LARUT.33

2.2K 269 70
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

Brummm...

Kinal menghentikan motor sport warna hitam hijaunya di basement apartment. Dengan pakaian basah kuyup akibat menembus lebatnya hujan, ia mulai berjalan menaiki anak tangga menuju lantai tiga. Tiba di lantai tiga, dia menghentikan langkahnya. Matanya terpicing menatap seorang wanita berdiri di depan pintu unit apartment-nya.

"Veranda?" Gumamnya.

Dengan langkah sedikit cepat ia pun mendekati wanita itu.

"Ve?" Tegurnya.

Veranda yang tengah berdiri di depan pintu apartment Kinal seketika menoleh. Senyumnya langsung terkembang melihat Kinal yang sudah balik. Namun keningnya langsung mengernyit heran melihat keadaan Kinal yang basah kuyup.

"Kamu dari mana? Kok sampai basah kuyup gitu?" Herannya.

"Bukan urusan loe. Mau apa loe kesini?" Sahut Kinal ketus, tidak pedulikan pertanyaan Veranda.

Veranda mengeratkan rahang mendengar nada ketus Kinal. "Kenapa? Gak boleh? Cepat buka pintunya!" Ketusnya balik.

Kinal mendengus cepat mendengar itu. Ia pun membukakan pintu setelah memasukkan password.

Cklek!

Veranda berjalan masuk diikuti Kinal dibelakangnya. Dia mengamati seluruh penjuru ruangan tersebut sedang Kinal melempar tasnya di atas soffa.

"Katakan, apa tujuan loe datang kesini?" Tanya Kinal tidak mau berbasa basi.

Veranda yang sedang melihat lihat ruangan di dalam apartment langsung menoleh, tersenyum kecut akan nada bicara Kinal yang terdengar tidak ramah sama sekali. Namun sebisa mungkin ia menutupi rasa sesak di dadanya. Sudah dua tahun berlalu, Kinal masih saja bersikap seperti itu ke dirinya. Hal itu tentu cukup mendukakan hatinya.

"Kamu gak nyuruh aku duduk dulu gitu?" Ucapnya.

Kinal mendengus. "Biasanya juga langsung duduk tanpa gue suruh pun." Ucapnya.

Veranda tertawa pelan. Memang benar. Dulu tiap kali ke sini, ia selalu langsung duduk atau keluar masuk kamar Kinal sesuka hatinya. Tapi'kan itu dulu, saat dirinya dan Kinal masih menyandang status sepasang kekasih. Kalo sekarang, dia sedikit berpikir dua kali untuk melakukan itu.

Pasalnya dia sekarang bukan siapa siapa Kinal lagi, namun mendengar ucapan Kinal barusan seolah mengisyaratkan kalo Kinal masih menganggapnya seperti dulu. Hal itu seakan memberi angin segar buatnya.

"Udah lama aku gak kesini, gak ada yang berubah. Bahkan hiasan lampu yang aku kasih dulu juga masih ada. Aku merasa saat ini kita masih sama seperti dulu. Hm." Ucap gadis itu bernostalgia sembari memandangi pernak pernik di dalam ruangan tersebut.

"Ck, jangan mimpi. Semua udah tidak sama. Sejak apa yang loe lakuin ke gue dulu." Decak Kinal ketus.

Veranda tidak tersinggung, ia tersenyum manis menatap laki laki tampan yang duduk tepat di depannya. Dipandanginya wajah laki laki itu penuh kerinduan. Laki laki yang tiada seorang pun tahu kalo sebenarnya ia dulu sangat memuja dan sangat mencintainya. Bahkan sampai sekarang pun ia masih sangat mencintai laki laki itu.

"Nal." Tegurnya. "Kamu masih aja gak berubah ya. Masih aja membiarkan aku begitu aja. Emang kamu gak kasihan melihatku kehausan. Hm?" Ujarnya.

"Gak. Biar aja loe mati kehausan."

"Ish. Lisannya. Jahat!" Desis Veranda menekuk muka cemberut mengerucutkan bibir.

"Biarin." Sahut Kinal masa bodo. Lebih tepatnya pura pura masa bodo, yang sebenarnya ia berusaha menahan rasa gemas melihat gadis di depannya itu saat cemberut mengerucutkan bibir.

LARUT [End]Where stories live. Discover now