| 091

7.2K 1K 32
                                    

jeongguk meninggalkan ponselnya di kamar, kembali berusaha bicara lagi dengan taehyung. biar saja cowok manis itu marah-marah padanya, yang penting ada komunikasi. jeongguk tidak suka jika taehyung diam saja.

kembali ia mengetuk pintu kamar taehyung walaupun ia mengantongi kunci serep yang dikasih bundanya, jika terjadi hal-hal darurat.

seperti ini, contohnya.

jeongguk bukan orang yang menyelewengi privasi, ia menghargai itu. jadi walaupun kosan ini sebenarnya miliknya secara tidak langsung dan taehyung sekarang pacarnya, tetap saja ia menghormati zona taehyung.

"siapa?"

tersentak, jeongguk mendengar suara taehyung, agak sedikit serak sebab ia agak batuk akhir-akhir ini.

"aku, jeongguk," balas mahasiswa arsitek itu, namun tidak juga terdengar balasan dari taehyung. membuatnya harap-harap cemas jika pacarnya itu masih sebal luar biasa. ia berdeham sejenak, kemudian bicara lagi, "taehyung, boleh dibuka nggak pintunya?"

ada jeda panjang, taehyung tidak menggubrisnya, atau belum. jeongguk sedikit khawatir. taehyung selama ini bukan orang yang mudah ngambek, ngambeknya sekadar becandaan. setelahnya senyum lagi, ketawa lagi, lupa yang membuatnya sebal.

sedikit banyak merasa bersalah telah mengacuhkan taehyung.

namun, kala jeongguk menyerah untuk menunggu dan akan menggunakan kunci serep saja, ia mendengar balasan taehyung yang membuat pergerakannya terhenti dalam satu jentikan jari.

"pintunya nggak dikunci,"

entahlah jawaban itu bermakna apa, namun bagi jeongguk, itu adalah pernyataan izin. jadi ia meraih gagang pintu dan membukanya, mendapati taehyung sedikit melirik padanya kemudian ia lanjutkan pada laptop di pangkuannya. seolah menyibukkan diri mengerjakan sesuatu.

jeongguk menahan senyum saat ia mengetahui taehyung mengenakan sweater hitamnya, figur kurus taehyung seolah tenggelam dalam jalinan serat kain tersebut. namun keinginan untuk tersenyum itu perlahan putus kala melihat raut taehyung nampak murung, walaupun terlihat datar.


"udah selesai push ranknya?"

"kamu masih ngambek?"

"aku nggak ngambek,"

"terus tadi itu kenapa? marah?"

"enggak juga,"

"jadi kenapa?" jeongguk mengulurkan tangan, meraih lembut tangan taehyung yang akhirnya memutuskan untuk menutup laptopnya saja. "biasanya kamu nggak marah, tae. ada masalah?"

embusan napas taehyung terdengar panjang sekali, sejenak memejamkan mata kemudian ia menaruh laptopnya ke samping. tadi ia ingin menepis tangan jeongguk, tapi setengah dari dirinya tidak mau melepaskan genggaman hangat itu, jadi ia biarkan saja.

"aku cuma ngerasa... capek,"

"mau cerita?"

dengan tatapan teduh itu, nada yang menenangkan ituㅡ begitu terkendali, jari yang menggenggam tangannya begitu apik itu; bagaimana taehyung pada akhirnya tidak luluh? [ ]

🌌 citrus. | ✓Where stories live. Discover now