LARUT.35

2.4K 246 64
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

Melody merapikan baju dan rok seragam sekolahnya yang basah terkena air laut, lalu ia masukan ke kantong plastik, kemudian ia masukan ke dalam tas hitam miliknya. Saat ini ia memakai kaos dan celana pendek milik Kinal yang tentu saja kebesaran untuk tubuh mini-nya.

"Mel, kamu yakin gak mau makan malam dulu?" Tanya Kinal sambil melihat aktifitas Melody yang sedang memasukkan baju seragam ke dalam tas.

"Hm." Jawab Melody bergumam.

"Tapi, Mel? Kamu'kan belum makan apa apa sejak tadi. Kita makan dulu ya? Mau deliv atau kita makan malam di luar aja, hm?" Bujuk Kinal.

"Gak usah. Aku harus buru buru pulang. Mama udah nelponin dari tadi." Ucap Melody bersekukuh tidak mau. Memang benar Mamanya berkali kali telpon menyuruhnya untuk segera pulang.

"Bilang aja kamu lagi sama aku gitu, Mama kamu pasti ngijinin kok."

"Dih, emang kamu siapa, yakin banget Mama pasti ngijinin."

"Aku'kan calon mantunya. Hehe."

"Ish." Desis Melody memasang mimik muka anehnya, namun tak bisa ia tutupi pipinya yang memerah mendengar ucapan Kinal. Perasaan hangat pun juga melingkupi rongga dadanya. Tak dapat ia pungkiri, ucapan Kinal selalu bisa membuatnya melting.

"Benerkan? Kalo gak percaya, coba aja tanya Mama kamu."

"Dih, pede banget kamu. Siapa juga yang mau jadi istri kamu. Ogah banget. Sekolah dulu tuh yang bener, lulus kuliah trus cari kerja, baru tuh mikir nikah. Masih SMA udah mikir istri. Aneh aneh aja." Ucap gadis itu sok sokan gak mau, padahal di dalam hati ia seneng banget.

"Hehehe!" Kinal hanya tertawa terkekeh mendengar itu. Ia lalu beranjak berdiri, mendekati Melody dan memeluk gadis yang dicintainya itu dari belakang. Dikecupnya pundak gadis mini itu beberapa kali sebelum menaruh dagunya di atas pundak gadis tersebut.

"Aku tuh masih kangen sama kamu tahu, Mel. Kangeeeen banget. Aku takut kalo apa yang kita lalui hari ini hanyalah mimpi. Sebuah mimpi indah sebagai bunga tidurku. Aku takut bila nanti terbangun, tak kudapati lagi kamu di sampingku. Mendapati lagi kamu bersikap seperti kemarin. Jujur, aku takut, Mel. Takut sekali." Ucap Kinal sambil memeluk erat Melody.

Melody tersenyum mendengar itu. Tangan kanannya terangkat mengusap lembut kepala Kinal. Dapat ia rasakan perasaan laki laki itu. Betapa besar rasa sayang dan cinta laki laki itu untuknya. Ia merasa beruntung dicintai laki laki itu sedemikian besarnya, sampai sampai perasaan haru menyeruak dari dalam lubuk hatinya. Perasaan haru yang membuat air matanya mengembang lalu jatuh dari sudut matanya.

"Nal. Berjanjilah. Berjanjilah padaku. Apa pun yang terjadi, jangan pernah kau berpikir untuk pergi ninggalin aku. Hati ini, rasa ini dan cinta ini sepenuhnya udah aku serahkan ke kamu. Aku sayang kamu, Nal. Aku cinta kamu. Janji ya jangan pernah berpikir untuk ninggalin aku." Ucapnya sedikit sengau karna harus menahan perasaan haru dalam tangisnya.

"Nggak Mel, nggak. Mana sanggup aku meninggalkan kamu. Bahkan kepikiran pun nggak. Justru aku yang takut, Mel. Takut kamu pergi ninggalin aku. Apa pun yang terjadi, tolong ya.. Tolong jangan pernah pergi ninggalin aku. Aku bisa gila Mel kalo itu sampai terjadi."

Melody merenggakan dekapan Kinal. Ia berputar menjadi menghadap Kinal, lalu dia tangkup kedua pipi laki laki itu. Kedua netra indahnya bertemu teduh mata Kinal. Perlahan ia memajukan dan memiringkan kepalanya. Diraupnya bibir Kinal dengan mata terpejam.

Kinal pun membalas ciuman itu, ia tarik pinggang gadis itu rapat dengan tubuhnya. Ia resapi bibir manis Melody, melumatnya dan mengulum penuh dengan perasaan sayang, sembari menjaga kesadarannya agar tak kembali mengulangi kekhilafannya tempo hari.

LARUT [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang