Vingt Cinq

41.5K 4.6K 121
                                    

"Hei, Benedict!" Lea berjingkrak kegirangan dan langsung meloncat kepelukkan Benedict.

Benedict terkekeh geli dan mengelus kepala Lea, "Jadi, ada apa memanggilku kemari?" tanya Benedict.

Lea mengerucutkan bibirnya, "Lea rindu dengan kekasih Lea..," ujarnya sambil memeluk Benedict erat.

Benedict tersenyum geli. Kekasih? Yang benar saja, bahkan umur Lea dan Benedict terlampau cukup jauh, tapi biarkanlah gadis kecil itu berimajinasi diumurnya yang masih muda.

"Jadi, apakah kekasih Lea merindukan Lea juga?" tanya Lea mengerjap-ngerjapkan matanya.

Benedict tersenyum kecil dan memeluk Lea erat, "Tentu saja, kekasihku sudah bertumbuh besar sekarang, ya," ujar Benedict memperhatikan tubuh Lea yang semakin hari meninggi.

"Kekasih, umur Lea sudah 75 tahun dan jangan remehkan Lea!" ujar Lea berkacak pinggang.

"Tapi, dimata manusia, kamu adalah bocah berumur 7 tahun, Sayang.." Benedict mencubit pipi Lea gemas, sedangkan pipi tembam itu langsung memerah seperti tomat.

"Tapi, Lea kekasih Benedict! Bukan anak kecil!" ujar Lea tak suka.

Benedict hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ya, apa katamu saja, Manis," ujar Benedict menoel pipi Lea.

"Let's make a pinky promise!" ajak Lea sambil menyodorkan jari kelingking mungilnya.

Benedict terkekeh geli dan membiarkan kelingkingnya dililit oleh kelingking mungil Lea.

"Diumur Lea yang ke 100 tahun, Benedict harus menikahi Lea," ujar Lea sambil memejamkan matanya penuh harap.

"Lea, saat kamu berumur 100 tahun itu berarti aku sudah berumur 800 tahun," ujar Benedict memberikan pengertian.

Mata Lea mulai berkaca-kaca, "Apa itu berarti Benedict tak menyukai Lea?" tanya gadis itu.

Benedict mengusap tengkuknya, "Tidak, bukan begitu maksudku, Lea," ujar Benedict menghapus air mata Lea yang mulai mengalir membasahi pipi tembamnya.

"Benedict berjanji akan menikahi Lea?" tanya Lea menatap manik coklat Benedict penuh harap.

Benedict menghela napasnya, "Ya, aku berjanji akan menikahi Lea, suatu saat.." ujar Benedict pelan.

Lea tersenyum sumringah dan meloncat-loncat kegirangan, "Yey! Yey! Benedict akan menikah dengan Lea! Yey! Yey!" teriaknya dengan antusias, "Ahhh.. Lea mencintai calon suami Lea!!" Lea mencium pipi Benedict dan memeluk leher lelaki itu dengan erat.

"Lea, jangan berisik," ujar Benedict memperingatkan.

Lea menepuk jidatnya dan langsung menutup mulutnya dengan mata bulatnya, sedangkan Benedict hanya menahan tawanya meligat ekspresi Lea.

"Lea mencintai Benedict..," bisik Lea tepat ditelinga Benedict.

"Ck, Lea.. Apa yang kamu lakukan dengan lekaki itu?" Dominique yang tak sengaja melihat keduanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ayahmu akan membunuhnya jika dia tau." Dominique melesat pergi.

"Lea, aku harus pergi, sepertinya sebentar lagi pelayanmu akan datang," ujar Benedict berpamitan.

Lea tampak menghela napasnya kecewa, "Baiklah, hati-hati calon suami Lea!" ujar Lea sambil melambai-lambaikan tangannya, membiarkan Benedict melesat pergi.

Disisi lain. Hari ini Ashley terbangun lebih pagi dari biasanya, gadis itu menatap Sean yang sedang terlelap disebelahnya. Ashley terkekeh geli dan menoel hidung Sean pelan, tapi lelaki itu terlihat sama sekali tak terganggu. Ashley terkekeh geli dan menciumi pipi Sean, "Sean.." panggil Ashley dengan suara serak bantalnya. Sean hanya bergumam pelan dan kembali melanjutkan tidurnya, "Sean, aku ingin ke supermarket untuk membeli bahan makanan," rengek Ashley sambil menggoyangkan lengan Sean agar lelaki itu bangun. Ashley merenggut kesal, dia sama sekali tak menyangka jika seorang vampire bisa tertidur seperti mayat, tapi.. Bukankah mereka memang mayat? Uhm.. Lebih tepatnya maya hidup.

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang