LARUT.2

8K 361 25
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

"Hm. Benar juga." Ucapnya sambil manggut manggut. Diapun lalu menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti. "Baiklah kalo begitu. Berhubung kamu menolakku dan tidak mau menjadi kekasihku, maka terpaksa aku harus mengenyahkanmu dari alam ini." Ucapnya dingin sekali.

"Hah? A-Apa maksud kam-," Belum juga aku selesai dengan kata-kataku, seketika aku dibuat kaget dengan gerakan dia yang tiba tiba mengangkat balok di tangannya tinggi tinggi seperti hendak memukulku.

"Ja-Jangaaaaaan!" Teriakku keras ketakutan bukan main mengetahui apa yang hendak dia lakukan padaku.

"Good Bye!" Ucapnya dengan mimik muka dingin dan senyum devilnya. Diapun dengan gerakan cepat dan tak bisa aku hindari mengayunkan balok kayu di tangannya ke arah kepalaku.

"Aaaaawww!!!"

JDUAGKKK!!!

---

Brukkk

Jdugk

“Aauuwwhh! sakiiiittt..!” Pekikku meringis kesakitan sambil mengusap keningku yang nyut-nyutan. Gila tuh cowok, tega banget mukul cewek. Mana mukulnya pake balok kayu lagi. Dasar cowok banci!

"HAHAHAHA!"

Hm?!

Mendengar suara ketawa sontak membuatku menoleh. "Loh, Shania?" Gumamku heran kenapa ada Shania.

"Hahahaha! Mel, Mel.. pfff.. Loe mimpi apaan sih bisa sampe jatuh nubruk kaki meja gitu? Mimpi jorok ya, hm?"

Ekh, mimpi? Aku mimpi? Jadi tadi itu aku cuma mimpi? Aku buru buru melihat ke sekitar tempat dimana aku berada sekarang. Ruang OSIS? Jadi aku sekarang ada di ruang OSIS? Bukan di jalanan?

hufh

"Ternyata cuma mimpi." Lirihku menghela napas lega.

"Lah, nih anak kenapa deh? Malah bengong. Loe sehat, Mel? Atau tadi loe beneran mimpi jorok ya? Sama siapa? Sama Farel kapten team basket itu ya? Loe udah diapain apa aja sama dia? Pake gaya apaan? Konvensional, dogie style atau gaya batu? Atau women on top? Atau-,"

"STOP!" Seruku menghentikan ucapan Shania sebelum dia makin ngaco ngomongnya. "Stop semua pertanyaan unfaedah loe itu.. Gue capek pengen pulang. Bye!" Ucapku buru buru menyambar tasku yang aku taruh di bangku dan langsung berjalan keluar dari ruang OSIS.

"Loh Loh, Mel? Kok gue ditinggal sih? Woy Mel tungguin gue!"

Aku tidak hiraukan teriakan Shania temenku itu dan berjalan cepat menuju gerbang sekolah.

Shania. Dia adalah salah satu teman dekatku selain Naomi. Dia juga wakilku di organisasi sekolah yaitu OSIS dan dia juga merupakan kapten team Volley SMA NUSA yaitu sekolah dimana sekarang aku menimba ilmu.

---

Gadis cantik berkulit putih bak ubin masjid itu melajukan mobil putih kesayangannya melewati jalanan ibukota yang bisa dibilang sangat padat. Sesekali dia ngedumel sendiri merutuki kondisi jalanan padat dan cenderung sedikit macet jelang sore hari ini.

"Udah deh Mel gak usah ngedumel terus gitu. Namanya juga Jakarta, bukan Jakarta namanya kalo gak macet." Kata Shania yang duduk di samping Melody. Dia menoleh sebentar melihat sahabatnya itu lalu kembali fokus pada majalah di tangannya.

"Ck." Decak Melody tidak menghiraukan ucapan Shania dan terus saja ngedumel.

"Oya, Mel. Gimana? Loe udah ngomong sama pak kepsek tentang rencana kita?" Tanya Shania sembari menaruh majalah di tangannya ke atas Dhasboard mobil.

LARUT [End]Where stories live. Discover now