54 | ALBERIC2

67.9K 2.8K 53
                                    

Jangan buat aku berharap lebih, jika ujungnya akan kau tinggal pula
-Lenric

Hari ini Lena sudah sampai di tempat sesuai dengan alamat yang Eric kasih, mereka kini berada di sebuah restaurant. Restaurant dengan nuansa klasik dan iringan musik yang klasik pula. Sangat cocok untuk berkencan atau datting. Lena sudah duduk di tempat yang sudah Eric pesankan, ya sepertinya Eric telah menyiapkan ini semua dengan matang-matang.

Lena duduk di kursi tersebut, matanya menatap ponsel miliknya. Eric belum juga datang, dan itu membuat Lena bosan. Ingin sekali memaki Eric jika dirinya harus menunggu laki-laki tersebut dengan waktu yang lama seperti itu. Yang ada Lena malah lumutan menunggunya.

"Hai, nunggu lama ya?" seruan itu berasal dari laki-laki yang baru saja menarik kursi untuk didudukunya.

Lena menatap Eric yang kini ada di hadapannya. Sepertinya Eric baru saja pulang dari kantornya, walaupun kini jasnya masih melekat rapi di badannya.

Lena terdiam, hari ini ia mau mengatakan sesuatu kepada Eric, bahkan sebelumnya Lena berfikir untuk apa Eric tahu tentang kepindahannya nanti bulan depan? Tetapi jujur saja hati Len meminta agar dirinya memberi tahukan masalah ini kepada Eric.

"Lena maafin gue udah buat lo nunggu, soalnya tadi gue ada masalah sama client gue." Lena mengangguk santai seolah itu hanyalah hal yang biasa.

Eric menaikan tangan kanannya meminta agar pelayan reastaurant ini menyiapkan makanan yang tentu saja sudah Eric pesan sebelumnya.

"Kita makan dulu," ucap Eric lembut.

Tak lama bebepara pelayan datang dan membawakan macam-macam hidangan terbaik di restaurant ini, dan seperti inilah sekarang meja mereka penuh dengan makanan dan minuman. Belum lagi nanti Eric memesan makanan penutup. Setelah itu pelayan-pelayan itu pun kembali pergi ke belakang.

"Banyak banget Ric," Lena menatap makanan di depannya dengan pandangan wow!

"Iya ini buat lo, yaudah lo makan ya biar anak lo juga sehat, kasihan emaknya yang suka ngebatin mulu." Canda Eric dengan kekehannya.

"Apaan sih lo," Lena pun terkekeh pelan.

×××××

Setelah selesai makan Lena menatap Eric hangat, ia akan mengatakannya sekarang.

"Eric,"

"Lena,"

Mereka terdiam sebentar, Lena tersenyum kecil. "Lo duluan," Eric mengangguk.

"Gue minta ijin sama lo," ucap Eric pelan, Lena menaikan sebelah alisnya tidak mengerti. Ucapan Eric sungguh membuat perempuan itu gagal pagam.

"Ijin apa?" tanya Lena dengan mengelus pelan perutnya. Ternyata usia kandungannya sudah masuk ke bulan pertama lebih dua minggu. Masih lama ternyata.

"Gue mau jadi ayah buat anak lo nanti," Lena terdiam guna mencerna apa yang Eric katakan, lalu wajahnya mendongak menatap Eric seakan ia meminta penjelasan Eric yang lagi-lagi membuatnya gagal pahan itu.

Eric kini terlihat gugup, ini ia lakukan agar ia tidak kehilangan perempuan ini lagi. Laki-laki itu menginginkan lagi cinta Lena yang tulus.

"Gue mau kita bangun keluarga kecil," Lena sempat terdiam, ia tidak menyangka jika Eric akan mengatakan ini. "Gue masih cinta sama lo Lena,"

"Maaf gue nggak bisa," jawab Lena membuat bahu Eric melorot pasrah. Namun ia akan berusaha membujuk Lena.

"Gue nggak bisa Ric, lo tahu bagi gue pernikahan itu cuma sekali dalam seumur hidup. Dan gue udah buang perasaan gue ke lo jauh-jauh, yang masih gue genggam itu cuma perasaan gue ke Alpha." Lena berkata jujur, entah kenapa Eric mendengarnya sangat sakit. "Gue takut terbodohi lagi oleh cinta,"

"Gue janji Len, kali ini gue nggak akan mengulang kesalahan itu lagi. Gue bakal perjuangin lo lagi," Eric menggenggam kedua tangan Lena, ia ingin Lena kembali ke dalam dekapannya lagi.

Lena terdiam, percuma jika Eric akan memperjuangkannya lagi. Dirinya akan pergi, ia akan pergi dari sini, ia akan pergi meninggalkan Eric dan semua sahabatnya di indonesia.

"Percuma Ric," Eric menaikan sebelah alisnya tidak mengerti.

"Maksud lo?"

"Bulan depan gue bakal pindah, gue mau tinggal di luar negeri. Alpha buatin rumah disana buat gue, dan gue bakal tinggal disana selamanya. Orang tua gue yang jenguk gue, bukan gue yang jenguk mereka ke Indonesia. Jadi gue akan menetap disana, sebulan lagi gue pergi." Eric menatap Lena dengan harapan yang kian menipis. Apa perjuangan cintanya akan sampai sini saja?

"Apa karena ini juga lo tolak gue?" Lena menggeleng pelan.

"Kan gue udah bilang kalau perasaan gue ke lo udah gue hapus, ingat Ric kita cuma teman, kita sahabat. Tidak lebih." Lena berkata dengan senyumannya, walaupun ada rasa sedikit sakit di hati Lena yang terdalam melihat Eric seperti putus asa seperti itu.

"Gue mohon, kali ini terima gue Lena buat jadi pendamping hidup lo." GILA! Ya sekarang Eric sudah gila karena Lena, ia rela memohon seperti ini kepada perempuan karena itu demi Lena. Jika bukan karena perempuan itu ia tidak akan melakukan hal yang dapat menjatuhkan harga dirinya sebagai laki-laki seperti ini.

"Gue nggak bisa Ric, keputusan gue udah bulat. Kalau gue bakal pergi," Lena bangun dari duduknya, hendak pergi namun dengan cepat Eric meraih tangan putih tersebut.

"Biarin gue perjuangin lo terlebih dahulu dalam sebulan ini. Kalau lo udah luluh sama gue tolong terima gue, tetapi kalau lo nggak terima gue di sisi lo nggak apa-apa kalau lo pergi. Kasih kesempatan gue dalam waktu sebulan ini," Lena menunduk menatap tangannya yang di genggam erat oleh laki-laki itu.

Lena mengangguk. "Lakukan semua keputusan lo sekarang, gue nggak bisa larang lo lagi Ric. Dan lo jangan salahin gue kalau ujungnya bakal sama aja, nggak ada yang berubah."

Eric mengangguk, masih ada celah kesempatan untuk mendapatkan hati Lena kembali. Laki-alki itu yakin kalau Lena masih menyimpan perasaan untuknya walau sedikit. Dan ia akan melipat gandakan perasaan itu. Ia berjanji kepada jika kali ini ia tidak akan bermain-main lagi soal cinta.

"Gue pamit pulang," Lena melepaskan genggaman Eric yang ada di tangannya. Dan langkah kecil itu pergi meninggalkan Eric yang masih duduk sendirian di restaurant ini.

Entah kenapa walau di tinggal seperti ini saja tanpa kepedulian dari perempuan itu terasa sakit. Apa ini rasanya saat ia meninggalkan Lena di mall waktu mereka masih menginjak pendidikan Sma waktu itu? Apa ini sakit yang dirasakan Lena waktu itu.

Eric memikirkan sesuatu yang akan dilakukan sebulan ke depan untuk meluluhkan kembali hati Lena, ia akan melakukan segalanya agar Lena menerimanya kembali.

Eric mengambil ponselnya, lalu mengetikan sesuatu di sana.

'Halo tuan ada apa?'

"Saya menginginkan anda menjalankan tugas untuk membeli apa yang saya suruh, anda bisa melihat list di email yang saya kirim." Setelah itu Eric memutuskan sambungan teleponnya.

"Sebulan waktu yang sangat cukup bagi gue buat luluhin hati Lena lagi," gumam Eric.

__________

Oke ane bisa up karena wi-fi gratis dari bapak hohoho. Tadinya mau pas malam upnya eh nggak ada jaringan gegara mati lampu, pas nyala kuota beak😢 syedih bangets. Oke sekian terima guanlin rl

LENRIC [ALBERIC2]Where stories live. Discover now