Quinze

51K 4.3K 50
                                    

Ashley hanya diam selama berada di universitas, mulutnya bahkan sama sekali tidak terbuka untuk berbicara pada siapa pun, termasuk pada sahabat-sahabatnya. Dia hanya menggunakan kepalanya untuk mengangguk dan menggeleng untuk menjawab.

"Ashley, kita perlu berbicara," ujar Sean mencekal tangan gadis itu.

Ashley refleks menepis tangannya, membuat Sean sedikit terkejut karena mendapat penolakkan dari Ashley, "Aku sedang sibuk, Sean," balas Ashley, hendak kabur, tapi Sean menahannya.

"Apa kamu takut padaku sekarang?" tanya Sean langsung, membuat Ashley terdiam.

Iya, jawabannya. Ashley benar-benar takut, dia takut Sean akan memperlakukan hal yang sama kepadanya suatu saat nanti, sama seperti yang dilakukan oleh vampire itu.

"Saat kamu mengetahui identitas asliku itu sama saja kamu menyetujui untuk menerimaku apa adanya. Ashley, aku bersumpah tidak akan menyakitimu," ujar Sean.

"Sean, kamu tidak mengerti-"

"Lalu, buatlah aku mengerti," potong Sean cepat.

Ashley menggeleng pelan, "Kamu tidak akan pernah bisa mengerti," ujar Ashley.

"Begitu juga denganmu.. Aku tidak akan bisa mengerti karena kamu juga tidak mengerti," ujar Sean.

"Sean, beri aku waktu untuk sendiri!" ujar Ashley terbawa emosi.

"Untuk apa? Jelaskan padaku untuk apa? Apa setelah aku memberimu waktu kamu akan pergi menjauh dariku? Apa kamu-"

"Sean! Ada apa denganmu? Aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk melakukan hal itu!" ujar Ashley.

Sean meluruhkan badannya, membiarkan lututnya terlipat mengenai tanah, lelaki itu berlutut didepan Ashley, "Kumohon.. Jangan pernah meninggalkan aku.." Ashley terjengit, gadis itu sungguh terkejut melihat Sean.

"Sean, berdirilah! Apa yang kamu lakukan?" Ashley menarik lengan Sean agar lelaki itu mau berdiri.

Sean mengambil kedua tangan Ashley, "Dengarkan aku.." Ashley semakin terkejut melihat kelakuan Sean, "Aku tak tau bagaimana bisa ini terjadi padaku, tapi yang ku tahu aku mencintaimu," ujar Sean.

Mulut Ashley terbuka lebar, matanya juga ikut melebar, "Sean, ap-apa yang kamu bi-bicarakan?" cicit Ashley.

Sean mendongakkan kepalanya melihat wajah Ashley yang tiba-tiba memucat, "Aku tidak perlu jawaban darimu, aku hanya ingin kamu mengetahuinya dan tetap berada disisiku," ujar Sean.

Sean beranjak berdiri dan hendak melesat pergi, tapi kali ini tangan mungil itu menahannya. Ashley langsung menarik Sean untuk berpelukkan dengannya, Ashley menenggelamkan kepalanya didada bidang Sean, "Itu yang ingin kudengar darimu..," ujar Ashley pelan.

Sean terdiam membeku. Jadi, selama ini, Ashley mempunyai perasaan yang sama dengannya? Cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Sean tersenyum kecil, membalas pelukkan itu erat, membiarkan pelukkan itu menghangatkan tubuhnya cukup lama.

Disisi lain. Diarah yang berbeda, Pierre menggeram, tangannya mengepal kuat sampai jari-jari tangannya memutih. Seharusnya, dia tidak membiarkan Sean dan Ashley dekat, seharusnya dia tidak membiarkan dirinya berada didalam posisi yang berbahaya.

"Hm.. Jadi, apa kamu sudah mengetahui siapa itu Bella Swan?" tanya Ashley.

Sean mengangguk, "Gadis yang dicintai oleh Edward," jawab Sean.

Ashley mengangguk mengerti, "Jadi, kamu sama sekali tidak mengerti kata kunciku, ya?" Sean menatap Ashley bingung, lalu menggelengkan kepalanya. Ashley menghembuskan napasnya kesal, "Kamu ingat waktu itu, saat aku menyamakan dirimu dengan Edward Cullen?" Sean menganggukan kepalanya, "Dan, saat itu aku juga bilang, jika aku berharap bisa menjadi Bella Swan-nya, jika kamu yang menjadi Edward Cullen-nya," ujar Ashley.

"Jadi, kamu berharap bisa menjadi gadis yang dicintai oleh Sean Payne?" tanya Sean, membuat wajah itu langsung merona merah. Sean mengusap pipi Ashley, "Kamu seharusnya tau, jika sedari dulu kamu lah yang aku harapkan untuk menjadi Bella dikehidupanku yang nyata." Sean tersenyum geli. Senyuman. Sebuah senyuman yang bisa membuat Ashley menggila karena melihatnya.

"Mengapa kamu tersenyum?" tanya Ashley.

Sean kembali tersenyum, "Entahlah, aku hanya sedang ingin tersenyum saat ini," jawab Sean.

"Tersenyumlah kalau begitu..," ujar Ashley sambil menarik bibir Sean membentuk senyuman yang lebar menggunakan kedua jarinya.

"Aku sedang tersenyum sekarang," ujar Sean.

"Tapi, senyuman itu berbeda Sean," ujar Ashley pelan.

'Senyuman mu itu benar-benar menggeliti perutku,' lanjut Ashley dalam batinnya.

"Benarkah?" Sean menolehkan kepalanya, menatap manik hijau Ashley.

Ashley mengernyit bingung, "Benar apa?" tanya Ashley.

Sean menyentil kening Ashley, "Senyumanku menggeliti perutmu, hm?" Ashley baru teringat, jika Sean bisa mengetahuinya. Wajah itu kembali merona dan panas.

"Kamu benar-benar tidak becus! Apa saja yang kamu lakukan selama ini, hah! Kamu benar-benar membuatku malu!" Aillard menatap Pierre penuh amarah.

"Ayah, aku tidak mungkin terus mengekang Ashley, dia bisa curiga kepadaku," ujar Pierre.

Aillard membanting semua berkas-berkasnya, "Kalian bertiga memang benar-benar tidak bisa diandalkan!" Aillard menunjuk pada Albert, Carren, dan Pierre yang menundukkan kepalanya ketakutan, "Kalian selalu berpikir untuk bersenang-senang, seakan-akan tidak akan terjadi apa-apa jika para vampire itu mendapatkan emas kita!" ujar Aillard, "Kalian tidak pernah berpikir apa bahayanya, jika Ashley direbut oleh bangsa vampire!" ujar Aillard.

"Ayah, maafkan kami. Kami akan melaksanakan tugas dengan lebih baik lagi," ujar Pierre menunduk hormat, diikuti oleh Albert dan Carren.

Aillard menghela napasnya kasar, lalu menepuk pundak Pierre, "Buktikan padaku, jangan kecewakan aku," ujar Aillard yang dibalas anggukan mantap dari ketiga manusia serigala itu, "Keluarlah sekarang, jangan membuat yang lainnya curiga," ujar Aillard.

Albert, Carren, dan Pierre mengangguk dan menunduk hormat pada Aillard, lalu pergi meninggalkan ruangan Aillard.

"Aku tidak bisa membayangkan seberapa kecewanya Ashley, jika dia tau kita hanya memanfaatkannya selama ini," ujar Carren tiba-tiba.

Pierre menghentikan langkahnya dan menoleh pada Carren, "Kamu tau Ashley akan kecewa jika mengetahuinya. Jadi, jangan biarkan dia sampai tau," ujar Pierre, lalu pergi meninggalkan Albert dan Carren.

"Albert-"

"Aku tidak ingin membahasnya, Carren." Albert mengeluarkan puntung rokoknya, lalu melesat pergi.

"Ck, malang sekali hidupmu." Carren memutar bola matanya saat melihat Jeremy tersenyum devil, "Ayahmu seorang manusia serigala dan Ibumu seorang vampire, mereka berpisah setelah mendapatkan dirimu, dan kamu malah mengikuti bangsa ayahmu yang tega-teganya meninggalkan dirimu saat kecil dan membiarkan dirimu dibenci oleh Ibumu sendiri." Jeremy melipat kedua tangannya didada, "Lagipula untuk apa memilih menjadi manusia serigala, mereka lebih lemah dari bangsa kami dan pastinya akan musnah suatu saat nanti.." Jeremy mendekatkan dirinya pada Carren yang terdiam membeku, "Kamu masih mempunyai kesempatan untuk mengubah takdirmu. Hanya satu kesempatan.." bisik Jeremy tepat ditelinga Carren, membuat gadis itu sedikit merinding dibuatnya.

"Dasar iblis! Menjauhlah!" Carren mendorong Jeremy menjauh darinya.

Jeremy terkekeh geli, melihat kelakuan Carren. Jeremy menepuk kepala Carren, "Pikirkanlah dengan matang, aku akan membantumu, jika kamu mau.." Jeremy kembali menggoda Carren dengan senyuman devil miliknya.

25/ 04/ 2017

Oke, wordsnya pas 1000, ya 😂😂 Maaf pendek dan agak malam updatenya, Charlies sedang ada ujian, jadi harus belajar terlebih dahulu sebelum memegang hp 😅 Segitu dulu, ya..

Kecewa, kah, kalian sama sahabat-sahabat Ashley?

Apa yang kalian harapkan dinext chap?

-Charlies_N-









Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now