| 071

8.2K 1.2K 30
                                    

"chiiiiiiiiiimmmmm...!"

jimin hampir terjengkang ke belakang jika saja sebelah tangannya tidak menumpu ke dinding dan sebelahnya lagi menahan massa berat cowok yang tiba-tiba menerjangnya. baru membuka pintu, sesosok dengan nama hananda taehyung prasetya ini langsung melompat ke arahnya.

untung ia tidak punya jantung lemah dan tidak mudah kaget, jika punya, sudah ia getok kepala taehyung dengan sepatu terdekat.

tapi karena jimin selalu tidak tega terhadap taehyung, jadinya niat itu pupus begitu saja. apalagi sekarang taehyung merengut padanya seperti bocah. sialan. kapan taehyung tidak menggemaskan?

"kenapa lagi?" jimin bertanya, mendorong pintu dengan kakinya agar tertutup kembali dan masuk bersama taehyung yang masih menempel padanya.

taehyung bergumam tidak jelas, tapi ia mengusakkan pipinya ke bagian pundak jimin.

"taehyung, ngomong dong. gue mana tau kalo lo diem ngegumam ga jelas gini?"

tapi taehyung tetap bungkam, cuma menggerung pelan. jimin menyerah menanyai taehyung, nanti juga dia bicara sendiri, makanya taehyung selalu lebih sering datang padanya di banding ke abangnya sendiri. jimin tidak ngegas anaknya.

"jeongguk," tuh kan, akhirnya bicara juga.

"kenapa sama arkasa?" jimin membuka kulkas, mengambil satu kotak es krim vanilla chocochips yang kemudian ia serahkan pada taehyung. "nyebelin?"

"enggak," taehyung menyuap satu sendok besar es krim, sedetik kemudian ia meringis ngilu, "gue... duh, gimana bilangnya ya?"

"ngoceh aja macam biasa, kayak gue baru kenal lo sehari aja,"

"kalau ada yang bilang mau aja yang jadi pelampiasan lo..." taehyung menggigit bibir bawahnya kalut, masih merasa bingung, "lo gimana?"

"ya gunain,"

taehyung melebarkan matanya, mengerjap. ia cukup terkejut karena mendengar jimin mengatakannya dengan begitu santai, dan, lempeng. "hah? maksudnya?"

"tergantung pelampiasan apa," balas jimin akhirnya, ingin tertawa melihat tampang bingung taehyung. lucu sekali, minta digulung dalam selimut. "kalau jadi samsak gue atau mau aja dengerin gue ngoceh kasar soal kuliah gue, kenapa gak iyain aja? kecuali kalo soal perasaan, hell, lo inget teori Newton III ga?"

"... nggak, yang mana?"

"aksi-reaksi. lo mukul gayanya sebesar apa, sebesar itu juga sakit yang lo dapet di ga tangan. gampangnya sih, kalau lo jadiin orang lain pelampiasan, lo juga bakal jadi pelampiasan."

"hmmm," taehyung menjilat sendok es krimnya, netranya menerawang kosong seolah pikirannya sedang memikirkan sesuatu yang lain.

"udah ada yang ngegantiin posisi johnny nih ceritanya?"

"chim!" taehyung menyalak kesal, kembali mendapatkan kesadarannya dan kini menendang main-main kedua kaki jimin saat kini mereka berpindah ke sofa, "nggak ada yang ngeganti atau keganti, sama aja."

"oke, oke. jadi?"

"arkasa bilang dia naksir gue,"

"udah kelihatan, terus?"

"dia bilang gue nggak usah jawab sekarang kalo belum yakin,"

"hmm,"

"terus dia bilang mau aja jadi pelampiasan sampai mau balik sayang sama dia," mengejutkan bagi jimin, karena setelahnya ia meletakkan es krimnya ke atas meja berikut sendoknya. seolah kehilangan minatㅡyang mana mustahil sekali taehyung kehilangan minat pada es krimnya. "gue harus gimana?"

"lo nggak mau coba dulu?"

"gue takut, chim. kayak kata lo tadi, kalau gue nyakitin orang, ntar gue juga yang disakitin. gue nggak mau jadiin jeongguk pelampiasan, dia baik banget sama gue. dia juga nerima aja soal gue dan johnny dulu, dia udah tahu duluan tapi masih aja sayang ke gue. gue pengen iyain, tapi gue bingung gimana caranya biar jeongguk nggak ngerasa kalau dia pelampiasan gue. gimana caranya biar jeongguk tau gue juga beneran sayang ke dia. kalau masih kayak gini, kesannya ntar gue kayak ngebales johnny dengan manfaatin diaㅡ huffh," ucapan taehyung terhenti saat jimin memasukkan sendok berisi es krim ke mulutnya.

"just eat the ice cream, and, please, chill,"

karena es krim memenuhi rongga mulut, taehyung hanya mengangguk.

"bagus, gue udah tau maksud lo apa. sekarang, dengerin gue. get it?" [ ]

🌌 citrus. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang