Vingt Neuf

36.5K 3.4K 118
                                    

Author's POV

"ASHLEY!! JANGAN MEMBUKANYA!"

Ashley hampir saja menjatuhkan buku tersebut karena Sean yang membuatnya begitu terkejut.

"Sean, kamu mengejutkanku!" omel Ashley kesal.

"Bagaimana bisa kamu masuk ke sini?" tanya Sean datar, mengacuhkan omelan Ashley.

"Aku tak sengaja menyentuh sebuah tombol dilampu tidur, dan tiba-tiba lemari pakaianmu tergeser dan aku menemukan sebuah pintu, dan.. Itulah ceritanya," jelas Ashley panjang lebar.

Sean menarik tangan Ashley kasar, membuat gadis itu meringis kesakitan, "Sean, lepaskan, sakittt.." lirih Ashley. Sean membanting tubuh Ashley diatas kasur, "Sean, ada apa denganmu?" tanya Ashley bingung.

"Jangan ikut campur dengan urusanku!" manik biru itu berubah menjadi merah.

"Sean.."

"DIAM!!"

Ashley terlonjak saat Sean tiba-tiba menjambak rambutnya kuat, "Sean.." Ashley meringis kesakitan, gadis itu mencoba melepaskan tangan Sean yang menjambak rambutnya.

"Seharusnya, aku sudah memusnakan dirimu sedari dulu.." Sean mendorong tubuh Ashley sampai tubuh Ashley terbentur dengan dinding begitu kuat.

"Sean.."

"Berhenti memanggilku! Kamu membuatku muak! MUAK KARENA AKU HARUS BERPURA-PURA MENCINTAIMU! BERPURA-PURA MENGINGINKAN KAMU SELALU ADA DIDEKATKU! MUAK KARENA AKU HARUS MENUNGGU LAMA AGAR RENCANAKU BERHASIL!! AKU MUAK DENGAN SEMUANYA! RASANYA AKU INGIN MEMBUNUHMU SECEPATNYA!! INI SEMUA MEMBUATKU GILA!!" Sean mengusap wajahnya frustasi. Sean mengeluarkan gigi taringnya yang panjang dan menunduk, mendekati Ashley yang meluruh dilantai, "Ini semua salahmu, kamu lah yang memulai semuanya, Sayang.." Sean mengelus pipi Ashley pelan.

Plakk!

Sontak tangan mungil itu segera menampar wajah Sean dengan keras, "Menjauh dariku! Kamu menjijikan!" teriak Ashley dengan tubuh bergetar.

Sean menggertakkan giginya, Sean mencekik leher Ashley dan mengangkat tubuh itu keatas, "Ck! Kamu terlalu banyak tingkah!" Sean mengeratkan cekikannya, lalu melempar tubuh mungil itu menuju kaca besar.

Tubuh mungil Ashley dilumuri darah, bahkan tubuhnya sudah mati rasa, serpihan kaca yang pecah tersebut menancap kebagian tubuhnya.

Ashley mencoba mempertahankan kesadarannya, sedangkan Sean mulai berjalan mendekatinya, Sean menyentuh darah yang berada dilantai dengan jari telunjuknya, lalu memasukkannya kedalam mulutnya. Ashley meringis jijik melihatnya.

"Darahmu benar-benar manis.." Sean berjalan mendekati Ashley dan berjongkok didepan gadis itu, menarik rambut Ashley agar gadis itu bangun.

Sean menyampirkan rambut Ashley agar leher jenjangnya tak tertutupi, "Sean, kumohon jangan.." lirih Ashley dengan air matanya yang sudah mulai mengalir dengan deras.

"Kamu memohon padaku, hm?" Sean mengambil serpihan kaca yang berserakan dilantai, Sean menggesek pipi halus Ashley dengan benda tajam itu.

Sean menjilat darah yang mengalir dipipi Ashley. Lalu, matanya kembali beralih pada leher jenjang Ashley, Sean mendekatkan bibirnya pada leher gadis itu.

BRAKK!

"SEANNNN!!!" Badan Sean terdorong dan terpental jauh.

Amber menatapnya tajam, begitu juga dengan Albert yang kini berada bersamanya.

"Al, cepat bawa Ashley!" ujar Amber pada Albert, lelaki itu mengangguk dan mengangkat tubuh Ashley dengan cepat dan melesat dengan kecepatan yang dia bisa.

"Kamu menggagalkan rencanaku.." Sean menatap Amber tajam.

"Bodoh! Aku yakin kamu akan menyesal setelahnya!" Amber kembali mendorong tubuh kakaknya dengan kuat dan berlalu pergi.

Disisi lain.

"Albert.." lirih Ashley sambil meringis kesakitan.

"Diamlah, kamu akan baik-baik saja," ujar Albert terlihat sangat panik, sampai mata coklatnya pun sudah berubah warna menjadi kuning emas.

"Biarkan saja aku seperti ini, tak apa..," ujar Ashley menahan sakitnya.

"Tidak, kamu harus selamat!" Albert bergegas melesat menuju rumah Pierre. Dan, mendobrak pintu rumah itu sembarang arah.

"PIERRE!"

Pierre menatap Albert bingung, matanya beralih menuju pada Ashley yang berada digendongannya, "Bawa dia pada Ayah!" Albert mengangguk dan keduanya masuk kesebuah ruangan.

"Apa yang terjadi?" Aillard terlihat sangat terkejut melihat kondisi Ashley.

"Aku tak tau, Ayah! Lupakan hal itu! Kumohon cepat obati dia!" ujar Pierre yang sama paniknya seperti Albert.

Aillar mengangguk mengiyakan, lelaki itu menghampiri Ashley dengan cepat, "Gulingkan dia di sofa!" Albert membaringkan tubuh Ashley dengan lembut.

"Kamu akan baik-baik saja.." bisik Albert pelan.

Beberapa jam kemudian, pengobatan yang dilakukan Aillard telah selesai, "Bawa dia ke kamar, Nak," Pierre mengangguk dan mengangkat Ashley yang tengah pingsan.

"Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Albert pada Pierre.

Pierre menggeleng pelan, "Aku tak tau, yang kutau dia kehilangan banyak darah, apa yang dilakukan vampire sialan itu pada Ashley!" Pierre menggeram kesal.

"Hubungi Carren," suruh Pierre pada Albert, Albert mengangguk dan segera menghubungi Carren.

"Aku harus berbicara pada Ayahmu," ujar Albert tiba-tiba, "Tunggu disini, jaga Ashley," ujar Albert yang dibalas anggukan oleh Pierre.

"Paman," panggil Albert pada Aillard yang terlihat sibuk membaca berkas-berkas penting.

"Ada apa, Nak? Duduklah," suruh Aillard.

Albert mengangguk dan menuruti ucapan Aillard, "Aku telah membuat kesalahan, saat aku menyelamatkan Ashley, tanpa sengaja mataku berubah warna karena panik dengan kondisinya dan aku juga melesat cepat," jelas Albert menundukkan kepalanya.

Aillard mendongakkan kepalanya, lelaki paruh baya itu menghela napasnya kasar, "Biarkan saja, biarkan gadis itu tau siapa kita sebenarnya.." Albert langsung mengkat kepalanya dan menatap Aillard tak percaya, "Tugas kita sekarang hanya lah melindunginya dari bangsa yang haus akan darah itu," ujar Aillard, "Lagipula aku tau, kalian takkan mungkin ingin memanfaatkannya, kalian begitu menyayangi gadis itu, bukan?" Albert mengangguk mengiyakan, "Maka jagalah dia, jauhkan dia dari mara bahaya." Albert mengangguk mantap.

Disisi lain.

Gerald terus menerus mencambuk Sean menggunakan rotan yang telah diberikan kekuatan.

"Kamu beruntung Amber datang disaat yang tepat!" Gerald menggertakkan giginya, "Mengapa kamu menjadi sebodoh ini, Nak? Bahkan, aku tak pernah menyuruhmu untuk menyakitinya!" teriak Gerald.

"Kamu tau apa alasannya, hah? ITU KARENA AKU TAU, PUTRA SULUNGKU MENCINTAI GADIS ITU!!" Jasmine memeluk lengan suaminya, menjauhkan Gerald dari Sean yang telah terkulai lemas.

Blaire memeluk Sean erat, Blaire mengusap darah yang mengalir disekujur tubuh Sean, "Daddy, ini sudah cukup," ujar Blaire terisak.

Gerald melempar rotan itu kesembarang arah dan melesat pergi.

"Sean.." panggil Blaire pelan.

Sean diam tak bergeming sama sekali, ayahnya bilang dia jatuh cinta pada Ashley? Mungkinkah? Selama ini Sean hanya ingin mendapatkan darah Fort yang ada ditubuh Ashley, bukan cintanya..

08/ 05/ 2017

Charlies update dua kali ya, berharap rank LVLF menaik 😂😂 tolong jangan pukulin Charlies, kalian tanya saja pada Sean mengapa dia cuma memanfaatkan Sean selama ini 😂😂😂

-Charlies_N-

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang