| 096

8.1K 1.1K 87
                                    

taehyung tidak bisa makan dengan konsen seperti biasanya, berkali-kali ia melirik khawatir pada jeongguk. sebentar-sebentar batuk, mau ngajak bicara juga tidak tega. manalagi jeongguk juga tidak banyak bacot, sepertinya benar-benar kecapekan. kalau begini, bagaimana jika jeongguk drop?


atau dia sejenis abangnya, namjoon, yang masih lempeng saja kerja sana-sini walaupun demam tinggi. akhirnya demamnya menyerah dan minggat seolah tidak pernah datang.

"udah minum obat?"

"iya,"

"beneran?"


"bener," kemudian cubitan mendarat di ujung hidung taehyung, "kuatir ya?"


"banget," akhirnya taehyung memaksa pada suapan terakhir walau napsu makannya hilang ditelan rasa khawatir, namun karena sudah dibelikan jeongguk, ia tidak mau menyisakan makanan yang sudah dibelikan pacarnya itu. "abis minum obat lebih mendingan nggak dari sebelumnya?"


"liat kamu aja udah sehat,"


"demam gini ngomongnya masih licin banget ya?" taehyung berdecak pelan, "kenapa nggak istirahat aja?"


"kan mau liat kamu,"

"aku nanya serius, ih,"


"aku juga jawabnya serius,"


"mana ada liat aku langsung sehat?"


"nih, nih aku buktinya,"



taehyung memajukan bibir bawahnya, agak kesal karena tidak bisa memenangkan perdebatan kali ini. "kamu kecapekan apa sampai demam gini?" tanyanya sambil menggigit bakpao, darahnya berdesir hangat mendapati senyum teduh jeongguk tersungging apik, "rasanya kamu pernah cerita kalau kamu ngebut tugas, tanding basket, sama sempat main game sampai nggak tidur tiga hari tapi masih kuat. ini kenapa?"


"janji dulu jangan marah?"

taehyung menatap jeongguk serius, namun raut ganteng cowok itu masih saja terlihat tenang. seolah, apapun reaksi taehyung, jeongguk bakal menerima saja dan tidak bakal tersulut.

"kenapa dulu?"

"janji dulu,"

jari kelingking jeongguk terangkat pada taehyung. kekanakan, memang. namun taehyung mengaitkan miliknya juga pada akhirnya. "nih, udah,"


"jadi... duh, mulai dari mana ya. kan ada kita nggak ketemu sama sekali, nggak papasan, paling cuma komunikasi lewat chat doang sekitar semingguan?" mendengar penuturan jeongguk, taehyung bergumam mengerti, "nah, kamu juga tahu kan bentar lagi fakultas teknik bakal buka open house, terutama yang bakal di-highlight itu teknik sipil sama teknik arsitek. lalu, nggak ada angin nggak ada hujan, nggak ada asap apalagi api, paku ditunjuk jadi panitia."



"iya, aku ada denger," angguk taehyung, memberi sinyal untuk jeongguk agar meneruskan cerita.



"singkatnya aku sibuk ngurus acara, konfir kesana kemari, ngatur persiapan, rangkum informasi di semua jurusan yang ada di fakultas dan nyiapin segala yang diperluin. bantuin ngurus proposal acara, bolak-balik tiap jurusan. mau ketemu kamu, rata-rata jam tiga malem pun belum kelar. kamu udah tidur."


"terus kamu makannya gimana? sesibuk itu masih inget makan, nggak? minum vitamin, nggak?"


"... ya, gitu."

rasanya dada taehyung langsung sesak melihat senyum tipis jeongguk. ingin sekali ia marah tapi tidak tega. "kamu tuh ya, paling jago kalau bilangin orang. kasih tau aku buat tidur cukup, kasih tau aku biar makan nggak boleh telat, kasih tau aku jangan kecapekan, tapi kamu sendiri ngelanggar yang kamu bilang ke aku. aku... aku...."


"janjinya nggak marah, hm?"

"aku nggak marah, cuma..." napas taehyung terasa berat, akhirnya ia mengulurkan tangan mendekat, memeluk leher jeongguk yang suhu tubuhnya masih diatas normal, "gini, kamu sakit, yang ngurusin kamu siapa? ngobatin kamu gimana? aku nggak ngerti gimana ngurus orang sakit. aku nggak bisa apa-apa kalau kamu sakit. aku harus apa dan ngapain? apa yang nggak boleh aku kasih ke kamu? aku belum ngerti."


"makanya kan kubilang nggak papa, kamu belum ngerti," jeongguk terkekeh, membalas pelukan taehyung dengan lengan mengait di pinggang cowok manis itu, "nanti kalau aku sakit lagi, aku bilang duluan biar kamu belajar dulu."


"iya, bilang dulu makanya," gerutuan taehyung terdengar manis di telinga jeongguk, kekhawatirannya terdengar menggemaskan hingga jeongguk lupa sama sekali kalau tubuhnya sudah menyerah untuk sehat, "habis ini kamu masih ada urusan?"


"masih banyak, sayang. tapi udah kutitip sama yang lain jadi aku bisa istirahat, makanya aku langsung nyamperin kamu,"


"istirahat aja langsung harusnya,"


"mana bisa lah, kan harus setor muka sama bidadari dulu,"

"jeongguk ya, masih aja sempat," taehyung berdecak geli, candaan jeongguk pelan-pelan membuatnya rileks walau ia masih merasa khawatir dan sedikit gelisah, "udah makan?"


"udah, dipaksa jaehyun. sampai disamperin langsung, dipaksa makan di hadapan dia. padahal aku maunya dipaksa kamu,"


"bagus aja temen kamu yang datengin biar perutnya keisi, kalau aku ntar nggak tega maksanya,"  taehyung kemudian melonggarkan pelukannya untuk menatap wajah jeongguk, yang maskernya sudah dilepas entah sejak kapab oleh taehyung, "kalau gitu istirahat ya, tidur sama aku. biar aku jagain. kamu perlu kompres?"

"nggak usah, nanti baju kamu basah terus ntar masuk angin,"


niatnya taehyung tetap terjaga walaupun jeongguk tertidur (akhirnya) di sebelahnya, namun rasa kantuk yang kini menyerangnya jauh lebih kuat sehingga ia ikut lelap juga didekap oleh calon arsitek tersebut. [ ]











A/N
TAEHYUNG NANGIS TERUS DIPELUK SAMA JEONGGUKㅡjeongguk ngerangkul taehyung dan cara jeongguk ngeraih tengkuk taehyung buat nangis ke bahunya aja itu... im so soft dont touch me :(

🌌 citrus. | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang