LARUT.11

2.8K 263 82
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

Hitam pekat, begitulah langit malam ini. Tiada bintang dan tiada rembulan yang menghiasi. Semua serba hitam dan gelap. Hanyalah lampu lampu jalanan di kejauhan sana yang yang terlihat berkawan dengan bisingnya deru mesin mesin mobil yang melaju di atas jalanan aspal.

Di bangku balkon sebuah kamar. Dengan ditemani segelas susu hangat dan cemilan, gadis cantik berambut panjang itu menerawang menatap ke kejauhan.

hufh

Terdengar helaan napas berat keluar dari hidungnya. Helaan napas akan pikiran yang berkecamuk di dalam otaknya. Sesekali ia menyesap susu hangat di tangannya yang sekadar untuk mengusir rasa dingin yang dibawa oleh sang angin.

"Apakah yang aku lakukan ini benar?" Gumam gadis itu lirih bertanya untuk dirinya sendiri.

Hanya itu kata kata yang terucap dari bibir manisnya. Selanjutnya ia kembali bungkam, merenung dan menerawang jauh serta melayangkan pikirannya ke kejadian tadi siang.

"Aku mencintaimu, Mel. Sangat mencintaimu. Aku tahu kau juga mencintaiku, tapi karna frieska kau mengubur perasaan itu."

"Mel, ayo kita berjuang bersama. Kita pasti bisa melakukannya, Mel. Kira pasti bisa. Ya?"

"Mel, jangan pesimis. Aku mencintaimu dan kau mencintaiku. Kekuatan cinta kita itulah yang akan membawa kita ke dalam pintu kebahagiaan. Percayalah!"

hufh

Lagi, gadis itu menghela napas beratnya dan panjang. Helaan napas yang jelas tersirat suasana hatinya dirundung gelisah dan dilema akan perasaan cintanya. Ucapan ucapan Farish, yaitu pria yang masih menyandang sebagai kekasihnya itu terus terngiang dan berputar putar di otaknya.

---

Tap Tap Tap

Melody berjalan menuruni anak tangga dengan langkah perlahan. Untuk sejenak langkahnya terhenti di tengah anak tangga, tajam matanya tak sengaja mendapati seseorang duduk bersama sang Papa di soffa ruang tamu.

"Farish?" Lirihnya dalam hati, heran akan keberadaan Farish di rumahnya pagi pagi gini.

Farish dan Reno Hutama yaitu Papa Melody serentak menoleh ke arah tangga saat mendengar suara langkah kaki menuruni anak tangga.

"Melody!" Panggil Reno Hutama melambaikan tangan menyuruh putrinya untuk mendekat.

"Pagi, Pa!" Sapa Melody ketika sudah di dekat sang Papa.

"Pagi juga, sayang." Balas Reno Hutama tersenyum menatap putri sulungya tersebut. "Mel, hari ini Papa tidak bisa nganterin kamu ke sekolah. Papa harus segera ke Bandung untuk mengurus kerjaan di sana. Kamu berangkatnya dianterin Farish saja ya, gak pa-pa'kan?" Ujarnya.

Melody melirik Farish sejenak yang juga sedang meliriknya. Entah kenapa ada yang aneh dan mengganjal jauh di dalam relung hatinya. Harusnya ia merasa senang diantar pria tersebut, tapi sesuatu di dalam dirinya menolak hal itu.

"Mel?" Tegur sang Papa.

"Iya, Pa. Gak pa-pa." Sahut Melody mau tidak mau. Farish yang mendengar itu langsung sumringah dan tersenyum senang.

"Yaudah. Kalo gitu, Rish tolong anterin Melody ke sekolah ya!" Titah Reno Hutama pada Farish.

"Baik, Om." Angguk Farish antusias.

"Melody berangkat dulu ya, Pa." Pamit Melody, lalu mencium punggung tangan Papanya.

"Permisi, Om." Pamit Farish sopan.

LARUT [End]Where stories live. Discover now