51 | ALBERIC2

65.5K 2.9K 111
                                    

Eric terkejut, ia beranjak untuk berdiri saat melihat siapa yang kini ada di hadapannya. Terlihat jika wajahnya terkejut saat tahu siapa orang itu. Wajahnya terlihat marah dengan tangan mengepal, di sampingnya ada dua orang perempuan.

"Ayah," Eric berdiri kaku saat ayahnya mendekat ke arahnya.

Bugh!

Sebuah bogeman mendarat tepat di wajah Eric, perempuan yang ada di sana memekin terkejut. Terlebih lagi Lena yang berada di tak jauh Eric, ia langsung mrnghampiri Eric namun sebuah suara membuat membuat pangkah Lena terhenti.

"Stop disana," Grace yang berada di pelukan Dara merlepaskannya dan perempuan itu menghambur ke pelukan Eric. Memeluknya erat.

"Kenapa kamu lari dari acara Eric? Aku khawatir banget sama kamu." Lena yang berada di jarak yang dekat pun hanya terdiam, tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

Eric melepas pelukan tersebut dan menatap Grace sekejap, entah kenapa ada rasa yang hilang saat ia menatap mata Grace berbeda saat ia menatap mata Lena.

"Maafkan saya Om Chandra dan Tante Dara, maafin gue juga Grace." Lena menunduk dalam seperti yang ada di depannya ini bukan manusia tetapi sekumpulan musuh bersenjata.

Grace menghampiri Lena, berdiri di sana.

Plak!

"Lo kayak perempuan murahan yang lebih rendah dari jalang sekalipun, kelakuan lo sekarang itu lebih parah saat gue bekerja di perusahaan suami lo!" bentakan dan tamparan itu membuat Eric terkejut. Hendak menampar Lena kembali namun tangan Eric cepat menepisnya.

Disana ada Manda, Farel, Anna, dan Jo. Mereka menatap Eric dan Lena dengan pandangan yang berbeda. Tetapi pandangan Manda kini memancarkan kekecewaan karena perbuatan sahabatnya itu membuat sepupunya terluka.

"GRACE UDAH!" sergah Eric karena tidak tahan dengan sikap Grace, perempuan itu sudah sangat berlebihan kepada Lena. "Lo udah keterlaluan, Lena nggak salah."

"Kenapa lo bela dia Ric? Sepupu gue itu tunangan lo, dan Lena itu cuma mantan lo!" Manda ikut berbicara, dengan delikan yang ia berikan kepada Lena membuat perempuan itu semakin merasa bersalah.

"Iya Ric kenapa lo bela Lena daripada Grace? Setau gue sahabat gue yang satu ini bakal setia sama perempuan yang sekarang jadi pilihannya. Kenapa lo lebih pilih selamatin Lena juga ketimbang acara pertunangan lo?" Jo ikut menambahkan dengan wajah yang kini sulit di artikan. Setidaknya jika sahabatnya itu masih memiliki perasaan kepada Lena kenapa ia harus memberi harapan lebih kepada perempuan lain?

"Karena gue lebih sayang sama Lena daripada sama Grace,"

Bugh!

Satu pukulan mendarat kembali di wajah Eric, memar-memar sudah menghiasi wajahnya. Bahkan darah sudah mengalir di sudut bibirnya. Dan Chandra sudah memukul anaknya dua kali.

"Kamu lebih pilih Lena? Atau pilih aku? Aku butuh kepastian Eric, sakit kalau kayak gini tuh. Tolong buktikan kalau hati kamu lebih cinta sama siapa." Pasrah Grace dengan air mata yang berlinangnya.

Eric terlihat berfikir sekarang, apa yang harus ia lakukan dan lihat saja kini tepat di belakangnya ada Lena yang tengah menunduk pasrah dan di hadapannya ada Grace yang terlihat pasrah juga. Sekarang kedua orang tua Eric juga memandangnya dengan kecewa, kecewa kepada anaknya karena pasti mereka malu dengan rekan kerja yang hadir di acara itu.

"AYO BUKTIIN!" teriak Grace membuat Eric menatap perempuan itu ragu.

Eric meraih pergelangan tangan Lena membuat perempuan itu tersentak kaget, tiba-tiba Eric menariknya kuat dan tubuh Eric berbalik hingga tubuh mereka bertabrakan. Tanpa aba-aba bibir Eric mendarat dengan mulus di bibir Lena. Saat ini Eric harus mengikuti apa kata hatinya, ia tidak ingin terbodohi lagi oleh egonya. Setelah itu Eric melepaskan ciuman itu.

"Er ... ric?" lirih Grace tidak percaya.

"Eric lo?" kaget Farel, Manda, Jo, dan Anna.

"Kamu pilih Lena?" tanya Dara yang dengan ragu diangguki oleh Eric.

"Kamu itu benar-benar ya!" geram Chandra hendak memukul namun sebuah teriakan membuat tangan Chandra tertahan.

"LENA LEPASIN GUE! GUE BUNUH LO SEKARANG JUGA!" teriakan itu berasal dari teriakan Bianca. Karena penasaran mereka ingin menghampiri asal suara itu, namun suara Chandra membuat gerakan itu terhenti.

"Siapa itu?" tanya Chandra.

"Bianca," Eric menjawab santai, sedangkan yang lainnya terlihat terkejut.

"Dia kenapa?" Ya! Karena Bianca mantan Eric, Chandra dan Dara jadi mengetahui siapa Bianca.

"Dia yang mau bunuh Lena," lagi-lagi pernyataan dari Eric membuat yang lainnya terkejut. Bianca, kakak iparnya sendiri ingin membunuh Lena.

"Sekarang dia ada dimana?" Jo membuka suara.

"Ruang kerja Alpha," lirih Lena pelan.

"Udah di lapor kantor polisi?" tanya Farel, Eric menggeleng pelan. Laki-laki itu terlihat menghela nafasnya.

"Gue cek," Farel menarik tangan Manda begitupun dengan Jo dan Anna. Mereka berempat berjalan ke arah yang telah Lena tunjukan.

"Ayah belum selesai dengan kamu Eric," Chandra, Dara, dan Grace pergi meninggalkan Lena dan Eric.

Kini kesunyian itu melanda mereka. Lena tidak menangis sama-sekali. Tidak ada air mata yang sering Eric lihat, namun tanpa di duga tubuh Lena luruh ke lantai.

"Gue nggak nyangka lo bisa bersikap seperti itu di depan calon tunangan lo sendiri. Lo tahu Ric? Apa yang lo lakuin tadi lebih oara dari yang lo perbuat waktu dulu ke gue. Sakit Ric," Eric ikut berjongkok di hadapan Lena, tangannya meraih tangan kanan Lena lalu mengecupnya.

"Gue lakuin semua ini demi lo Len, jadi tolong terima gue sekali ini aja. Walaupun nggak ada restu dari orang tua gue, gue bisa nikahin lo, hidup bersama jauh dari sini, gue bisa kerja, gue bisa menghidupi keluarga kecil kita nanti. Gue mau itu semua Len, dan gue cuma mau sama lo bukan perempuan lain." Lena tertegun dengan ucapan Eric, seserius itukah cinta Eric sekarang kepadanya?

"Itu cuma angan Ric, semua yang telah berlalu tidak bisa di perbaiki lagi. Seperti sebuah potongan kisah dalam kertas yang sudah di robek menjadi kepingan-kepingan kecil. Nggak mungkin bisa di perbaiki,"

"Apa salahnya jika membuka lagi lembaran baru?"

Deg

Ucapan Eric membuat Lena terdiam. Ia lelah dengan hidupnya sungguh, dan yang ia mau sekarang hanyalah hidup jauh dari titik ini. Hidup hanya berdua dengan anak yang di kandungnya. Lena bisa bekerja sendiri, bahkan oerempuan itu memeiliki otak cerdas dalam sains. Setidaknya jadi guru juga ia pasti diterima.

"Maaf gue nggak bisa, secinta-cintanya lo sama gue. Sesayang-sayang gue sama lo," Eric tersenyum saat Lena mengatakan itu. "Gue nggak bisa sama lo, karena lo tahu gue cuma perempuan bodoh yang hidup di bumi ini." Lena tersenyum miring, senyum yang sangat jarang sekali ia lihatkan.

Eric terlihat pasrah sekarang. "Kalau kejar lo lagi?"

"Kejar aja sampai pikiran gue tentang suatu cinta dan luka itu menghilang, menghilang oleh usaha lo sendiri Eric."

"Boleh peluk?" Lena mengangguk. Lalu mereka berpelukan sangat erat, saling memberi kehangatan satu sama lain. Tidak ada dendam, amarah, emosi apapun. Dan tanpa sadar perasaan yang dulu tertanam kini tumbuh kembali.

___________

Woah!! Siap Lihat Eric berjuang lagi? Lena bakal luluh nggak tuh? Happy or sad nih

LENRIC [ALBERIC2]Where stories live. Discover now