18 | ALBERIC2

70.8K 3.4K 90
                                    

Jangan lupa vote dan komen
Happy Reading

Kali ini rasa ini kembali berbeda seakan terbelah menjadi dua dan terasa saat cinta menyergap luka
-Alberic

"Lena? Lo? Eric? Lo ngapain tadi Len? Lo sama Eric ada hubungan lagi?" Yuka menghampiri Lena yang kini berada dua langkah di depan Eric.

"Nggak ada, yaudah pulang yuk." Lena menarik tangan Yuka tetapi Eric lebih cepat meraih tangan kiri Lena membuat Lena berhenti.

"Maaf," ucapan lembut dari Eric hanya di angguki oleh Lena sedangkan Yuka sedari tadi ia tidak mengerti dengan situasi saat ini, tak lupa dengan kejadian saat ia memasuki aula ini.

"Kapan-kapan gue bisa jalan sama lo kan?" pertanyaan Eric langsung di sambut tolakan dari Yuka.

"Eric lo apa-apaan? Lena itu udah punya suami dan lo itu bukan siapa-siapa dia," Eric menatap Yuka tidak suka.

Lena menghela nafas panjang, kejadian tadi adalah kejadian yang sangat mengejutkan baginya. Tetapi permintaan Eric sekarang membuat Lena bingung, hatinya berkata iya tetapi otaknya berkata tidak.

Gerakan Lena membuat Yuka terkejut, Lena mengangguk dan menyetuji ajakan Eric. Eric hanya tersenyum kecil, setelah itu Lena pergi dari sana dengan lambaian tangan dari Eric. Senyuman Eric tak pernah memudar saat Lena dan Yuka berlalu pergi dari sana.

Saat di parkiran Yuka melepaskan tangan Lena yang menggenggamnya, Yuka menatap Lena bingung. Mengapa Lena bisa bersikap lembut seperti itu kepada Eric? Apakah Lena sudah memaafkan perbuatan Eric waktu itu? Kalau begitu kenapa Lena dan Eric harus melakukan perbuatan yang tidak baik itu?

Yuka masuk ke dalam mobilnya disusul oleh Lena, Yuka melajukan mobilnya meninggalkan parkiran sekolah yang hampir sepi. Lena menatap Yuka yang sepertinya terlihat marah. Mengapa Yuka marah? Apakah ada yang salah?

"Lo marah Yuk?" tanya Lena, Yuka hanya diam.

"Lo kenapa?"

"Lo pikirin aja Len, yang tadi lo perbuat itu salah. Lo itu udah jadi miliknya si Alpha, dan Eric itu cuma masa lalu lo." Ucapan Yuka membuat Lena terdiam sebentar.

"Lo bayangin Len kalau yang pergok lo berdua itu si Alpha bukan gue, gimana??" Lena terdiam mencerna kata yang terucap oleh Yuka.

"Ternyata lo berubah ya Len, gue kira cuma penampilan lo doang yang berubah. Tapi sikap lo itu buat gue gak kenal lagi mana Lena yang dulu dan siapa Lena sekarang," Lena menunduk dengan mendengarkan semua yang di katakan Yuka, memang ia akui jika ini kesalahannya tapi semua orang pasti tahu jika di dunia ini tidak ada orang yang sempurna.

"Maaf," hanya kata itu yang meluncur dari mulut Lena, tidak ada kata lain lagi seolah kosakata itu hilang semua dalam seketika.

"Gue maafin lo, tapi lo jangan ulangi lagi. Lo tahu Len? Gue kayak gini karena gue peduli sama lo, mungkin kalau Manda yang lihat dia bakal marahin lo, marah karena dia sayang sama lo." Lena terdiam lagi.

"Makasih Yuka, gue senang punya sahabat kayak lo." Yuka tersenyum membuat Lena ikut tersenyum.

"Eh Yuk, lo tahu Anna kan?" tanya Lena membuat Yuka spontan mengangguk.

"Senior belagu kita dulu pas Sma kan?" Yuka tertawa pelan berbeda dengan Lena yang sedari tadi hanya terdiam.

"Lo gak apa-apa kan Len?"

"Dia deketin Alpha, gue khawatir dia malah rebut Alpha dari gue." Mata Yuka membulat, ia terkejut dengan apa yang tadi di katakan Lena.

"Gue juga khawatir kalau Alpha malah__,"

"Udahlah, lo percaya Alpha kan? Dia gak bakal kayak gitu. Gue tahu kalau dia itu cinta banget sama lo Len," Lena tersenyum, jika mereka sedang tidak di dalam mobil mungkin Lena kini telah memeluk Yuka erat.

×××××

Lena duduk di sofa rumahnya yang kini ditinggali oleh ia dan Alpha suaminya. Rumah yang terbilang besar, namun begitu sepi jika ditinggali oleh mereka berdua dan beberapa asisten rumah tangga. Lena berfikir bagaimana rasanya jika rumah ini rama oleh suara tawa anak-anak? Memikirkannya saja sudah membuat Lena senyum-senyum sendiri.

Lena mengambil ponselnya, disana tertera jika Alpha sudah menghubunginya sebanyak 20 kali, untuk apa Alpha menelponnya sebanyak itu. Karena penasaran Lena menelpon balik Alpha.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikum sallam, eh kamu ternyata yang telepon. Tapi kenapa daritadi aku telepon kamu gak diangkat-angkat?" sahutan itu membuat Lena tidak mampu lagi menahan senyumannya.

"Kenapa emangnya?"

"Aku kangen, coba kamu ada disini bisa aku peluk," orang di seberang sana terkekeh pelan.

"Bisa aja kamu, eh tapi kamu gak dekat-dekat dama cewek lain kan?" tanya Lena dengan nada curiga.

"Ya enggaklah, gak ada yang bisa ngalahin posisi kamu di hati aku." Seketika pipi Lena memerah, jika Alpha melihatnya pasti ia akan tertawa. Karena wajah Lena sekarang dangat terlihat lucu dan menggemaskan.

"Oh iya Lena, nanti besok ada kakak aku dan istrinya mau ke rumah, kamu beli kue atau minuman lain ya? Atau suruh aja pembantu lain, kamu kan gak boleh capek." Lena dapat mengerti siapa yang Alpha maksud, tetapi ia masih pura-pura tidak mengerti.

"Bianca maksud kamu?" tanya Lena.

"Iya Bianca sama Lucas. Beli kue yang banyak ya." Len mengangguk walau itu semua tidak terlihat oleh Alpha.

"Oke, yaudah aku mau istirahat dulu ya, capek banget nih."

"Kamu jangan terlalu kecapekan Lena, kalau kamu sakit gimana? Ke Rumah Sakit aja biar kamu di periksa sama dokter takut kamu kena demam." Lena menghembuskan nafasnya, inilah Alpha jika sudah khawatir kepadanya.

"Udah ya sayang, aku tutup teleponnya ya bye!" Lena menutup teleponnya secara sepihak, Lena menghembuskan nafasnya sebal, kenapa sih harus medusa itu lagi yang datang untuk mengacaukan kehidupannya?

Lena kembali menyandarkan tubuhnya di sofa yang empuk dengan warna putih tulang, ia memejamkan matanya sejenak tetapi pikirannya melayang kembali ke kejadian siang ini, yang dimana dengan secara tidak langsung ia telah menghianati Alpha, dan Lena tidak mau melakukannya lagi dengan Eric.

Tapi yang kini masih menjadi teka-teki baginya adalah, apakah ia masih punya perasaan kepada Eric seperti Eric yang masih berharap kepadanya? Andai saja kali ini Eric bisa bahagia dengan perempuan dan Lena bisa bahagia dengan Alpha, mungkin hidupnya akan terasa lebih damai.

Ponsel Lena bergetar menandakan satu notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya, Lena mihatnya dan ternyata itu pesan dari aplikasi Line. Lena tidak mengenali dari siapa pesan tersebut datang, dan siapa pengirimnya.

Lena membukanya dan melihat pesan tersebut, jantungnya berdegup kecang, seakan ada konser di dalam sana. Ia tahu pesan tersebut dari siapa, ia tahu si pengirimnya. Lena menatap ponselnya, tak ada niatan untuk membalasnya.

Istirahat ya sayang
Semoga hari-hari mu menjadi lebih baik
Dan hubungan kita berubah menjadi membaik
-Notname

A/N : Maaf baru update:)))) Soalnya ane gak semangat, tugas numpuk terus juga yang vote dan komen makin hari makin menyusut. Semngatku itu ada di kalian:)))

follow ig
wp.alberic
albericavano
saylena.maymac

LENRIC [ALBERIC2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang