LARUT.30

2.3K 241 49
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

Gadis berparas cantik dan berpipi chubby itu menatap haru pada dua sosok di depannya. Senyumnya tidak pernah luntur sedikit pun sedari tadi melihat Melody dan Lidyo.

Di depannya, terlihat Melody sedang menuntun Lidyo masuk ke dalam kamar rawat inap. Melody juga membantu Lidyo untuk naik ke atas bangsal. Gadis bertubuh tidak terlalu tinggi itu begitu telaten dan penuh kesabaran serta penuh kehati hatian dalam membantu Lidyo.

Veranda pun mau gak mau merasa trenyuh juga akan perlakuan Melody pada adiknya. Ia pun bersukur akan kehadiran Melody yang tidak di duga duganya itu. Apalagi ia begitu jelas melihat gimana raut muka adiknya yang begitu senang dan bahagia akan kehadiran Melody, sosok gadis yang Lidyo cintai.

"Terima kasih, Mel. Loe datang di saat yang tepat. Kehadiran loe membuat semangat Lidyo kembali menyala dan gue harap loe bisa merasakan itu. Tolongin adik gue, Mel. Kali ini gue berharap banget sama loe. Lidyo butuh dorongan moral dan semangat untuk kesembuhannya. Dorongan moral dan semangat dari loe, itu sangat berarti bagi kami terutama Lidyo."

Veranda mengusap setitik cairan bening yang mengembang di sudut matanya. Sungguh, apa yang ia lihat di depannya cukup menyita perasaan harunya. Hal yang sudah lama tidak ia lihat di diri Lidyo kini kembali lagi, yaitu senyum dan kebahagian di wajah adiknya itu.

"Dah, kamu istirahat yang cukup, jangan telat minum obatnya dan jangan malas untuk makan. Ngerti'kan?" Ucap Melody setelah selesai membantu Lidyo.

"Iyaaa. Bawel."

"Heh! Gue bawel juga demi kebaikan loe. Pokoknya gue gak mau tahu, ikutin saja nasihat gue tadi. Oke?"

"I-Iya."

"Hmm. Good Boy." Ucap Melody tersenyum puas. "Oya. Maaf, gue gak bisa lama lama. Gue harus segera balik. Cepet sembuh ya!" Ucapnya diakhiri usapan lembut di puncak kepala Lidyo. Perlakuan sederhana itu sontak membuat Lidyo sedikit tersentak, hingga tak lama pipinya langsung memerah dengan perasaan campur aduk.

"Tunggu!" Cegah Lidyo menahan tangan Melody ketika gadis itu hendak balik badan. "M-Ma-Makasih." Ucapnya sedikit terbata.

Melody tersenyum menatap Lidyo. Ia mengangguk pelan. "Sama sama. Pokoknya jangan lupa pesan gue tadi. Cepet sembuh dan gue tunggu hasil foto foto loe seperti dulu lagi. Oke?" Ucapnya.

"Hm. Pasti." Angguk Lidyo bersemangat.

"Janji?"

Lidyo aka Maul melihat jari kelingking Melody yang terarah kepadanya tuk beberapa lama. Dengan diliputi perasaan campur aduk antara haru, senang, bahagia dan sedikit tidak percaya, dia pun dengan semangat 45 langsung menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Melody.

"Janji!" Ucapnya mantap.

Keduanya pun sama sama mengeratkan tautan jari kelingking mereka tuk beberapa saat. Tautan jari sebagai ikrar sebuah janji di antara keduanya.

"Yaudah, gue pamit ya. Daagh!" Pamit Melody yang diangguki Lidyo.

Melody segera melangkah keluar diikuti tatapan mata Lidyo dan juga senyum merekah dari laki laki itu.

"Ehm." Deheman Veranda membuat Lidyo seketika tersadar.

"Apa sih." Dengus Lidyo membuang muka karna malu.

"Hehe." Veranda terkekeh melihat tingkah malu adiknya. "Dyo. Kak Ve keluar sebentar ya? Awas, jangan senyum senyum sendiri.. Ntar disangka gila." Candanya menggoda Lidyo.

LARUT [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang