42 | ALBERIC2

54.1K 2.4K 153
                                    

Jika ingin berakhir maka kita harus memulainya. Tetapi jika kita telah memulai cinta kita, apakah siap jika suatu hari  cinta ini berakhir??
--Lenric

"Enggak, kenapa?" tanya Eric panik. Tangan kirinya mengacak rambut frustasi.

'Gue butuh lo Ric, Gue sakit lagi Ric,'

Eric menghela nafas panjang lalu tatapannya menoleh ke belakang melihat Grace yang kini juga menatapnya balik, tidak mungkin juga ia meninggalkannya sendiri disini.

'Alpha selingkuh Ric,' jawaban Lena sontak membuat Eric terkejut tangannya mengepal, apa laki-laki berengsek itu menyakiti Lena? Jika ia ingin sekali Eric menghajarnya.

"Oke sekarang lo ada dimana, biar gue kesana," Eric bertanya dengan nada lembut, ada pula nada khawatir terselip di ucapannya.

'Trotoar perumahan komplek rumah gue,' jawaban itu langsung diangguki oleh Eric walaupun itu tidak terlihat oleh Lena.

"Yaudah gue tutup telepon dulu, nanti gue kesana."

'Makasih Ric, dadah,'

"Bye"

Sambungan telepon terputus, Eric menghela nafas lalu berdecak pelan. Temannya tengah kesusahan karena kelakuan suaminya, mungkin sekarang perempuan itu sakit hati bahkan mungkin sakitnya melebihi kejadian masa lalu.

Eric berjalan mendekati Grace yang tengah menikmati makanan yang sudah datang. Eric duduk di depan Grace, tangannya terulur menggapai jari tangan Grace.

"Gue ada urusan mendadak, penting." Grace menghela napas pendek, ia bingung setiap ada acara berdua dengan Eric pasti selalu terganggu.

"Nggak apa-apa kok, eum...yaudah kamu pergi aja mungkin itu penting banget bagi kamu. Hati-hati ya." Eric mengangguk lalu tangannya menggepai rambut Grace, ia mengusapnya.

"Aku yang bayar semua makanan ini oke, yaudah aku pergi ya." Terlebih dahulu Eric pergi ke kasir untuk membayar semuanya lalu setelah selesai ia pergi dengan tergesa-gesa tanpa menoleh kembali kearah Grace sedikitpun.

'Sepenting apa sih urusannya?' batin Grace.

×××××

"Lena!" panggilan itu membuat Lena mendongak, sedari tadi yang Lena lakukan hanya berjalan di sepanjang trotoar dengan menendang benda apapun yang ada di depannya.

Mata Lena sembap tetapi tidak ada air mata di wajahnya, mungkin ia sudah menghapusnya. Eric memakirkan mobilnya di tepi trotoar dengan asal, ia membuka pintu mobil lalu menghampiri Lena.

"Lena lo nggak apa-apa?" tanya Eric, Lena mengangguk dengan memberikan senyum tipis kepada laki-laki itu.

Senyum pahit dengan air mata yang kini mengalir lagi, Eric bisa merasakan bagaimana sakitnya perempuan itu dari matanya saja Eric bisa menebaknya. Eric menarik lembut Lena untuk masuk ke dalam mobilnya, ia akan membawa Lena ke tempat yang lebih tenang.

Setelah masuk ke dalam mobilnya Eric bersiap menyalakan mesinnya lalu melajukan mobilnya ke jalanan yang ramai oleh si pengguna kendaraan.

Lena sedari tadi hanya terdiam dengan pandangan yang lurus mengarah ke luar jendela, lisannya tidak mampu lagi untuk berkata. Air matanya ia biarkan mengalir karena hanya itulah cara agar bebannya menjadi lebih ringan.

"Maaf gue datangnya telat,"

Lena tetap terdiam tidak mengindahkan ucapan Eric, yang ada di pikirannya sekarang adalah Alpha. Kemana Alpha sekarang disaat ia pergi dari rumah, jujur saja ingin sekali jika Alpha mengejarnya dan meminta maaf kepadanya dengan tulus, atau Alpha akan menjauhi Anna untuk selamanya maka Lena pasti akan memaafkannya. Tapi baginya itu semua hanyalah ilusi yang amat konyol.

LENRIC [ALBERIC2]Where stories live. Discover now