LARUT.10

3K 273 31
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

Minggu pagi yang cerah dengan terik sinar sang mentari dari ufuk timur menyambut hari. Hari minggu biasanya identik dengan libur. Identik juga dengan yang namanya bangun siang dan bermalas malasan. Karna di hari minggulah kesempatan berbuat itu bisa dilakukan oleh anak sekolahan. Tapi entah untuk para pekerja.

Ranjang queen size, selimut bermotif kotak kotak dan sesosok gadis terlelap tidur dibaliknya. Gadis itu sepertinya terlalu sayang untuk menyudahi mimpi yang saat ini menaungi alam tidurnya. Bukan mimpi basah karna dia saat ini sedang tidak dalam keadaan main air. Bukan juga mimpi buruk karna saat ini dia tidak sedang dikejar kejar setan. Tetapi dia mimpi indah. Mimpi indah tentang apa? Hanya Tuhan dan gadis itu yang tahu.

"Engghmmm." Erang gadis itu sedikit merubah posisi tidurnya sembari mengusap air liur yang merembes keluar dari sudut bibirnya.

Tunggu dulu. Air liur?

Duh, cantik cantik kok ngiler. Yahh, mau gimana lagi? Emang begitu keadaan dia. Tapi, meski pun ngiler dia tetap cantik kok. Tenang aja ya. Hehehe.

Namun, kenyamanan tidur dan keasikan dalam mengarungi mimpi indah gadis itu harus terganggu dan berakhir dikarnakan direnggut secara paksa oleh seseorang.

Tok Tok Tok

"Mel! Melody! Melody, bangun sayang. Udah siang loh. Jangan jadi pemalas, cepat bangun!"

Inilah gangguan tersebut. Anak sekolah pasti tahu siapa yang suka mengganggu keasikan tidur kita di pagi hari. Yupz, tepat sekali. Siapa lagi kalo bukan...

"Iyaa, Ma!" Seru si gadis menyahuti sang Mama.

"Bangun trus buruan mandi! Mama udah siapin sarapan di bawah!"

"Iyaa!"

Melody beranjak dari posisi tidurnya menjadi duduk. Ia regangkan sejenak otot otot tubuhnya yang terasa kaku, menutup mulutnya dengan telapak tangan dan menguap sebentar serta satu lagi yang tidak ketinggalan, yaitu mengusap sisa sisa ilernya di sekitar area pinggiran mulut.

---

Tap Tap Tap

"Pagi, Ma!" Sapa Melody pada sang Mama sembari berjalan menuruni anak tangga. Celana pendek hitam di atas lutut dan kaos oblong putih sedikit kebesaran membalut tubuhnya yang tidak terlalu tinggi itu.

"Pagi apanya? Ini itu udah siang. Tuh lihat matahari di luar udah tinggi gitu. Anak perawan kok bangunnya siang, pamali tahu." Tegur sang Mama sedikit di akhiri dengusan di hidung.

"Hehehe." Tawa Melody sedikit nyengir kuda. Ia pun menarik kursi ruang makan dan duduk di atasnya.

"Mentang mentang semalam habis nge-date, trus seenaknya bangun kesiangan." Sindir sang Mama.

"Ish. Mama apaan sih. Siapa juga yang nge-date? Orang cuma jalan jalan biasa doang. Lagian kan itu gara gara Mama juga yang maksa Melody buat keluar sama Kinal. Padahal Melody mah sebenarnya malas keluar sama dia."

"Tapi pada akhirnya kamu seneng'kan keluar sama dia. Hm?" Sindir sang Mama tersenyum jail.

"Ih. Nggak tuh!" Elak Melody sengit, namun gestur yang ia tunjukkan bertolak belakang dengan ucapannya, yaitu dia terlihat malu malu dengan pipi memerah.

"Halah. Jangan bohong. Gak seneng kok pipinya memerah malu malu gitu. Hayoooo." Sindir sang Mama makin gencar menggoda putrinya.

"Hihh, Mama!" Hardik Melody mendelik kesal.

LARUT [End]Where stories live. Discover now