Trois

83.1K 7K 289
                                    

PS: GAMBAR MULMED ADALAH FOTO KHAYALAN AUTHOR TERHADAP SEAN PAYNE++JIKA KALIAN TANYA KENAPA MATANYA TIDAK BIRU? MUNGKIN KARENA TADI DIA LUPA MEMAKAI SOFLEN *wkwkwk 😂😂 Saya bercanda, jangan dianggap beneran ya, kalau kalian ingin matanya biru, silahkan ditiup-tiup wajahnya, lalu ucapkan mantra ajaib dari film 'Sofia The First' dan sembur wajahnya pakai tujuh macam air kembang.

🔝🔝🔝

Ashley mengusap pinggangnya. "Huftt ... lega," ujar Ashley, lalu keluar dari toilet.

Ashley mengernyit bingung saat melihat keluarga besar Sean sudah berada didepan pintu toilet itu, termasuk juga dengan Gerald dan Jasmine. "Hai, apa kamu Ashley?" tanya Jasmine dengan senyuman hangat.

Ashley mengangguk gugup. "Ya, aku Ashley Berlione, salam kenal." Ashley menunduk sopan. Ashley mengusap tengkuknya gugup. "Maaf. Tapi, bisakah kalian menunjukkan padaku dimana letak pintu keluar, karena kurasa ini sudah terlalu larut," ujar Ashley sopan.

Jasmine tersenyum manis. "Biarkan, Sean mengantarmu pulang," ujar Jasmine.

Ashley refleks menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri, cukup beritau aku dimana pintu keluarnya," ujar Ashley.

"Ini sudah terlalu larut, Ashley. Anak gadis dilarang untuk keluar," ujar Jasmine memberi nasihat.

Benedict tersenyum kecil. "Mom, mungkin dia keberatan diantar oleh Sean, jadi biarkan aku saja yang-"

"Sean, antarkan Ashley pulang," ujar Gerald tak terbantahkan.

Sean hanya diam, lalu berjalan menuju pintu keluar, Ashley mengikuti langkah lelaki itu setelah berpamitan pada keluarga Sean. "Sean, kamu tidak perlu mengantarku, karena aku bi-"

"Shut up and get into the car," ujar Sean, membuat nyali Ashley menciut. Gadis itu segera masuk kedalam mobil milik Sean. Ashley merasa risih karena sedari tadi Sean hanya diam.

Mata Ashley beralih pada tangan Sean yang tertutupi oleh sarung tangan. "Sean, ini musim semi dan kamu masih menggunakan sarung tangan," ujar Ashley.

Sean melirik kearah Ashley. "Hm. Aku tidak tahan panas," jelas Sean, membuat Ashley mengernyit bingung.

"Keluarganya benar-benar aneh, Benedict alergi dengan perempuan, sedangkan dia alergi dengan cahaya matahari, padahal matahari sudah terbenam dua jam yang lalu.' Batin Ashley.

Sean mendengus kesal saat mendengar batin Ashley berbicara. "Tadi aku melihat seseorang berniat untuk menculikmu, mereka membekap mulutmu sampai kamu pingsan." Ashley menatap Sean tak percaya, "Dan, untungnya Benedict melihatmu, jadi dia yang membawamu kerumah." ujar Sean.

Ashley merasa kalimat yang digunakan Sean mengganjal. "Hm, Sean. Apakah itu masuk akal? Kamu bilang kamu melihat penculiknya ingin menculikku, tapi mengapa Benedict yang membawaku kerumahmu?" ujar Ashley.

Sean menolehkan kepalanya, gadis disebelahnya ini benar-benar cerdas dan tak muda untuk ditipu.

"Karena, aku sama sekali tidak berniat menolongmu," jelas Sean, membuat Ashley merasakan kekecewaan.

Ketika mobil milik Sean terhenti dirumah sederhana dan asri berwarna putih gading itu, Ashley bergegas turun dari mobilnya. "Sean, terima kasih sudah mengantarku pulang," ujar Ashley.

Sean mengangguk singkat dan hendak menjalankan mobilnya, tapi gerakannya terhenti saat Pierre tiba-tiba menarik kerah bajunya. "Apa yang kamu lakukan dengan sahabatku, hah? Kamu bersamanya sampai larut seperti ini, tidakkah kamu berpikir, jika itu tidak baik untuknya!" ujar Pierre terbawa emosi.

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now