LARUT.24

2.5K 277 55
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

Cukup lama kepalaku rebahan di atas dada Melody sambil diusap usap oleh tangan lembutnya. Rasanya sangat nyaman dan tenang berada di atas dadanya. Pun rasanya juga tidak ingin mengakhiri moment seperti ini dengan cepat.

Tapi, tidak mungkin juga aku terus dalam posisi ini. Bukan hendak berpikir negatif ataupun berpikir yang nggak nggak, tapi jujur aja sih aku sedikit merasa risih merasakan dua buah benda empuk nan kenyal di dadanya yang tertekan oleh kepalaku. Jujur aja sih kalo kelamaan dalam posisi seperti ini, aku takut khilaf. Bukan kepalaku lagi yang tertekan, tetapi malah ganti tanganku yang jadi menekan dua benda empuk nan kenyal itu. Hahaha!

Seperti yang orang orang bilang: jika pria dan wanita berduaan di tempat sepi, yang ketiga itu pasti Silent Reader yang tidak mau nge-Vote. Hahaha. Sorry, Just kidding! Maksut saya yang ketiga itu pasti Setan. Dan aku gak mau khilaf gara gara ulah Setan terkutuk.

Dia mengeratkan dekapan tangannya pada kepalaku saat aku hendak beringsut bangun dari posisi kami. "Mel. Lepasin dong. Aku capek nih." Ujarku.

"Sebentar, Nal. Sebentar saja, biarkan aku tetap mendekapmu seperti ini." Ucapnya dengan suara sedikit serak. Dia semakin mengeratkan dekapannya dan otomatis kepalaku semakin ditekan buah dadanya.

Hufh. Alamat bolong dah nih kepalaku lama lama kalo gini caranya.

"Nal."

"Hm."

"Janji ya jangan ninggalin aku."

Deg?!

Jantungku menghentak hebat menghantam dadaku. Aku harus menanggapi seperti apa akan permintaannya itu? Permintaan yang tidak aku duga keluar dari mulutnya.

"Mel, aku harus jawab apa? Andai saja kamu bukan miliknya, tentu saja saat ini akan aku jawab dengan tegas dan yakin kalo aku tidak akan pernah bisa meninggalkan kamu, tidak akan pernah bisa, Mel. Tapi... Kamu..."

"Nal."

"Ya?"

"Kenapa diam?"

Aku tersenyum getir. Aku diam karna aku bingung, Mel. Aku bingung akan memberimu jawaban seperti apa. Aku dalam posisi dilema dan serba sulit, Mel. Maafin aku, Mel.

"Nggak. Gak pa-pa." Ucapku sedikit menggeleng.

"Kamu mau'kan berjanji gak akan ninggalin aku?"

Jangan, Mel. Tolong jangan memintaku berjanji untuk sesuatu yang sangat jelas sulit untuk aku tepati. Ini sulit, Mel. Ini sangat sakit, sakit sekali kalo kamu memintaku berjanji seperti itu.

"I-Iya, Mel." Jawabku pada akhirnya.

Ya Tuhan. Kenapa jadi sulit begini? Maafkan hamba-Mu yang bodoh karna telah membohongi makhluk-Mu yang suci ini. Maafin aku, Mel. Maafin aku karna harus membohongi kamu demi membuatmu senang. Maaf maaf maaf banget.

"Janji juga kalo kamu gak akan berantem lagi meski itu demi aku?"

"Iya."

Kurasakan kecupan lembut di puncak kepalku, dekapan tangannya pun tambah erat. Emaaakk! Tolongin Kinal, Mak. Kinal gak kuat, Mak. Pengen nguyel nguyel nih buah dada yang menekan kepalaku. Mubadzir Mak kalo dianggurin. Wkwkwk. HufhMel... Tersiksa lama lama kalo gini caranya.

"Makasih. Makasih udah mau berjanji padaku. Aku senang, aku senang sekali mendengarnya."

Jangan kamu berkata dengan nada seperti itu, Mel. Itu semakin membuatku sulit dan sakit. Aku tidak tega menyakiti dan membuat senyum itu hilang dari bibir manismu. Sungguh aku tidak tega, Mel.

LARUT [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang