44 | ALBERIC2

57K 2.6K 252
                                    

Aku merasa jika aku tidak pantas lagi berada di sampingmu, mungkin dengan kepergianku ini hidupmu bisa jadi Lebih bahagia lagi.
__Alpha

BRAK!!

Tak bisa mengelak lagi, Alpha tidak punya waktu untuk membelokan setir ataupun mengerem mesin. Kejadian itu terlalu cepat, hingga truk di depannya menghantam mobil yang di tumpanginya. Bukan hanya itu, bahkan satu mobil pick up di belakang Alpha juga sopirnya ikut terkejut hingga tidak bisa mengeremnya dengan tepat. Lagi-lagi pick up tersebut menubruk mobil Alpha dari belakang.

Terjadi tabrakan beruntun, banyak warga yang mulai mendekati kecelakaan itu. Bahkan polisi yang tengah berpatroli di jalanan tersebut terhenti dan segera menelpon rekannya. Terlihat sekali jika mobil Alpha terhimpit oleh dua kendaraan tersebut. Apakah Alpha masih hidup.

Setelah petugas datang mereka mulai melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang menarik mobil depan dan belakang yang lumayan parah, dan ada pula yang mengurus mobil Alpha beserta dirinya yang entah masih hidup atau tidak.

×××××

"Apakah ini dengan saudara Lena istri dari Alpha Fendricollas?" Lena mengernyit bingung di karenakan yang menelponnya bukan Alpha melainkan orang asing. Padahal ia berharap sekali Alpha yang menelponnya lalu meminta maaf.

Eric yang tengah mengendarai mobil ke jalan Lena pulang ke rumah menengok ke arah Lena. "Ada apa?" tanya Eric.

Lena mengedikan bahunya, lalu ia segera menjawab panggilan tersebut.

"Iya dengan saya, ada apa?"

"Saudara Alpha Fendricollas mengalami kecelakaan mobil beruntun, kini korban tersebut berada Rumah Sakit Darmantara." Tangan kiri Lena menutup mulutnya, air matanya lagi-lagi mengalir. Tentu jantungnya berdetak tidak beraturan. Tetapi sambungan telepon itu tiba-tiba terputus begitu saja.

Eric yang melihat Lena menangis pun bingung, karena tidak tahu apa yang dibicarakan oleh orang di seberang telepon. Seketika Lena menangis histeris di sana.

"Lena lo kenapa?" tanya Eric, Lena menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Ke Rumah Sakit Darmantara cepat! Gue mohon cepat Eric!!" titah Lena dengan teriakan dinsela tangisannya. Eric mengangguk cepat lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Alpha!!" teriak Lena di dalam mobil, Eric melajukan mobilnya lebih cepat penasaran juga hal apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah sampai di rumah sakit--walaupun Lena memakai piyamanya ia tetap berlari meninggalkan Eric di belakang, bahkan ia lupa jika ia tengah mengandung. Dan lagipula Lena tidak tahu dimana ruangan Alpha berada. Langkah derap kaki di belakangnya membuat Lena menoleh, kedua pipinya basah oleh air mata.

"Lena," lirih Eric. "Alpha kini sudah ada di kamar jenazah." Lagi-lagi Lena di buat terkejut.

"Gue tahu karena tadi gue tanya salah satu suster di sini," Lena langsung memeluk Eric, menangis sejadi-jadinya disana.

"Antar gue kesana," Eric mengangguk lalu menggandeng tangan Lena, ia tahu seberapa sakitnya hang kini perempuan itu rasakan.

Setelah sampai di depan kamar jenazah, Lena merasa mulai takut. Namun ia tetap melangkahkan kakinya ke dalam ruangan tersebut, tangis kini masih menyertainya. Ia masuk ke dalam dan di dalam sana ada dua suster yang tengah mengurus dua jenazah di sana. Lena langsung melepaskan genggaman Eric dan berlari menghampiri orang yang dicintainya.

"Alpha," Lena berlari menghampirinya, namun terlihat sekali jika banyak luka dimana-mana. Tangannya patah beserta kakinya. Lena kembali menangis.

"Alpha kamu kenapa harus seperti ini?" lirih Lena meraih tangan kanan Alpha yang dingin, namun kendur terasa karena diakibatkan kecelakaan yang menimpanya.

"Alpha aku mohon buka mata kamu," Lena mencium punggung tangan Alpha, tidak peduli jika kedua suster menatapnya iba.

"Aku udah maafin semua kesalahan kamu, aku mohon kembali. Kita bisa mulai dari awal lagi Alpha, tolong bangun." Lirih Lena dekat dengan telinga Alpha. Ia tahu Alpha tidak mungkin bisa bangun lagi dengan keadaan seperti ini.

"Alpha buka mata kamu Alpha! Aku janji aku nggak bakal dekat sama laki-laki lain lagi, Alpha aku mohon Alpha jangan tinggalin aku sendiri." Eric mendekatinya, ia melihat Alpha disana. Tangan kanannya meraih pundak Lena namun dengan cepat perempuan itu menepisnya.

"Alpha nggak suka kalau ada laki-laki lain dekat sama istrinya." Isak Lena, membuat Eric menatapnya tidak tega.

Hal selanjutnya yang terjadi adalah Eric memeluk Lena erat, sangat erat. Lena meronta-ronta untuk di lepaskan karena ia takut Alpha marah kembali kepadanya.

"Sadar Lena, Alpha sudah meninggal. Lo harus relain dia," Lena menunduk di dekapan hangat Eric.

"Gue nyesel, pagi tadi gue malah pergi sama lo bukannya cegah dia pergi sama Anna, gue emang cewek bodoh." Lena memukul-mukul kepalanya sendiri, namun tangan Eric meraihnya agar Lena tidak menyakiti dirinya sendiri.

"Lo bukan cewek bodoh Lena, lo cewek tangguh yang pernah gue kenal. Karena itulah sampai sekarang gue nggak bisa lepas lo sepenuhnya. Lo cewek paling kuat yang pernah gue kenal, gue mohon lo harus tegar." Tangis histeris Lena terganti menjadi isakan kecil, ia mundur dan melepas pelukan Eric.

Perempuan itu kembali menghadap ke wajah Alpha yang sudah tidak bernafas, ia mendekatkan wajahnya. Lena memejamkan matanya lalu ia mengecup pelan kening Alpha. "Semoga kamu bisa tenang disana, aku akan selalu mengirim doa untuk kamu, aku cinta banget sama kamu. Aku harap nanti anak kita lahir dan dia lebih mirip sama kamu."

"Ingatlah selalu, jika aku pernah hadir dihidupmu Alpha." Bisik Lena pelan, lalu saat ia memejamkan matanya, air mata itu kembali mengalir.

×××××

Keluarga besar Alpha kini ada disini, bahkan kedua orang tua Lena pun ada disini. Semua teman Lena kecuali Yuka dan yang lainnya lagi, bahkan disini ada Grace juga. Sedangkan Anna? Ia tidak ada disini.

"Kami menemukan ini di dalam mobil korban," Lena menatap kearah benda tersebut. Boneka besar yang sudah hancur dan sebuket besar bunga yanh sudah tidak berbentuk. Itu semua adalah benda kesukaan Lena.

Lena menatap kedua benda tersebut, hingga ia menatap bungan merah muda tersebut. Lalu matanya tidak senghaja melihat sepucuk surat disana, ia mengambilnya dan melihat sampul surat kecil tersebut.

'Untuk istriku tercinta Lena'

Lena segera memasukan surat tersebut ke kantongnya. Bahkan bundanya kini duduk di sampingnya dan memeluk Lena dari samping.

"Nanti sehabis magrib kita akan memakamkan suami kamu,"

Lena melipat kakinya dan memeluknya, tidak peduli jika ia duduk di lantai rumah sakit. Semua menatap ke arah Lena kasihan dan iba.

"Kenapa semuanya begitu cepat terjadi bunda? Anak Lena sama Alpha belum lahir, padahal Lena nggak mau kalau anak Lena lahir tanpa ayah." Rina memeluk Lena erat, seperti menyalurkan kehangatan dari pelukan seorang ibu.

"Lena tahu niat Alpha mau minta maaf sama Lena, Lena juga sebelumnya mau minta maaf sama Alpha. Tapi semua sudah terlambat Bunda, Lena sendiri." Lena menangis di pelukan ibunya.

Lena melepas pelukan tersebut dan mendekati boneka tersebut, lalu tangannya meraih sesuatu di leher boneka tersebut. Lalu ia mendekatkannya untuk melihatnya dengan jelas. Sebuah kalung boneka dengan ukiran tulisan.

'LA'

________

:))))SURAT? ISINYA APA??:))))
Kurang feelnya kurasa😧😧

LENRIC [ALBERIC2]Where stories live. Discover now