dan Shyntia datar, "Apa urusan kalian sebenarnya, hah? Memangnya mengapa kalau dia gila? Apa itu urusanmu? Apa kamu mau membayar uang rumah sakitnya? Tidak, kan? Jadi, tutup saja mulut kalian yang selalu berbusa itu! Kalian membuatku muak dengan ocehan tidak penting kalian!" Amber membuat seisi kelas itu langsung bungkam, gadis itu menarikku keluar dari kelas.

Dia benar-benar baik. Aku tak menyangka dia akan berbuat seperti itu padaku, kukira dia hanya seorang gadis pendiam yang jutek dan tidak berperasaan, ternyata aku salah menilainya selama ini.

"Amber.." Amber menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya kearahku, "Terima kasih sudah menolongku," ujarku sambil tersenyum kecil.

Amber terdiam dengan tubuh yang tiba-tiba menegang, "Terima kasih?" aku menganggukan kepalaku, mengiyakan pertanyaannya yang cukup dapat dibilang aneh itu.

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now